ZANA POV
"Barang-barang yang akan aku bawa pulang, sudah selesai aku kumpulkan, hanya tinggal mengikuti anak tangga menuju meja kasir." Bisik Zana, namun tiba-tiba pandangannya tertuju pada sosok seorang pria tampan yang baru saja memasuki toko. Rasa penasarannya membuat Zana tidak bisa mengalihkan pandangan dari sosok itu.
"Siapa dia, penampilannya begitu mempesona, membuatku penasaran dan merasa ingin tahu lebih banyak tentangnya. Aku mengintip dari jarak dekat dan memikirkan ide-ide baru, sambil mengetuk dahi saya dengan jari." Ucap Zana, tertarik pada pria tampan yang ada di depan kasir.
Seolah-olah bayangan pria itu mencuri hati Zana dengan ketampanannya yang memikat. Ia tidak dapat membantah bahwa siapa pun yang melihatnya pasti akan terpikat oleh jiwanya yang terpancar dari raut wajah tampannya, Walau sudah memiliki kebahagiaan bersama Jovan, tak bisa dipungkiri rasa tertarik yang membuncah saat melihat sosok tampan itu, membuat hatinya berdebar.
Di saat yang sama, Zana memulai strateginya untuk mendekatkan diri kepada Raka. Tanpa sengaja, Zana berpura-pura terpeleset dan Raka yang sedang berada di depannya dengan sigap menangkap Zana sebelum jatuh ke lantai. Raka memandang Zana dengan tatapan yang bingung, namun Zana tersenyum lembut pada Raka, tak dapat mengalihkan pandangan dari ketampanannya.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Raka dengan suara lembut dan perhatian, memperhatikan Zana yang tersandung dan hampir terjatuh.
"Ah, iya. Terima kasih banyak telah menolong saya," ujar Zana dengan suara merdu dan wajah yang berseri-seri. Dia sangat terkesan oleh ketampanan Raka. Dalam hatinya, Zana berpikir bahwa ia telah berhasil melakukan misinya untuk dekat dengan Raka.
"Iya, sama-sama," jawab Raka, membalas sapaan Zana.
Dengan membawa barang-barang yang akan dibeli, Raka melanjutkan perjalanannya untuk mencari benda yang dibutuhkan. Namun, Zana tetap setia mengikutinya, memperkenalkan dirinya dengan baik.
"Perkenalkan, nama saya Zana. Bolehkah saya membantu Anda dalam mencari barang yang Anda butuhkan?" tanya Zana, dengan tulus memperkenalkan dirinya kepada Raka.
Mendengar ucapan Zana, Raka pun menjawab dengan senyum lembut. "Terima kasih, Zana. Namaku Raka, senang bertemu denganmu. Namun, saya tidak membutuhkan bantuanmu. Saya akan bayar barang-barang ini dan segera pulang."
Dengan ramah, Raka membayar barang-barang yang sudah dibeli, dan setelah selesai membayar, Raka pun pergi dan pulang.
Zana tak dapat mengalihkan pandangan matanya dari Raka yang kini sedang membayar barang-barang yang akan dibawanya pulang. Ia merasa terpana dan terpesona oleh ketampanan Raka yang sangat menyentuh hatinya. Dalam hati, ia memutuskan bahwa ia harus segera melakukan sesuatu untuk dapat mendekatkan diri kepada Raka. Senyum miringnya terukir jelas di bibirnya, menandakan keyakinannya untuk mewujudkan impiannya tersebut.
Setelah keluar dari toko, Zana berjalan perlahan menyusuri jalan menuju ke rumah pacarnya, Jovan. Ia tak bisa menghilangkan pemikirannya tentang Raka, seorang pria tampan yang baru saja ditemuinya di toko. Meski demikian, ia tahu bahwa Jovan adalah pria kaya raya yang memiliki segala kemewahan yang diinginkan. Ia bersyukur karena bisa menjadi pacar dari seorang yang memiliki kekayaan seperti itu, meskipun hatinya masih tertarik pada Raka.
JOVAN POV
Dengan suara tawa yang membumbung tinggi, Jovan mengejek kekayaan dan tampangnya kepada Kevin. Ia berkata, "Wah, betapa menyenangkan hidupku. Kaya dan tampan, kalau kamu ingin membeli apapun, cukup memintanya padaku. Apa yang kamu inginkan? Ingin mengunjungi Burj Khalifa? Tidak usah mengunjunginya lebih baik Aku akan membelikannya untukmu." Ia berkata dengan sangat sombong dan memperingatkan kakinya ke atas meja, dengan suasana yang sangat meyakinkan akan kemewahannya.
Seiring dengan kebahagiaan Jovan yang sombong, tiba-tiba Zana memasuki ruangan, membawa aura dan energi baru yang memenuhi ruangan. Kevin hanya tersenyum melihat tingkah Sombong sahabatnya itu.
Zana menapak masuk ke ruangan Jovan, dengan gait yang lembut dan perlahan. Kevin, sahabat Jovan, memperhatikan dengan seksama tindakan Zana yang memasuki ruangan.
"Sayang," bisik Zana, dari balik pintu.
Kevin memandang Zana dengan wajah yang tidak suka. "Hm, si bocah nyebelin datang," ujar Kevin dengan nada yang tidak senang.
"Apa sih, Kevin, sebaiknya kamu diam saja," sahut Zana dengan nada tidak senang.
"Hm..?" balas Kevin dengan wajah yang kesal.
Zana berjalan menuju Jovan dan duduk di pahanya. Ia mengecup bibir Jovan dengan penuh sayang dan cinta. Kevin sudah terbiasa melihat kemesraan antara Jovan dan Zana.
"Dari mana saja sayang?" tanya Jovan sambil memeluk erat Zana dan memangku badanya.
"Sebenarnya, aku baru saja keluar dari toko perlengkapan," jawab Zana. "Aku memiliki beberapa keperluan untuk dibeli disana."
"Oh, baiklah. Aku kira kamu menghilang, hahaha." Jovan memandang Kevin dan berbicara pada sahabat dekatnya itu.
Perbincangan pun dimulai antara Jovan dan Kevin, sementara Zana hanya diam dan menikmati momen bersama dengan kekasihnya.
"tahukah kamu, Vin, kemarin aku bertemu dengan mantanku. Kata orang, dia sekarang berdiri dengan empat kaki. Menurutku, ini sangat menyenangkan," ucap Jovan dengan nada jahil.
"Apa benar, memiliki empat kaki? Bagaimana bisa, Vin? Ada apa dengan dia, seperti binatang saja?" tanya Kevin, dengan nada penasaran.
"Apa kamu gila, Vin? Empat kaki itu bermaksud menggunakan alat bantu untuk berdiri. Bukan memiliki empat kaki seperti binatang," sahut Jovan dengan sedikit kekesalan.
"Oh, begitu, ya. Ternyata dia tidak memiliki empat kaki seperti itu. Apa yang terjadi padanya?" tanya Kevin dengan penasaran.
"Sudahlah, Kevin, padahal kau tahu aku tidak bicara tentang kurangnya kaki seseorang," Jovan berkata dengan kesalahpahaman. "Aku bicara tentang seseorang yang mengalami kecelakaan dan sekarang harus berdiri dengan bantuan alat."
"Aku hanya bercanda, Jovan. Kita tetap sahabat, bukan?" Kevin menjawab dengan tawa ringan.
Sementara Jovan sibuk berbicara dengan Kevin, Zana merasa terabaikan dan meninggalkan pangkuannya. Duduk di sofa, dia terperangah dalam pikirannya tentang wajah tampan Raka yang membayang di benaknya. Kevin, yang memperhatikan Zana yang diam dan terdiam, akhirnya memutuskan untuk memecahkan kesunyian.
Zana terlihat sedikit terpengaruh, dan ia diam untuk beberapa saat, hanya menatap ke dalam tidak berkutik. Kevin memperhatikan Zana dan merasa ada yang tidak beres, ia memutuskan untuk bertanya. "Mengapa kau begitu tenang hari ini, Zana? Biasanya kamu liar seperti kucing" tanya Kevin.
Zana menghela nafas dan menatap ke arah Kevin. "Vin, tak ada yang salah. Aku hanya merasa sedikit lelah," jawabnya dengan nada yang tenang.
Jovan yang melihat tingkah mereka berdua, segera bertindak. Ia berdiri dan berjalan ke arah Zana. "Apa yang terjadi, sayang? Apakah kau membutuhkan bantuan?" tanya Jovan dengan penuh kebaikan.
Zana tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, sayang. Aku hanya membutuhkan sedikit istirahat," jawabnya dengan senyuman lembut.
.
.
.
..
...
..
.
.
."Sementara kamu memegang cinta pada seseorang, usahamu untuk memperoleh mereka haruslah selalu ada, meskipun hasilnya tak pasti." - ZANA
~~~RAKA~~~
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKA
Teen FictionRaka adalah seorang remaja yang harus hidup mandiri setelah kehilangan ibu tercintanya. Namun, dia memutuskan untuk melanjutkan usaha milik ibunya, yaitu sebuah toko bunga, sebagai bentuk penghormatan terhadap pesan terakhir ibunya. Dalam upaya untu...