Sambil bersenandung, Fasya menuruni tangga dengan perasaan senang. Saat memasuki ruang makan, dia melihat Adnan yang sudah duduk di kursinya. Pria itu meliriknya dengan ekspresi yang membuat Fasya tertawa. Mau tidak mau Fasya membalasnya dengan senyuman konyol. Dia tahu apa yang ada di kepala Adnan saat ini. Pria itu panik dan waspada saat Fasya tahu jika dia memiliki kekasih.
"Saya nggak akan bahas yang semalam sekarang," ucap Adnan tiba-tiba sambil melirik Bibi Sari.
Fasya menatap Adnan polos, lebih tepatnya tidak peduli. Dengan santai dia kembali memakan sarapannya.
"Tapi jangan harap kamu bisa lolos nanti."
"Lolos apaan sih? Orang aku nggak ngapa-ngapain loh."
"Saya lagi nggak mood buat main-main."
Fasya berdecak, "Siapa yang ajak main Mas Adnan? Orang nggak asik gitu."
Adnan menyelesaikan sarapannya dan berdiri. Sebelum pergi dia menghampiri Fasya dan berucap pelan. "Apapun yang kamu ketahui, jangan sampai orang lain juga tau, terutama kakek. Kalau kakek saya tau, kamu orang pertama yang saya kejar."
"Uhh, takut banget. Tapi kayanya Mas Adnan yang lebih takut," bisik Fasya melawan.
"Saya nggak main-main."
"Duh, iya-iya takut banget sih. Lagian itu bukan urusan aku kok." Fasya mengibaskan tangannya tak acuh.
"Bagus."
Setelah itu Adnan benar-benar pergi, meninggalkan Fasya yang terkekeh geli. Seiring berjalannya waktu, dia mulai terbiasa dengan sifat Adnan. Selama ini Fasya selalu menghindar atau memilih diam saat Adnan memarahinya. Namun sekarang, Fasya mulai menunjukkan taringnya. Dia lelah jika harus terus diam dan menyembunyikan sifat aslinya.
Setelah benerapa hari tinggal bersama, Fasya mulai bisa memahami Adnan. Kapan saatnya dia diam dan kapan saatnya dia melawan. Seperti saat ini, Fasya memiliki kartu AS yang cukup membuat Adnan gelisah.
***
Keluar dari ruangan rapat, Fasya merengganggkan leher dan bahunya. Baru kali ini dia mengikuti rapat yang berjalan selama tiga jam. Sebagai notulen, dia harus mencatat segala poin penting pembahasan, apalagi rapat kali ini tidak hanya dihadiri oleh beberapa karyawan saya, melainkan juga kehadiran Kinan, ibu manager.
"Capek ya?" tanya Kinan tersenyum melihat Fasya yang merenggangkan tubuhnya.
"Lumayan, Bu. Tapi asik juga," jawab Fasya dengan cengiran khasnya.
Kinan berdiri di tengah ruangan dan menatap karyawannya satu-persatu. "Habis ini jam makan siang. Saya traktir kalian makan di kantin. Semua harus ikut, termasuk kalian berdua." Tunjuknya pada Fasya dan Dinar.
"Wah, serius, Bu?" Shanon terlihat bersemangat.
"Iya, habis makan kita rapat lagi soalnya." Kinan terkekeh senang tetapi tidak dengan para karyawan yang mendadak lemas.
"Semangat dong, kita lagi banyak kegiatan bulan ini." Kinan bertepuk tangan kencang untuk membangkitkan semangat para karyawannya. "Kalau acara perusahaan lancar dan bonus cair. Saya traktir kalian lagi di restoran pilihan kalian."
"Nah, gini baru mantep." Damar langsung berdiri dengan semangat. "Ayo, makan, Bu. Saya udah nggak sabar mau rapat lagi."
"Yeee, penjilat!" Hanum melempar Damar dengan bolpoin.
"Udah jam makan siang, ayo kita makan," ajak Kinan.
Semua orang mulai bersiap. Seluruh karyawan humas yang terdiri dari 23 orang itu mulai bergegas ke kantin kantor. Beruntung fasilitas di kantor sangat memuaskan sehingga kantin kantor menjadi pilihan terbaik untuk saat ini dengan banyaknya jenis makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Sah (SELESAI)
RomanceHidup Fasya mendadak berubah hanya dalam waktu 24 jam. Semua terjadi karena kesehatan kakeknya yang menurun. Dengan berharap akan kesembuhan kakeknya, Fasya terpaksa harus menikah hari itu juga dengan pria yang baru ia temui. Harapan akan masa depa...