Dokumen 4

12 1 0
                                    

"Pintu ini membutuhkan kunci, tapi aku menemukan kertas ini di lubang kuncinya."

Jo mengambil selembar kertas kecil yang disodorkan oleh Ado kemudian membacanya, tekstur dan jenis kertas yang sama seperti yang dia temui pertama kali, kertas berwarna kekuningan dan tulisan yang hampir memudar.

Jo membacanya dengan lantang, tidak hanya dirinya, Ado dan Alter yang berpikir keras; teman-temannya yang ikut mendengarkan pun memutar otak mereka hanya untuk mencerna makna dari surat tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jo membacanya dengan lantang, tidak hanya dirinya, Ado dan Alter yang berpikir keras; teman-temannya yang ikut mendengarkan pun memutar otak mereka hanya untuk mencerna makna dari surat tersebut. Sudah kedua kalinya mereka menemukan surat dengan tulisan aneh dan yang lebih anehnya surat itu sedikit membocorkan kejadian yang akan terjadi kedepannya, seolah surat itu memang memberitahu mereka rintangan selanjutnya.

Mereka pun terdiam. Tidak ada satu orang pun yang bersuara, mereka sibuk tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Ado mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya, tatapannya terpusat pada lubang kunci pada pintu tadi. Walaupun tidak terlihat jelas, tetapi dia dapat melihat setidaknya ada enam gigi yang terpahat di lubang kunci tersebut yang berarti kunci untuk membukanya pasti memiliki enam gigi juga.

"Anu ...." Suara seorang gadis terdengar memecah keheningan. Dia berjalan menaiki anak tangga, berusaha menghadap ke arah Jo dan Ado.

"Ada apa?" tanya Alter.

Gadis itu memilin ujung bajunya, dia sesekali melihat ke arah secarik kertas tersebut. "Aku sepertinya tahu maksud dari kertas itu dan mungkin saja kita bisa menemukan kunci untuk membukanya," jawabnya.

Jo menoleh ke belakang, dia pun menundukkan tubuhnya lalu berbisik kecil kepada gadis tersebut. Tanpa perlu mengatakannya dengan lantang pun, gadis itu paham apa yang diinginkan oleh Jo. Dia berbalik dan melangkah meninggalkan kumpulan teman-teman kelasnya, sedangkan mereka hanya menatap ke arah Jo kebingungan.

"Ikuti saja dia," ucap Jo.

Menuju kembali ke lorong yang gelap, suara derap sepatu menuruni anak tangga besi terus terdengar bersahutan. Meraba dinding yang sudah terjamah oleh kabut tebal, bahkan ruangan yang sebelumnya mereka jelajahi sudah berubah total entah bagaimana.

Jo berdiri di samping gadis yang masih memandu jalan mereka, dia membantu perjalanan dengan mengarahkan senter menembus dinding asap. Tatapan awas bukan berarti membiarkan isi kepalanya hampa, berkali-kali dia memeriksa secarik kertas tua tadi, pikirannya dibuat terus berputar pada paragraf terakhir surat.

Berjalan menuju radiks dan menetap di domain ke-9?

"Kita sudah sampai." Atensi Jo buyar seketika setelah mendengar gadis di depannya berbicara, berdiri di depan sebuah pintu lainnya yang sama seperti mereka temui di lantai atas.

"Maksudmu ruangan ini?" tanya Jo.

Gadis itu mengangguk. "Biarku jelaskan."

Berdasarkan surat yang mereka terima dan sesuai penjelasan gadis yang memimpinnya menuju lokasi sesuai pada surat tersebut, Jo dapat menyimpulkan arti yang dimaksud di setiap kalimatnya.

MIRROR [ON GO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang