Moment II: Perpisahan

1.1K 31 0
                                        

Setelah sebelumnya disibukkan dengan persiapan prosesi lamarannya dengan Icha kini tiba waktunya untuk Pasha mempersiapkan diri perihal langkah selanjutnya yang akan diambil terkait pendidikannya yaitu melanjutkan pendidikan strata satunya di Belanda sesuai dengan bidang studi yang sudah dipilihnya, arsitektur.

Tumbuh dan melihat secara langsung bagaimana kiprah sang papa menjadi seorang arsitek menjadikan Pasha ingin mengikuti langkahnya. Bahkan tempat kuliah yang dipilihnya pun Ia ingin mengikutinya yaitu Delft University, tempat sang papa menuntut ilmu berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Bila sebelumnya sang papa begitu keras menentukan ke mana arah pendidikan yang harus diambil Pasha maka pada tahap ini sang papa memberikan kebebasan sepenuhnya kepadanya untuk memilih. Berbekal ilmu agama yang selama 12 tahun ini sudah Ia pelajari di sekolah asrama bahkan sampai harus tinggal jauh dari keluarganya diharapkan itu menjadi pondasi yang kuat bagi Pasha agar tidak berjalan ke arah yang tidak baik. Bahwa apapun yang dikerjakan dan di mana pun Ia berada nantinya agama tetaplah menjadi pegangannya.

Berbekal dengan ilmu dan pola fikir yang sudah banyak berubah ke arah lebih baik selama satu tahun ini, pergi jauh dari Icha kini lebih terasa ringan untuk Pasha. Terlebih Ia mendapatkan bonus dapat melihat Icha hingga tiga kali tahun ini. Di mana itu menjadi pertemuan kedelapan, kesembilan dan kesepuluh mereka.

Selama satu tahun tidak bertemu, Icha kecilnya banyak berubah. Bakat-bakat kecantikannya semakin terpancar dari pertumbuhannya. Icha kini bertambah tinggi. Beberapa bagian tubuhnya sudah mulai terbentuk. Respon Icha kepadanya pun kini berubah. Icha-nya tak lagi berani sedekat dulu dengan dirinya mungkin karena sudah lebih mengerti.

Hal itu membuat Pasha segan hingga Ia pun menjaga jarak dengan Icha. Ia baru bisa berdekatan dengan Icha saat harus memasukkan cincin pertunangan ke tangan mungilnya. Saat itu Pasha fikir Icha tidak mengerti apa yang terjadi karena usianya yang masih belia namun saat Pasha berkata Ia ingin Icha menunggunya dan Icha menjawab iya saat itulah Pasha tahu bahwa paman Malik sudah menjelaskan semua kepada Icha. Ada rasa bahagia dalam diri Pasha karena itu berarti Icha kecil menerimanya.

----------

Sejak hari Pasha meninggalkan Indonesia sejak itulah fokus Pasha hanya pada kuliahnya. Rutinitas kuliah dan tugas yang menghabiskan waktu membuat Ia tidak lagi memikirkan Icha walaupun jauh di dalam lubuk hatinya selalu tersimpan nama Icha.

Untuk menghindari Icha, setiap kali liburan kuliah Pasha tidak pernah kembali ke Indonesia. Bila rindu kedua orangtuanya maka mama dan papanya yang akan berkunjung dan menghabiskan waktu bersama di Belanda.

Pasha hanya mengetahui informasi tentang Icha secara tidak langsung. Entah itu dari sang mama, sang papa atau dari orang tua Icha.

Waktu sungguh berjalan dengan cepat hingga tanpa terasa Pasha sudah di tahun keempatnya, tahun terakhir untuk menyelesaikan strata satunya. Ia hanya perlu menyelesaikan kerja praktek lapangan lalu tugas akhir. Kini Ia pun sudah berusia 21 tahun sedangkan Icha-nya 11 tahun.

Saat beristirahat di kasur setelah menyelesaikan tugasnya, Pasha membuka pesan di handphonenya yang selama beberapa jam ini Ia abaikan. Untuk yang mengetahui bagaimana sulitnya menjadi mahasiswa arsitektur maka akan sangat memaklumi ketika pesannya lama tidak terjawab.

***

From: ❤Mama❤

From: ❤Mama❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MOMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang