30

984 36 0
                                    

Ketika Hadorik tersadar matahari sudah naik di atas kepala.

Seluruh tubuh terasa sakit, bagian paling utama adalah area pinggang.

Hadorik mengusap pinggangnya beberapa kali sambil perlahan duduk. Tidak tau sejak kapan seseorang telah duduk di kursi kecil menghadap padanya.

Jauh di dalam hati hadorik sudah tidak ingin lagi melihat orang ini. Apa kah itu cinta ataukah hinaan semuanya sama di mata Hadorik.

Matanya tidak lagi bercahaya, bahkan tubuhnya tidak lagi bersemangat, mengapa orang yang begitu di pedulikan melakukan hal keji seperti ini.

Hanan tidak menunggu ungkapan yang akan di ucapkan hadorik ketika sadar, ia sudah siap dengan konsekuensi yang telah ia lakukan

Awalnya ia tidak berniat untuk sejauh ini, tapi semuanya mengalir membuat dia tidak tahan.

Melihat mata pria yang semua penuh semangat menjadi layu telah menyakiti hatinya, tapi dia sadar betul ini adalah kesalahan yang ia buat sendiri.

Hadorik tidak mau mengatakan apapun. Ia hanya perlahan berdiri.

Kakinya tidak benar-benar kuat, hanya dalam satu detik ia telah jatuh ke lantai.

Hanan cepat membantu, menahan punggung Hadorik dan membawanya kembali ke atas ranjang.

Matanya yang layu menatap pemuda di depannya. " Apakah seperti ini perasaan mu pada ku?, Haruskah kamu memberikan hinaan seburuk ini di hidupku. "

"Aku minta maaf, hati ku selalu sakit saat kau mengabaikan aku, aku selalu sakit saat kau tidak peduli padaku"

"Apa aku tidak peduli padamu sampai aku datang kemari?, Apa aku mengabaikan mu sampai aku mencari mu. Apa aku pantas mendapatkan hinaan ini. Kenapa kau begitu rendah menilai ku Hanan?"

"Hadorik, aku selalu merasa sakit saat kau menghinaku. Ucapan mu mengatakan bahwa perasaan mu terhadap ku adalah perasaan yang sama terhadap orang gila, itu memprovokasi hati ku. Aku tidak bisa menerima jawaban itu."

"Lalu apa yang ingin kau dengar?"

"Aku ingin kau mencintaiku juga hadorik. Aku hanya ingin itu. Aku mendengar hinaan mu, tapi matamu memberi sinar yang lain. Mulut menghinaku tapi matamu tidak pernah memperlihatkan hal itu. Aku menebak dan mulai yakin, kalau kau juga menyukai ku, tapi menolak di dalam hatimu."

" Kalau kamu sudah tau, kenapa masih bertanya?"

"Hadorik awalnya aku sadar perasaan ini tidak benar, tapi aku tidak mau membuang perasaan ini. Aku bertekad memupuk nya berharap suatu saat kau akan membuka hatimu untuk menerima ku. Tapi jika aku tidak bisa kembali ke pesantren, kau dan aku berpisah entah sampai berapa tahun, apakah itu tidak akan menyiksa ku?, Aku hanya ingin menunjukkan padamu, perasaan ku padamu bukan seperti persahabatan, tapi ini adalah cinta Hadorik. Setiap malam aku selalu bermimpi tentang bagaimana kita menghabiskan waktu bersama di pesantren, aku ingin melupakan mu tapi hatiku terus merinding mu, haruskah aku menjadi gila karena ini hadorik. Katakan haruskah aku menjadi gila., Bahkan jika aku gila, apa kau akan menyisihkan waktu mu untuk mengunjungi ku bahkan 1 kali saja. Apa kah aku masih bisa mengenali mu ketika aku menjadi gila?, Atau hal yang paling mungkin terjadi adalah kehilangan mu selama-lamanya?. Aku tidak bisa hadorik. Meskipun aku tidak berarti di dunia ini, tidak ada orang-orang yang mencintai aku seperti aku mencintai mereka tapi aku memiliki mu. Di hatiku, jika aku kehilangan itu, kau tidak akan menemui ku di rumah sakit jiwa, bahkan tidak akan ada yang bisa menemukan ku lagi. Dari pada tidak mendapatkan mu, lebih baik aku mati."

Hadorik mulai terdiam, air mata hanan sudah jatuh beberapa tetes di tubuhnya.

Adalah ini kejujuran atau hanya sebuah rayuan, tapi hati Hadorik yang lembut tersentuh dengan tangkapan hanan.

Sekarang ia tidak tau harus bagaimana, dia meluruskan kakinya dan perlahan berbaring. Secara perlahan hanan menutupi tubuh telanjang itu dengan selimut tebal. Matanya yang memerah sengaja tidak ia perlahan, sisa air mata di pipi di tepian dengan kasar.

Setelah tubuh orang yang paling di cintai berbaring dengan nyaman, dia segera turun dari ranjang.
"Aku akan membuat makanan untuk mu, setelah makan nanti, kau bisa melakukan apapun padaku"

Hadorik tidak memberikan reaksi, matanya terpejam sementara sampai hanan menghilangkan dari kamar.

Secara perlahan ingatan tentang malam sebelumnya tergambar, bermesraan di ranjang saling menindih, berciuman dengan buas, bahkan melakukan hubungan intim melewati batas, mereka merasa bahagia, hatinya lega, bibirnya tersenyum, tetapi kenapa air mata itu menetes.

Hadorik telah mengunci bibirnya, tapi air mata tidak berhenti turun membasahi bantal. Apakah yang harus ia lakukan setelah ini.

Kehidupan selalu di lalui melewati hal hal yang tak terduga.

Awalnya Hadorik memiliki pemikiran Hanan akan memaksanya tinggal, mengikat dan memenjarakan dia di kamar sampai dia membalas cintanya,  mengingat tempremen dan ancaman sebelumnya, ini memang bisa terjadi.

tetapi ternyata hanan tidak mengatakan apa apa.

Setelah makan dan memeriksa kesehatan, hanan langsung mengantar Hadorik ke stasiun. Membelikan tiket dan mengucapkan selamat tinggal.

Ketika Kereta mulai berjalan, hanan berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan tangan, bibirnya tersenyum, walaupun hatinya telah sakit sesakit sakit nya.

Mungkin begitu juga yang di rasakan Hadorik, tatapan matanya melekat pada orang itu sampai orang tersebut hilang dalam pandangan.

Ini adalah cara mudah untuk kembali ke pesantren, mengendarai kereta karena stasiun berada di desa yang sama dengan tempat pesantren di bangun.

Selama duduk di kereta Hadorik tidak pernah merasa tenang, grasak grusuk tidak menentu, mengusap kepala, menangis, tertawa dan kadang menggigit tangan nya.

Akal sehatnya telah hilang dalam perjalanan singkat ini, hatinya tercuri dan di hancurkan. Dia telah di cinta dan dihina pada saat bersamaan. Setelah apa yang sudah di lakukan padanya apakah dia masih memiliki harga diri.

Bagaimana ia melupakan hinaan ini?

Di sela sela kesedihan itu air mata Hadorik terus mengalir, sebelumnya dia bukan seorang yang lemah, tapi kali ini ia telah jatuh dan sangat terhina..

BL Hanan HadorikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang