33

525 35 0
                                    

Dua hari kemudian....

Di sebuah rumah sakit', ujung koridor lantai 4  terdapat kamar khusus VIP yang di sewa Pendi untuk Hanan istirahat.

Tubuhnya tidak bergerak, oksigen melekat di hidungnya, air infus secara perlahan masuk kedalam tubuhnya, dia sudah koma selama 5 hari.

Setelah mendapat telpon dari orang tua Hanan, Pendi tidak bisa tinggal diam, dia sudah lama tau wanita ular seperti Vina tidak akan melepaskan Hanan dengan mudah.

Dia segera menyusul kepergian Hanan hingga pesantren, setelah mendengar penjelasan salah satu ustad dia segera berbelok arah dan mengirim beberapa orang secara khusus untuk mencari Hanan.

Hampir larut malam kecelakaan itu baru di umumkan, segera orang orang suruhan Pendi memeriksa ke tempat kejadian.

Naasnya mobil itu terbakar habis bahkan hampir tidak tersisa, orang' orang menemukan dompet dompet tidak jauh dari lokasi kejadian.

Dalam kecelakaan ini polisi menetapkan ada satu korban yang meninggal dunia  tetapi jasadnya tidak di temukan.

Berdasarkan pemeriksaan menggunakan abu berkas kebakaran mereka tidak menemukan DNA manusia, tidak ada bekas tulang belulang sehingga pernyataan ini di cabut, sehingga Mereka menyebut korban kemungkinan tidak selamat namun mayatnya tidak di temukan.

Setelah melakukan olah TKP polisi masih belum menyimpulkan sebab kecelakaan, tempat ini di penuhi tali polisi.

Sejauh dua kilo meter dari tempat kejadian Pendi melihat seorang pria bersimbah darah terbaring di pinggir jalan tepat berada di lereng jurang, dia bergegas untuk memeriksa dan ternyata itu memang Hanan.

Ketika tangannya menyentuh leher Hanan, urat jadinya tidak bergerak, darah di perutnya juga hampir mengering. Segera dia di bawa kerumah sakit.

Dalam perjalanan Hanan masih sempat sadar dan melihat dengan jelas siapa yang menyelamatkan nya, dia tersenyum karena itu adalah Pendi, tetapi dia juga meneteskan air mata

"Kemana kau membawa ku?, aku ingin pergi ke pesantren" suara Hanan sangat lemah hampir tidak terdengar.

Pendi tidak akan mengabulkan permintaan Hanan kali ini, dia  menyeka dahi Hanan yang kotor kemudian mengikat kain di perutnya.

Secara perlahan tangan Hanan menghentikan Pendi, matanya melekat pada nya. "Pendi, jika ingin menyelamatkan aku antar kan aku bertemu Hadorik, aku mohon. "

"Hanzi, kita harus memikirkan kesehatan mu, kita harus kerumah sakit"

"Tidak.. aku tidak mau kerumah sakit, aku mau bertemu Hadorik"

Pendi tidak pandai membujuk, dia tidak tau harus berkata apa, tangannya menggenggam tangan kanan Hadorik dengan kuat  "setelah kau sembuh kita akan ke pesantren, aku akan membawa mu"

Secercah harapan itu apakah masih ada, Hanan tersenyum tapi air matanya terus mengalir  " setelah sembuh?,.... Pendi, lalu bagaimana jika akuu tidak sembuh?, bagaimana jika sudah tidak ada kesempatan lagi? "

Pendi tidak mau terbawa suasana yang bimbang  dia melihat ke kaca mobil, sopir di depannya sedang memperhatikan mereka. "Pak bisakah lebih cepat, temanku mungkin sudah tidak kuat lagi."

"Baik pak. Kami akan membuat serine darurat "

Setelah serine darurat terdengar Pendi merasa lega, dan ketika dia memperhatikan Hanan saat itu Hanan sudah menutup mata.

Dalam  penderitaan yang seperti ini Hanan masih memaksa bertemu Hadorik, perasaan nya apakah sudah sedalam itu, Pendi tidak bisa memikirkan perasaan dua pria yang menurut nya tidak mungkin. Dia pria normal dan terus berpikir bahwa dia akan menjadi tidak waras jika terlalu dalam menyelam hubungan sahabat dengan Hadorik.

Tetapi di dalam keadaan sekarat, Hanan tidak menyebutkan nama ayah ataupun ibunya, nama yang terus di sebut di bibirnya adalah Hadorik, seakan akan hidupnya hanya untuk seseorang bernama Hadorik saja.

Bahkan jika dia harus kehilangan, dia akan kehilangan dirinya sendiri dari pada kehilangan orang yang dia cinta.

Apakah cinta mereka sudah sedalam itu?"

Mereka sampai di rumah sakit di malam hari, pihak rumah sakit segera melakukan perawatan insentif, mereka berupaya sekuat tenaga untuk menyelamatkan pasien mereka yang hampir sudah tak tertolong.

Operasi besar di lakukan, dan beberapa tindakan khusus, menggunakan alat alat yang canggih dan penggunaan obat terbaik, Pendi tidak akan hitung-hitungan dengan sahabatnya, dia tidak peduli berapa banyak biaya yang dia keluarkan yang terpenting adalah keselamatan sahabatnya.

Operasi selesai, lampu kamar ICU sudah berubah, Pendi dapat bernapas lega di luar ruangan. Dia menunggu dokter keluar sambil mondar mandir di depan pintu.

Salah satu dokter keluar dan langsung menutup pintu dengan rapat. Dia lalu membawa Pendi ke ruangan nya.

Pendi duduk di depan seorang dokter ahli bedah dengan wajah tegang. "Dokter Bagaimana keadaan teman ku?"

"Tuan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin"

Dada Pendi berdegup lebih kencang, dia benar benar takut keputusan yang dia buat salah ketika lebih mementingkan  membawa Hanan kerumah sakit dari pada ke pondok pesantren.

Hatinya semakin gelisah mengingat ucapan terakhir Hanan. " bagaimana jika sudah tidak ada kesempatan lagi"

"Dokter itu tidak mungkin, teman ku pasti bisa bertahan, bicaralah berterus terang, apa kau bisa menyelamatkan nya atau tidak?, jika tidak aku akan membawanya kerumah sakit lain." Pendi segera beranjak dari tempat duduknya. Dokter di depannya juga berdiri.

"Tuan, bukannya kami ingin menahan, tetapi mngkin untuk di negeri ini rumah sakit terbaik hanya di sini, ada berapa banyak pasien rujukan dari rumah sakit lain sampai di sini. Teman anda, tidak bisa di bawa dalam perjalanan jauh itu akan semakin membahayakan nyawanya "

Pendi berbalik untuk melihat wajah percaya diri dokter itu. "Rumah sakit ini terbaik, tapi kau tidak bisa menyelamatkan teman ku, apakah pantas menyombongkan diri?"

"Tuan, kami tidak mengatakan kalau kami tidak mampu, kami hanya sudah berusaha semaksimal mungkin, Opera berjalan lancar, tapi..."

"Apa?".

Pendi tidak puas berbicara dari jarak jauh, dia mendekat untuk menatap Mata dokter itu dengan mantap.

" Tapi hasilnya belum di putuskan, pasien masih koma. Tunggu lah sampai beberapa hari. Kami khawatir bukan hanya luka luar yang menyiksanya tetapi juga ada luka dalam yang belum di ketahui"

"Lalu kenapa tidak memeriksa keadaan nya secara menyeluruh?"

"Kami perlu ronsen, tapi situasinya tidak memungkinkan, pasien masih koma. Jika keadaan nya membaik kita bisa melakukan ronsen keseluruhan tubuhnya."

"Kalau begitu, aku minta tolong selamatkan temanku bagaimana pun caranya, kalian tidak perlu khawatir, jika dia selamat Aku tidak akan sungkan membayang biaya sebesar apapun."

"Kami akan berusaha dengan maksimal tuan" dokter itu keluar lebih dulu.

Keesokan harinya, tepatnya di hari ke 6, Hanan masih koma,  tetapi  sudah ada perkembangan walaupun sedikit. detak jantung nya perlahan normal, Dia masih memerlukan oksigen dan infus.

Setelah dokter keluar dari ruangan Pendi di beri kabar baik, sungguh dia tidak sabar menunggu Hanan keluar dari kesengsaraan ini.

Segera setelah berbicara beberapa kata dengan dokter, Pendi masuk menemui tubuh Hanan yang terbaring di ranjang, dia mengambil sebuah kertas dan juga pena. Menulis beberapa kata.

Setelah nya kertas di lipat kasar dan di serahkan ke pada seseorang.

"Aku sudah menulis alamat nya di belakang surat. Pastikan orang yang menerima surat ini bernama Hadorik"

Pendi mengeluarkan seamplop uang tunai menyerahkan kepada pria di depannya. Lalu orang tersebut segera pergi

BL Hanan HadorikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang