"Kami sudah sepakat."
Ado dan Alter menoleh ke arah Jo yang sedang berjalan menghampiri mereka, di belakangnya disusul Jasmine dengan muka angkuhnya.
"Oh? Apakah pintu hatimu sudah terbuka, Yang Mulia?" ledek Alter.
Jasmine mendengus. "Hmph. Aku menyetujui usulan kalian, TAPI, aku akan mendapatkan 75% hasil yang tersisa setelah kita keluar dari sini."
Ado menyisir rambutnya dengan jemarinya kemudian berpindah posisi membelakangi Jasmine. "Ternyata selain keras kepala, kau pun serakah. Ya sudahlah, aku lebih peduli nyawa daripada harta. Ayo, Jo, Alter." Lelaki itu melenggang pergi dengan wajah datar.
Jo tidak ingin memperpanjang perdebatan yang masih panas itu, dia pun memilih untuk mengikuti Ado. Alter yang tertinggal akhirnya mengajak Jasmine dan para teman sekelasnya untuk ikut mereka bertiga kembali ke tempat kelas A.
Membujuk Jasmine memang tidak mudah. Selain memedulikan nama baiknya sebagai ketua kelas yang terpandang, dia tidak ingin dirugikan. Sebenarnya tidak ada salahnya jika tidak mengajak kelas Jasmine untuk bergabung, tetapi petunjuk yang Jo dapatkan mengarahkan mereka untuk bertemu dengan kelas C yang kebetulan mereka memegang kunci menuju pintu yang terkunci. Otak mereka memang cerdas, tetapi mereka tidak dapat menggunakannya bersamaan dengan kekuatan.
Ruangan yang dipakai oleh kelas A untuk bermarkas cukup besar, mereka membagi isi ruangan menjadi dua wilayah. Berbicara tentang persediaan, mereka menggabungkan semua yang mereka pegang dan membaginya rata. Ado menyuruh teman sekelasnya untuk membantu mengobati korban dari kelas Jasmine dan Alter membagikan air dan makanan kepada mereka yang kelaparan dan kehausan, sedangkan Jo dan Jasmine membahas tentang secarik kertas teka-teki yang mereka temukan masing-masing.
"Kami sangat kesulitan untuk memahami isi kertas ini karena kalimatnya seperti terpotong, siapa yang dapat menebak kelanjutan dari kalimat tersebut kalau berbentuk rumpang?" keluh Jasmine.
Jo menyandingkan kertas yang diberikan oleh Jasmine dengan kertas yang mereka miliki sebelumnya.
[...] Namun, bukankah menyenangkan seperti itu? Seperti kata orang pintar sebelumnya, "Hidup tidak selamanya sempurna. Adakala yang berada di tahta teratas menjadi penjilat di bawah dan para penjilat itu menjajah tahta mereka."
Berjalan menuju radiks dan menetap di domain ke-9, berharap menemukan kocokan dadu yang menunjukkan sisi enam mata pada mereka.
Dilanjutkan,
[...] Tetiba waktu langit memberikan restu mereka, oleh karena itu dia mempersilakan jiwa itu melangkah menuju tempat pembersihan. Tempat di mana mereka banyak yang mengepakkan sayap mereka.
Marco Polo. Oh, tempat dengan nama yang terlalu diagungkan sebagai tempat pelepasan. Bagi jiwa yang tertolak, maka mereka akan dihadiahkan kesempatan kesekian.
Jasmine juga memberikan sebuah kunci dengan desain kuno, batangnya panjang dilengkapi 9 gigi dengan kepala kunci berbentuk bunga mawar yang layu. Jo menatap ke arah Alter, meminta pendapatnya.
"Kita tidak bisa terus berada di sini. Apa kau mau menikmati hidupmu dan menyambut masa depan di sini?" tanya Alter.
"Aku tidak masalah," jawab Jasmine ringan.
Ado berdecak. "Semakin cepat kita bertindak, semakin cepat kita keluar. Ayo segera bergerak." Lelaki itu menghindar dari kerumunan dan mulai mengemasi beberapa barang.
"Ayo." Jo pun ikut mengemasi barang-barangnya.
Beberapa bungkus makanan dan botol minum, keperluan medis dan tentu saja denah yang dia temukan. Sebelum keluar dari ruangan yang mereka tempati saat ini, Jo sempat memecahkan sebuah kaca, lebih tepatnya kaca yang melapisi meja di dalam ruangan itu, dan mengambil satu dari beberapa serpihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR [ON GO]
Teen FictionPandangan yang gelap tidak akan mampu membuatnya melihat bebas. Kehadiran sosok figur yang tidak pernah diketahui Jo menyimpan beberapa rahasia yang terkunci rapat. Teror demi teror menimpa orang-orang sekitarnya; penindasan dan malapetaka mengubah...