Ketika tidak ada lagi yang bicara', salah satu mengambil langkah ke dapur yang lain duduk diam di ruang tamu.
Hal yang tak terpikirkan kan oleh hanan sebelumnya adalah berapa keras kepala orang ini. Tetapi dia juga sama, memaksa kehendak nya pada orang lain juga merupakan sikap keras kepala.
Kenapa ia mulai peduli dengan pendidikan hanan, sedang Hanan sendiri tidak memikirkannya, lalu kenapa masa Depan pemuda itu menjadi tanggung jawab nya. Apa dia sudah tidak waras sehingga mengambil keputusan untuk meninggalkan pesantren demi urusan tidak jelas ini.
Kenapa dan kenapa.
Pertanyaan pertanyaan itu muncul di pikiran Hadorik, sebelumnya bukankah ia tidak peduli dengan orang di depan nya, dan cukup tau bagaimana jadinya jika ia memaksa.
Apa yang mungkin di harapkan tidak akan terjadi, tapi di mana mula harapan itu.
Semakin lama, Hadorik semakin larut dalam pikirannya sendiri, namun waktu telah berlalu, sudah 10 menit dari hanan meninggalkan nya.
Sekarang orang itu kembali muncul dari dapur sambil membawa makanan dan dua gelas minuman.
Satu piring nasi goreng penuh asap tersaji di depan Hadorik dengan jus melon dingin.
"Aku tidak biasa menerima tamu. Jadi hanya bisa menyediakan makanan yang sederhana."
Hadorik melirik orang di depannya sebentar sebelum kembali membuang pandangan.
"Aku datang kesini hanya untuk memastikan kau tidak keluar dari pesantren karena kesalahan ku. "
"Ya, itu memang bukan kesalahan mu, kejadian terakhir kali Jangan di pikirkan. Antara pria dengan pria selalu ada pertempuran kan."
"Terserah bagaimana kau menganggap nya, aku hanya menanti satu jawaban dari mu sekarang, kau akan ikut dengan ku ke pesantren atau tidak?"
Tangan Hanan menyusup ke rambut Hadorik, mengusapnya dengan lembut
"Ngomong-ngomong masalah jawaban, aku baru saja mengungkapkan perasaanku, bagaimana kau menanggapi aku sekarang?, Bisa kah kita menjalin hubungan."Memang setiap kali ungkapan membutuhkan jawaban. Apa lagi ungkap cinta.
perasaan seorang pria dengan pria lain, ini tidak normal bagi orang normal, tapi ini normal bagi orang yang sedang jatuh cinta.
Meskipun hadorik memijat keningnya beberapa kali ia masih harus berbicara omong kosong dengan orang di depannya.
"Yang ku maksud adalah, kau mau kembali ke pesantren atau tidak. Ini terakhir kali aku bertanya."
"Aku akan memberimu jawaban, tapi setelah kau menjawab pertanyaan ku dulu. Bagaimana perasaan mu padaku?"
"Aku sudah mengatakannya sejak lama. Bagaimana perasaan seseorang terhadap orang gila, seperti itulah perasaan ku terhadap mu"
Hinaan yg sdh tak terhitung berapa kali Hadorik mengatakan nya namun masih berefek di hati Hanan.
" Hadorik, kadang aku tidak percaya dengan apa yang kamu ucapkan. Kedengarannya begitu menyakitkan, tapi wajahmu tidak melihat ku dengan kebencian. Aku berpikir, Apakah kau menyukai ku dan berusaha menolak nya di dalam hatimu?"Hadorik berdiri dan menyandang tas punggung nya. " Aku sudah lelah berbicara denganmu. Apapun jawabanmu aku sudah tidak perduli, terserah apapun maumu."
Ketika kaki kiri hadorik mulai melangkah pergi, tangan kanan hanan segera menahan lengan kiri hadorik.
Keduanya bersitatap sesaat, sampai akhirnya salah satu mengalah.
Hanan menarik hadorik duduk kembali, kali ini dia duduk berdampingan.
" Sekarang makanlah dulu. Aku akan memberimu jawaban setelah kamu makan. Bersantai lah. Mngkin perut'mu menderita selama di kota."
KAMU SEDANG MEMBACA
BL Hanan Hadorik
General Fictionboy love.. bl... Ngak di revisi, bijak lah dalam membaca, ini hanya piksi belaka