hachi mau!

19.6K 1.9K 100
                                    

Happy Reading

Hachiko sudah sadar dari satu jam yang lalu, dan selama itu pula ia hanya diam tak melakukan apapun, ia bahkan tak menghiraukan dua orang yang sedari tadi mencoba mengajaknya berbicara.

Thania dan johan sudah hampir menyerah mengajaknya berbicara yang hanya di hiraukan oleh hachi

Mereka menghela nafas lelah, bagaimana lagi cara agar hachi mau bicara pada mereka?

Hachi mentap jendela yang mengarah pada langit berwarna biru dengan gedung tinggi yang menjulang.

Ia sedang memikirkan, harus kemana ia setelah ini? Tuhan benar benar mengujinya, ingin rasanya ia melawan takdir tuhan namun mana mungkin, ia hanya manusia biasa.

Di saat seperti ini biasanya nenek selalu berkata 'nak, percayalah Tuhan tak akan menguji hambanya di luar kemampuannya'

Ucapan neneknya mamang benar, buktinya ia bisa melewati ujian yang diberikan Tuhan berulang kali padanya.

"Hachi, makan dulu yuk? Hachi belum makan loh nanti tummy nya sakit kalau tidak di isi" Thania duduk di samping brankar hachi dengan semangkuk bubur di tangannya

Hachi sempat melirik namun kembali mengalihkan pandangannya pada jendela kaca. Thania menghela nafasnya.

Ceklek...

Pintu ruang rawat hachi terbuka menampilkan tiga orang remaja dengan membawa paper bag berwarna coklat, dan tas yang berisikan keperluan johan dan thania.

Iya mereka adalah si kembar, saat mereka di sekolah johan menelpon mengatakan hachi masuk rumah sakit, jaemian sudah ingin pergi dari sekolah dan menemui hachi namun di tahan oleh jovan dan reygan serta thania yang tidak mengijinkan putranya bolos.

Jadilah mereka baru kemari saat pulang sekolah, dan membawa beberapa keperluan untuk thania dan johan.

Jaemian menyadari raut sedih mommy nya dan hachi yang hanya diam menatap jendela, jaemian bingung ada apa ini kenapa semua pada diam?

"Ada apa mom?" Jaemian bertanya

Thania tak menjawab melainkan menatap hachi sandu, jaemian mengerti, ia mengambil paper bag yang berada di tangan jovan lalu menghampiri hachi.

Jaemian berdiri di sisi kiri brankar hachi "masih inget abang?"

Hachi yang tadi melihat kekaca dan memunggungi jaemian sekarang menoleh pada jaemian.

"Bang jemi?" Lirihnya, jaemian tersenyum

Bibir hachi melengkung ke bawah, matanya berkaca kaca siap menjatuhkan liquid bening dari plupuk matanya.

Jaemian mendekap tubuh hachi dan mengelus punggung hachi.

Hangat.

Itu yang hachi rasakan saat ini, ini pertama kali ia merasakan pelukan sehangat ini, rasanya nyaman dan hachi menyukainya.

Jaemian merasakan punggungnya basah, hachi menangis ternyata. Jaemian melepaskan pelukannya lebih dulu, ia menghapus jejak air mata hachi.

"Ssttt... Jangan nangis nanti sesek" Ucapnya

"T-tapi rumah hiks... H-hachi hiks.." Hachi tak sanggup melanjutkan ucapannya

"Tidak apa, masih ada abang" Ucapnya

Jaemian terus memberikan kata penenang untuk hachi. Jaemian menatap hachi lekat

"Hachi tau tidak? saat hachi nolongin abang, abang merasa bersyukur bisa ketemu hachi, hachi anak yang kuat hachi bisa bertahan sampai sini dengan kaki hachi sendiri, kalau abang yang berada di posisi hachi mungkin abang udah nyerah duluan" Ucapnya sungguh-sunghuh

HachikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang