KEVIN CAFE VIOLET

5 13 2
                                    

KEVIN POV

Di malam itu, Kevin terguncang oleh peristiwa yang terjadi. Bayang-bayang wajah cantik dan polos dari seorang gadis yang ditolongnya, memenuhi pikirannya. Ia sadar bahwa dia memiliki janji untuk membantu gadis itu berbicara dengan manajernya. Meskipun dia mampu berbicara sendiri, Kevin merasa khawatir bahwa manajernya akan menolak permintaannya. Oleh karena itu, dia meminta bantuan dari Jovan.

Dengan perasaan gugup, Kevin bangun dari tempat tidurnya dan mengambil handphonenya. Dia menekan nomor Jovan dan meminta bantuan sahabatnya untuk membantunya menepati janjinya pada gadis itu.

Kevin menunggu teleponnya di angkat sama Jovan dengan penuh harap, tetapi sangat disayangkan bahwa tidak ada balasan yang datang. Ini membuat Kevin kesal dan rasa kecewa muncul dalam hatinya. Ia bergumam dengan rasa tidak puas.

"Sialan kau Jovan!!" bisik Kevin dengan nada kesal.

Akhirnya, setelah merasa kecewa, Kevin kembali ke tempat tidurnya. Ia meletakkan handphonenya di sisi ranjang dengan perasaan tidak puas. Tanpa disadari, alam bawah sadarnya mulai mengambil alih dan membawanya ke dalam dunia mimpi, membiarkan Kevin tertidur dengan nyenyak.

Pagi itu, suara alarm kembali menggema, mengusir Kevin dari dunia mimpinya. Ia terbangun dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mempersiapkan diri untuk berangkat. Menjalankan mobilnya, Kevin bergegas menuju Mansion Jovan dengan semangat. Dalam perjalanan, dia mengebut, tidak mau ketinggalan waktu.

Setibanya di Mansion Jovan, Kevin dengan cepat mencari Jovan. Ia menanyakan keberadaan Jovan kepada para pelayan yang berada di sana. Namun, kecewa, jawaban yang diterimanya adalah bahwa Jovan masih tertidur dan belum bangun. Karena sifatnya yang gampang tidak sabar, Kevin tanpa ragu-ragu masuk ke kamar Jovan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Saat memasuki kamar, Kevin melihat Jovan masih tertidur dengan nyenyak. Ia merasa terpaksa harus mengejutkan sahabatnya agar bangun dari tidurnya.

"Woi, bangun! Ada kebakaran!" Kevin berteriak sambil mengejutkan Jovan yang masih tertidur.

Jovan terkejut oleh teriakan Kevin. Ia dengan cepat bangun dari tidurnya dan panik. Kevin, yang melihat hal ini, tidak bisa menahan tawanya dan merasa puas karena berhasil mengerjai sahabatnya.

"Ahahaha!" Kevin tertawa dengan lepas.

Jovan akhirnya menyadari bahwa dia sedang diusili oleh Kevin. Ia menendang Kevin, membuatnya jatuh dari sisi ranjang.

"Mengapa kamu datang ke kamarku pada waktu yang sangat dini ini, Ini sangat jarang terjadi padamu," Jovan bertanya dengan muka yang setengah sadar dan tidak lupa mengumpat pada Kevin.

"Sebaiknya kamu mandi dulu, agar aku bisa berbicara dengan lebih nyaman. Kamu terlalu bau sekarang," Jawab Kevin.

Setelah terbangun dari tidurnya yang tenang, Jovan beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandinya untuk melakukan rutinitas pagi. Ia merasa damai setelah membersihkan diri dan memakai pakaian terbaiknya, lalu duduk santai di sofa kamar. Kevin, yang sejak tadi menunggunya, duduk di hadapannya dengan tatapan penuh harap.

"Apa yang membawa kamu datang pagi-pagi ke kamarku?" Tanya Jovan dengan tatapan penuh perhatian.

"Ada masalah yang harus kuberikan padamu," Jawab Kevin serius. "Kemarin malam, aku melihat seorang gadis yang sedang diganggu oleh preman di tepi jalan. Karena aku merasa kasihan dan tidak ingin gadis itu diganggu sama preman, aku memutuskan untuk membantunya meskipun sampai berkelahi. Setelah berbicara dengannya, dia bercerita bahwa dia baru saja pulang dari bekerja di sebuah cafe. Dia juga mengatakan bahwa dalam perjalanan pulang, dia diganggu oleh preman tersebut. Saat aku bertanya mengapa dia tidak meminta untuk bekerja pada siang hari atau pulang lebih awal, dia mengatakan bahwa manajernya tidak memperbolehkannya." Terang Kevin panjang lebar.

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang