Moment V: Trimester Pertama Kehamilan

2.9K 40 0
                                    

Setelah Pasha dan Icha selesai bercinta, Pasha beristirahat sejenak dalam pelukan Icha. Ketika seharusnya sang istri yang lebih merasa kelelahan, saat ini yang terjadi justru sebaliknya.

Hal itu membuat Icha gemas sehingga tertarik untuk membelai lembut kepala sang suami. Ia tahu sejak pertama kali mereka melakukan hubungan suami istri sebenarnya sang suami selalu menginginkannya. Hal itu cukup terlihat jelas olehnya. Namun, karena mereka yang berada di lingkungan keluarga ditambah kondisinya belakangan ini yang kurang sehat membuat sang suami menahan diri. Hari ini ketika mereka telah kembali hanya berdua saja barulah sang suami meminta haknya kembali.

Sejujurnya Icha merasakan sakit pada organ intimnya kembali di saat mereka melakukannya namun Ia sadar Ia haruslah membiasakannya. Tidak mungkin Ia menolak sang suami dan membuatnya kecewa. Ia menginginkan sang suami bahagia dan membahagiakannya adalah tugasnya saat ini.

----------

Setelah membiarkan sang suami beristirahat selama sepuluh menit, Icha berkata dengan lembut kepadanya. "Kak, bangun yuk. Sudah pukul lima sepuluh menit, kita harus mandi dan bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Ashar. Waktu kita tersisa tiga puluh tujuh menit lagi."

Mendengar perkataan sang istri membuat Pasha tergugah dari rasa kantuknya. Alhamdulillah, sang istri membangunkannya sebelum Ia pulas tertidur. Ia menyadari mereka belum mensucikan diri setelah melakukan hubungan suami istri. "Terima kasih, Sayang. Kakak hampir saja tertidur dalam kondisi belum bersuci."

Icha pun hanya tersenyum mendengar apa yang sang suami ucapkan. Ia kembali membelai kepalanya lembut.

Pasha bangun dari posisinya kemudian duduk bersila di tengah ranjang. Hal itu membuat Icha bebas untuk menggerakkan tubuhnya kembali.

Icha bangun dari posisinya secara perlahan kemudian menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang. Namun, saat hendak beranjak dari kasur sang suami menahan satu tangannya.

"Duduk terlebih dahulu, Sayang, ada yang ingin kakak sampaikan." Ucap Pasha saat menahan pergerakan sang istri.

"Baik." Icha menjawab singkat dan menghentikan pergerakannya.

Icha pun berbalik dan menaikkan kedua kakinya kembali ke atas ranjang secara perlahan dengan bantuan sang suami. Setelah berhasil, barulah Ia mendudukkan tubuhnya di atas kedua kaki yang telah ditekuk dengan sedikit memiringkannya agar kandungannya tidak tertekan. Ia menjadikan satu tangan sebagai penopang keseimbangan di belakang tubuhnya sedangkan satu tangannya yang lain Ia gunakan untuk membelai lembut kandungannya.

Setelah dirasakan telah duduk dengan nyaman barulah Icha bertanya kepada sang suami dengan tersenyum. "Apa yang ingin kakak sampaikan kepada Icha? Icha sudah siap mendengarkan."

----------

Pasha yang melihat bagaimana proses sang istri hanya untuk dapat duduk dengan nyaman pun terdiam. Terlihat olehnya sang istri sudah cukup kesulitan dengan perut buncitnya namun tidak mengeluh, bahkan saat ini Ia sedang menunggu jawabannya dengan tersenyum. Ia sungguh bersyukur akan hal tersebut. Alhamdulillah.

Dikarenakan tidak dapat menggenggam tangan sang istri, Pasha mengucapkan kata yang ingin diucapkannya dengan menyentuhkan tangan pada satu pipi sang kekasih hati. "Sayang, kakak ingin mengucapkan terima kasih kepada Icha. Terima kasih sudah mau melayani kakak meski kondisi Icha yang masih belum baik. Maafkan kakak yang tidak bisa menahan diri ya, Sayang. Ingatkan kakak ketika lupa dan menyakiti Icha."

Icha tersenyum mendengar perkataan sang suami. Ia fikir sang suami ingin menyampaikan hal penting apa kepadanya.

Icha pun mengambil tangan sang suami dari pipinya kemudian meletakkannya di atas perut buncitnya bersama tangannya. Ia ingin mengatakan sesuatu menggunakan nada suara anak-anak. "Mama bilang mama juga menginginkannya, Pa. Terima kasih, Pa, sudah membahagiakan mama. Karena sekarang tidak ada oma dan opa yang tinggal bersama kita, bila papa menginginkan mama, papa langsung katakan saja kepada mama ya, Pa, mama dengan senang hati akan mengabulkan permintaan papa katanya."

MOMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang