4. Gibah lagi

7 1 0
                                    

Kaila makan siang dengan tenang di Pantry tanpa memperdulikan ketiga Mbak-mbak tukang gosip disampingnya. Ia memilih menghabiskan makanannya tanpa menoleh sedikitpun karena perutnya keroncongan meski sudah diajak sarapan tadi pagi.

Mbak Lida dan Mbak Juju sama seperti kemarin. Duduk di kiri dan kanan Kaila sedangkan Mbak Ras baru saja selesai dengan tugasnya membuat minuman untuk para pekerja. Sebelumnya, Mbak Ras sudah mewanti-wanti agar tidak memulai pergibahan terlebih dahulu tanpanya. Ia tidak ingin ketinggalan berita sedikitpun.

"Gue mau gak percaya tapi kejadian ini di depan mata gue sendiri." Mbak Juju geleng-geleng kepala melihat Kaila yang sudah selesai dengan makan siangnya.

"Kamu ada hubungan apa sama Presdir, Kai?" Tanya Mbak Ras begitu benar-benar sudah selesai dengan pekerjaannya. "Gak mungkin cuma partner kerja doang, yakan?"

"Partner kerja, sih, partner kerja. Tapi dalam artian lain," kompor Mbak Lida menyala begitu saja saat mendengar cerita dari Mbak Juju yang mengatakan bahwa Kaila dibawa Presdir ke dalam mobil pagi-pagi.

"Hati-hati hamil, loh, Nak." Aura keibuan terpancar dari Mbak Ras yang enggan melihat Kaila. Ia memilih untuk mengaduk teh-nya dengan pelan. Berlagak prihatin pada Kaila.

"Bener!" Mbak Juju menepuk bahu Kaila. Sepertinya mereka tidak sadar bahwa tidak ada kesempatan untuk Kaila berbicara.

"Amit-amit, deh, kalau nanti kamu jadi Flo kedua."

"Apaan, sih, Mbak!" Kaila mencebik. "Gak akan jadi Flo."

"Tapi gak papa." Mbak Lida berujar. "Kalau kamu hamil, masa depan kamu terjamin sampai ke anak cucu kamu, Kai! Presdir yang tajir melintir itu gak mungkin mau buang anaknya sendiri. Apalagi yang merawanin kamu, kan dia."

"Bener juga," sahut Mbak Ras diangguki oleh Mbak Juju. "Mending kamu hamil aja, deh, Kai. Lumayan masa depan terjamin."

"Tapi, emang Presdir mau tanggung jawab?" Mbak Juju tampak khawatir. "Gue lihat Kaila mau-mau aja diajak ke dalam mobil. Berarti mau sama mau. Kalau Kaila menuntut tanggung jawabpun gak bakal bisa karena mereka mau sama mau."

"Haduh benar juga." Mbak Lida memijat pelipisnya. "Gak usah hamil, deh, Kai. Porotin aja duitnya."

"Dia aja pelit," kata Kaila. Mbak Lida dan Mbak Ras langsung melotot.

"Pelit? Kamu dikasih berapa?"

"Semangkuk full bubur ayam, Mbak Ras."

"What?!" Mbak Juju terkejut. "Kalian ML di mobil dan bayarannya cuma semangkuk bubur?!"

"Kaila nyebutnya bubur ayam kali. Padahal anunya si Bapak. Logika aja, si Bapak gak mungkin beli bubur ayam. Orang pagi-pagi sarapannya oatmeal." Mbak Ras menolak percaya.

"Kamu mah gak usah difilter gitu bahasanya. Kami ngerti, kok, yang kamu maksud bubur ayam itu apa." Mbak Lida tersenyum menyeringai, "lagian saya, kan sudah bilang, Kaila. Minta bayaran yang banyak perjamnya!" Mbak Lida berkata geram. "Goyang, gak mobilnya?"

"Gak tahu," jawab Kaila.

Mbak Ras membenarkan jawaban Kaila. "Ya iyalah gak tahu! Orang Kaila yang ngegoyang! Nih, ya! Orang ML dalam mobil itu, pangku-pangkuan!"

"Gila!" Mbak Juju menepuk bahu Kaila pelan. "Udah yang keberapa kalinya?"

"Pertama. Kan, Kai emang baru pertamakali ikutan ke mobil."

"Astaga!" Mbak Lida mengusap wajahnya kasar. "Pakai pengaman, gak?"

"Kalau di mobil, kan emang pakai pengaman, Mbak Lida. Nanti kalau gak pakai pengaman, ketahuan polisi!"

Before MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang