- Arsip Dokumen 7.2

2 0 0
                                    

Pakaian keamanan sudah terpakai, alat keselamatan sudah terpasang dan tidak lupa pula dengan alat pendukung keahlian juga di bawa. Benar saja, pelatihan ini menggabungkan sekuruh angkatan penjaga dengan petarung. Tiga kelas dijadikan satu, tentu semakin banyak wajah yang tidak dapat kukenali lagi. Kukira lelaki yang menahanku di taman belakang hanya omong kosong saja, ternyata dia memang sekelas denganku dan sekarang sedang menatapku sinis.

Tentu saja, aku melihat gadis tadi tengah berbincang dengan temannya pula. Kejadian mengupingku di kamar mandi beberapa saat lalu masih tidak dapat dilupakan, sesuatu hal yang membuatku sangat teramat norak. Memikirkannya membuatku tidak sengaja melamun memerhatikannya dari kejauhan.

Fokusku kembali memadat saat para petinggi memberikan arahan terhadap pelatihan ini, mereka kemudian membagian beberapa kelompok sesuai dengan golongan keahlian. Aku mendapatkan kelompok yang dapat dikatakan ... sampah.

Kelompok yang terdiri dari aku sendiri, satu orang lelaki dari kelas B, seorang perempuan dari kelas C, dan tentu saja lelaki yang menghampiriku tadi. Kami diperintahkan untuk memperkenalkan diri dan mengatakan keahlian yang dikuasai guna untuk mengidentifikasi waktu penggunaan tiap peserta. Semua dimulai dari lelaki kelas B.

"Siang, semua. Namaku Ian Hayden, kelas B, keahlianku sebagai navigator. Oh, ini alat yang membantuku," ucap Ian, tangannya terulur menunjukkan sebuah pin panjang dengan ujung layaknya penanda arah.

"Alat itu membantumu menunjukkan arah atau ...?"

"Aku dapat membaca arah tanpa peta, pin ini hanya membantuku mengoreksi saja." Ian menjawab.

"Selanjutnya, aku!" ujar gadis dari kelas C. "Hai, aku Jasmine Zayn, tentu saja dari kelas terhormat, kelas C. Keahlianku sebagai perajut, aku dapat merajut apa saja dari bahan yang diberikan kepadaku, carikanlah aku kulit binatang maka akan kubuat pakaian layak untuk kalian! Karena aku tidak suka alat yang terlalu besar, jadi aku hanya memilih jarum rajut ini saja. Hihihi," jelas Jasmine.

Tidak banyak tanggapan untuknya, tetapi perlu diakui kemampuan bersosialisasinya perlu disumbangkan kepadaku.

Selanjutnya adalah aku.

"Halo, aku Ado D'essentials. Keahlianku tidak terlalu penting, aku sebagai pemecah kode atau kalian dapat bilang pemecah misteri. Aku dari kelas A, alat yang kugunakan hanya ini," jelasku kemudian aku mengeluarkan pena yang selalu bersamaku.

"Pena emas?" ledek Jasmine.

Geram rasanya. Aku meletakkan sidik jariku di pemindai khusus, memikirkan satu hal dan mengubah pena itu menjadi sebuah pisau lipat. "Tidak hanya itu, masih banyak yang bisa kuubah, tapi hanya dapat berfungsi dengan sidik jariku saja."

Ian bertanya padaku jika dia boleh meminjam pena itu, aku mengizinkannya tetapi aku ambil lagi karena takut hilang.

Lelaki di sebelahku berdecak. "Sekarang aku," ucapnya.

"Alter Mosov. Sekelas dengan Ado, paling tidak aku mengetahui beberapa orang di kelasku sendiri daripada seseorang. Aku sebagai ...."

Suara Alter semakin mengecil. Aku, Ian dan Jasmine menunggu jawabannya yang tidak kunjung keluar. Ian kembali bertanya untuk memperjelas jawabannya, tetapi hanya gaungan kecil dari Alter.

"Hey, kau tidak punya keahlian, ya, Alter?" celetuk Jasmine.

"Lajang, kau lebih baik diam," oceh Alter.

"Jangan mempermalukan kelas kita," tegurku.

Alter membuang wajahnya. "Keahlianku sebagai pengingat, aku mempunyai ingatan tajam jadi aku tidak memerlukan apa-apa."

MIRROR [ON GO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang