3. Restoran low budget

8 1 0
                                    

"Kaki Kakak udah sembuh total, Han."

"Beneran udah sembuh, Kak? Aku kaget banget pas dengar Kakak kecelakaan. Harusnya Kakak gak usah kerja malam itu lagi, deh. Biar aku aja yang kerja."

"Terus kalau kamu kerja, kamu putus kuliah, gitu?"

Terdengar helaan nafas dari Farhan-- Adik Kaila.

"Kak, kuliah mahal banget. Kalau murah udah pasti Kakak gak mungkin kerja sebanyak itu."

"Kamu kenapa, sih?!" Tanya Kaila jengkel. "Kakak gak mau, ya, kamu putus kuliah. Awas aja! Kakak gak akan pulang lagi nanti."

"Ancamannya gitu banget, Kak. Ngeri. Farhan, kan cuma mau bantuin Kakak. Lagian Farhan bisa kerja Part time juga, kok. Kuliah sambil part time gak akan capek banget."

Kaila menggeleng meski ia tahu kalau Farhan tidak melihatnya menggeleng. Farhan tidak boleh bekerja. Kuliah sambil kerja tidaklah mudah. Kaila hanya ingin sang adik lulus tanpa harus bersusah payah bekerja.

"Kakak mau tidur dulu." Kaila memutus sambungan telepon secara sepihak. Ia merebahkan diri di atas kasur yang sangat empuk ini.

"Ayo tidur. Besok bisa dihukum Mbak Juju kalau telat," ucapnya pada diri sendiri.

*****

"Mbak Juju!"

Kaila melambai-lambai begitu melihat Mbak Juju sedang berbincang dengan lelaki yang membelakangi Kaila. Tangan Kaila melambai dengan semangat meski Mbak Juju memelototinya dan dari gerak-geriknya, Mbak Juju melarang Kaila begitu.

"Pagi, Mbak Juju!" Bola mata Mbak Juju seakan keluar dari tempatnya saat Kaila sama sekali tidak mengerti dengan kodenya.

"P-pagi, Mas E-eh Pak, he-he-he." Kaila tersenyum kikuk saat sadar dengan siapa Mbak Juju berbicara.

Dia adalah lelaki aneh yang membawanya ke Rumah Sakit lalu meninggalkannya.

"Maaf, Pak. Saya akan mengurusnya." Mbak Juju terpaksa menampilkan senyum lalu melotot pada Kaila. "Kamu ikut saya!"

"Oke, Mbak!" jawab Kaila dengan mengangkat tangannya seperti sedang hormat saat upacara.

"Kamu ini!" geram Mbak Juju lalu membawa Kaila menjauh dari lelaki aneh itu. Namun baru beberapa langkah, suara lelaki aneh terdengar.

"Saya memiliki urusan dengannya. Silahkan kamu pergi."

"Baik, Pak," jawab Mbak Juju. Kaila yang ditinggalkan sendiri bersiap ingin kabur namun tangannya lebih dulu dicengkeram oleh pelaku yang baru saja mengusir Mbak Juju.

"Sepertinya kaki kamu baik-baik saja sekarang. Kalau begitu kamu ikut saya keluar sebentar."

"Aduh, Pak, maaf banget! Kaki saya tiba-tiba gak bisa digerakkan."

"Kamu membantah perintah atasan kamu sendiri?" Dia mengernyit.

"Bapak bukan atasan saya. Walaupun Mbak Juju sering jahat sama saya, Mbak Juju gak pernah ngatur-ngatur saya selain bukan karena urusan bekerja."

"Begitu, ya?" Kaila mengangguk. "Kalau begitu kamu saya suruh untuk bekerja."

"Saya, kan, sudah bekerja."

Lelaki itu mengamati Kaila dari bawah ke atas, "ini yang disebut bekerja? Kamu bahkan tidak membawa wiper."

"Kan Bapak nahan saya."

"Kamu terlalu percaya diri."

"Ya udah, Bapak yang terhormat. Saya izin mengundurkan diri. Saya ingin bekerja dengan tenang tanpa gangguan makhluk halus."

Before MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang