13. Lamaran

11.7K 600 7
                                    

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~~

NCT 127 – Touch

~~~~~

"Ketika kehadiranmu tidak dianggap, ingatlah bahwa kamu sedang belajar cara peduli."

~~~~~

Jadi selama ini dia sudah berbuat zina dengan Doni?

Jadi selama ini dia sudah berbuat zina dengan Doni?

Jadi selama ini dia sudah berbuat zina dengan Doni?

Pertanyaan itu selalu terngiang di benak Jenni, perempuan yang masih mengatur napas dan memandang pria di atasnya dengan pandangan sulit ditebak. Apa maksud dari semua ini, dia telah di bohongi?

"Mas selama ini bohong sama aku? Mas bohong tentang semua hal yang menyangkut kelegalan kita? Mas tega," ucap Jenni dengan mendorong tubuh Doni di atasnya menjauh.

Grep

Doni mengimbangi dengan cepat pergerakan Jenni, setelah di dorong menjauh dari atas tubuh sang istri, pria itu merengkuh pinggang Jenni hingga berada di pelukannya. Menggesekan hidung bangirnya ke leher Jenni dengan seduktif.

"Mas ingin menikahimu secara negara sayang, di mata agama kita sudah sah. Mas tidak menyangka pemikiran mahasiswi berprestasi dan sudah mengajukan judul skirpsi masih kolot seperti ini, bisa dibilang sedikit tidak pintar."

"Jangan berbohong seperti ini Tuan, dan tolong lepaskan saya."

Jenni kembali memberontak, menggoyangkan tubuhnya berusaha melepaskan diri dari pelukan pria ini. "Jangan berusaha membuat Mas marah, Mas tahu jika kamu hanya bercanda."

"Ahh Mas ngapain," Jenni semakin bergerak heboh, mendorong kepala Doni agar menjauh dari lehernya. Apa yang dilakukan pria ini hingga membuatnya mengeluarkan suara yang tidak pantas, ah menyebalkan.

"Hmm," Doni hanya menjawab dengan sebuah gumamam.

"Mashh..."

Ingin rasanya Jenni mengutuk bibirnya sendiri karena kembali mengeluarkan suara-suara aneh, maka dari itu kegiatan ini harus berhenti, dirinya terlalu polos jika harus menghadapi ini semua sekarang. "Berhenti Mas, aku mohon berhenti dulu," ujarnya dengan menahan dada Doni yang ada di depannya.

Jenni harus menguras tenaganya hanya untuk membalikkan badan menghadap Doni, postur tubuh Doni yang dua kali lebih darinya itu yang membuatnya kesulitan. "Iya-iya aku salah, aku salah makanya aku minta maaf, Mas jangan kayak gini lagi."

Jenni dapat melihat pandangan aneh yang ditujukan kepadanya, seolah  bertanya apa yang sedang kau bicarakan.

"Ih Mas maaf, aku bercanda."

"Lucu?"

Jenni diam.

"Kamu pikir lucu hm?" tanya Doni sekali lagi.

Jenni masih diam, entahlah saat berada di posisi ini membuatnya seolah tidak bisa bergerak apalagi mengatakan sesuatu. Tatapan Doni bagaikan tatapan seekor elang yang menemukan seekor anak ayam yang tersesat di dalam hutan, penuh dengan ketakutan.

"Aku nggak bermaksud Mas, lagian Mas juga salah karena bilangnya ambigu banget, aku kan jadi salah tangkap gitu," ucap Jenni dengan suara memelan di akhir kalimat.

"Banyak aja alasannya."

Doni mengambil tangan kiri Jenni dan meluruskannya, menjadikan lengan kecil itu sebagai bantalan kepala. Menenggelamkan wajahnya pada leher wangi sang istri, menindih kaki Jenni dan tak lupa juga Doni melingkarkan lengannya pada pinggang Jenni.

Anak Rahasia Sang Direktur TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang