"Mas Tyo telat berapa menit ini?" Kaila berlagak seperti Mbak Juju yang siap menindaklanjuti orang-orang yang tidak disiplin.
"Jangan dicepuin, Kai. Aku nganter anak sekolah dulu. Gak kayak kamu yang gak punya kerjaan pagi-pagi."
Kaila mencebik, "enak aja! Bangun pagi-pagi itu susah buat aku yang baru tidur jam dua dini hari!"
"Bukannya kamu part time tiap malam Senin, Rabu, Kamis?"
"Kan tadi malam Rabu." Kaila memutar bola matanya. "Kai udah ngepel lantai lima sama lantai empat. Kita kebagian jatah di tiga lantai hari ini karna Flo lagi sakit."
"Lantai mana lagi selain lima sama empat?"
"Lantai enam."
"Perasaan Flo sakit terus," gerutu Tyo. "Ditemenin gak sama calon lakinya ke Rumah Sakit?"
"Kai gak tahu, Mas. Kemarin gak sempat ketemu sama Flo."
"Resiko pregnant before married emang gitu kali, ya? Aku kasihan banget sama Flo. Udah tiga bulan belum dikawinin sama bapaknya bayi."
"Udah kawin atuh, Mas."
"Maksudnya belum dinikahin."
"Nyari duit buat biaya nikahan gak gampang, Mas. Aku ngerasain sendiri nyari duit."
"Kayak aku gak pernah nikah aja, Kai." Mas Tyo mengambil alih pel yang kupegang. "Tumben kamu gak bersihin kaca."
"Disuruh Mbak Juju buat ngepel sama ngelap meja dulu tadi. Katanya kaca buat cowok-cowok."
"Tumben banget Mbak Juju ngatur begitu. Biasanya terserah mau yang mana duluan yang penting kerja."
Kaila menggeleng, "kayaknya sekongkol sama Mbak Lida. Soalnya Mbak Juju bestian gitu sama Mbak Lida."
"Jangan salah, Kai. Kamu nanti istirahat jangan ke Kantin. Ke Pantry aja makanannya gak kalah enak. Plus para penggibah ada di sana."
"Seriusan, Mas? Wah! Kai bisa ikut nimbrung di sana, dong?"
"Bisa. Kamu kalau sudah ngegibah, capek karena kerja kayaknya langsung ilang."
Kaila cengengesan. Tidak bisa menyangkal karena memang benar. Soal gibah, dia juaranya. Karena selain akan mendapatkan berita, Kaila juga mempunyai segudang cerita untuk diceritakan kembali.
*****
"Wah! Benar apa yang Mas Tyo bilang. Perkumpulan kaum gibah banyak banget," gumam Kaila melihat sekeliling Pantry. Lalu matanya tertuju pada Mbak Lida yang duduk bersama pembuat kopi. Mereka hanya terhalang meja saja.
"Mbak Lida!"
Yang bernama Lida itu menoleh pada gadis berambut sebahu dan mengenakan pakaian khusus cleaning service. Lida mengernyit heran mengapa anak buah Juju berada di sini. Karena Lida mungkin masih bisa menampung spesies seperti Juju. Namun kalau dua Juju, sepertinya Lida tidak mampu.
"Mbak, Kai boleh duduk di sini?"
"Boleh."
Kaila mengangguk lalu mengambil makanan untuknya sebelum duduk di sebelah Mbak Lida.
Sudah separuh makanan di piringnya habis, gibahan belum saja dimulai. Mbak Lida cenderung diam seolah menggibah dengan Kaila tidak sebanding dengannya.
"Loh, Kai, kenapa kamu ada di sini?" Mbak Juju datang dan duduk di samping Mbak Lida. "Tumben di Pantry." Ia mengambil minuman yang disodorkan Mbak Ras
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Marriage
Teen FictionMencari istri tidak semudah mencari rekan kerja. Itu yang ada di pikiran Rezwan. Tetapi, Mamanya terus saja menyuruhnya menikah dan selalu mencarikan wanita untuknya. Wanita yang sangat jauh dari tipe Rezwan. Apakah Rezwan akan menikah dengan wanita...