Kehidupan rumah tangga Fasya dan Adnan sangatlah aneh. Saat ini mereka tengah duduk di meja makan di mana Adnan dan Fasya masing-masing duduk di ujung meja. Tidak ada percakapan apapun di antara mereka selain dentingan sendok dengan piring. Ini pertama kalinya Fasya melihat Adnan setelah pria itu kembali dari luar kota tadi siang.
Sesekali Fasya melirik Adnan yang masih fokus makan. Dia melihat pria itu dengan pandangan menilai. Bahkan dia memiringkan kepalanya untuk berpikir. Yang ada di otak Fasya saat ini adalah Adnan mirip seperti robot. Tidak ada yang pria itu lakukan selain makan, berbeda dengan Fasya yang tidak bisa diam dan sesekali melirik ponselnya agar tidak jenuh.
Ingatan Fasya kembali pada semalam, di mana Adnan menghubunginya dan berkata hal yang membuatnya bingung. Hingga saat ini Fasya masih penasaran kenapa Adnan melarangnya bertemu dengan Denis? Mereka adalah sepupu seharusnya Adnan tidak boleh seperti itu. Apa mungkin memamg Adnan yang menyebalkan di sini? Fasya ingin sekali bertanya tetapi dia ragu saat melihat Adnan yang sangat tidak manusiawi, diam seperti robot rusak.
Fasya meminum air putihnya saat piringnya sudah kosong. Dia berdeham pelan berusaha memulai percakapan. Tidak, dia tidak bisa diam. Adnan membuatnya penasaran.
"Mas?" panggil Fasya hati-hati.
Adnan hanya meliriknya sekilas dan kembali fokus pada piringnya.
"Mas?" panggil Fasya lagi. Kali ini sedikit kesal.
"Apa? Tinggal ngomong."
Fasya mengerucutkan bibirnya kesal. Respon Adnan benar-benar menyebalkan. Jujur lebih baik pria itu diam dari pada membuka suara. Namun sayangnya Fasya ingin Adnan berbicar saat ini.
"Soal semalam, kenapa Mas Adnan larang aku ketemu Mas Denis?"
Melihat Adnan yang oangsung berhenti makan membuat janting Fasya juga seperti ikut berhenti. Sepertinya dia telah melakukan kesalahan. Apa dia bisa menarik pertanyaannya kembali?
"Kamu nggak perlu tau. Kalau saya bilang jangan ketemu ya jangan ketemu."
"Tapi kan Mas Denis sepupu Mas Adnan?"
Adnan meletakkan sendiknya dan menatap Fasya lekat, "Kata siapa dia sepupu saya?"
Mata Fasya membulat mendengar itu. "Jadi Mas Denis bukan sepupu Mas Adnan?"
"Kata siapa dia bukan sepupu saya?"
Raut terkejut dari wajah Fasya langsung hilang, tergantikan dengan wajah kesal. Adnan benar-benar menyebalkan! Fasya harus banyak-banyak berdoa agar Tuhan memberikannya umur panjang untuk menanggapi Adnan.
"Ya terus Mas Denis itu siapa? Jangan muter-muter deh."
"Dasar robot konslet!" Lanjut Fasya dalam hati.
"Saudara jauh." Adnan mengedikkan bahunya tak acuh dan kembali makan.
"Mas Adnan belum jawab pertanyaan aku. Kenapa Mas Denis nggak boleh dateng ke rumah?"
Adnan menghela napas kasar dan mendorong piringnya menjauh. Dia mengelap bibirnya dengan tisu dan berdiri.
"Kamu bikin napsu makan sayang hilang."
Fasya mengepalkan tangannya dan ikut berdiri.
"Mas!" panggilnya lagi saat Adnan beranjak ingin pergi.
"Berhenti. Jangan lewatin batas kamu. Ingat perjanjian kita."
Fasya terdiam tidak bisa menjawab. Seketika dia teringat dengan perjanjian mereka.
"Ya, kalau gitu Mas Adnan juga nggak bisa larang aku ketemu Mas Denis dong. Dia baik kok, udah janji juga mau kenalin aku sama pacarnya."
"Fasya!" Adnan seperti hilang kesabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Sah (SELESAI)
RomanceHidup Fasya mendadak berubah hanya dalam waktu 24 jam. Semua terjadi karena kesehatan kakeknya yang menurun. Dengan berharap akan kesembuhan kakeknya, Fasya terpaksa harus menikah hari itu juga dengan pria yang baru ia temui. Harapan akan masa depa...