13. Orang Ketiga

5.9K 707 25
                                    

Fasya menatap beberapa kantong belanjaan di tangannya dengan perasaan senang. Lupakan fakta jika dia pernah berjanji untuk menghargai uang. Dia akan menghargai uang, tetapi tidak untuk saat ini. Fasya sedang terlena dan membeli barang yang sudah ia inginkan sejak dulu.

Tidak, Fasya bukan termasuk orang yang kurang mampu. Kakeknya selalu mencukupi kebutuhannya. Hanya saja, Fasya lebih sadar diri sehingga tidak mau merepotkan kakek dan neneknya. Dia tidak mau kakek dan neneknya bekerja lebih keras hanya untuk memenuhi keinginannya.

Sebenarnya Fasya cukup bijak, tetapi jika berhadapan dengan Adnan adalah pengecualian. Pria itu tidak memberikan uangnya dengan cuma-cuma. Adnan sudah menjual namanya di depan Kakek Faris dan tentu Fasya harus mendapatkan keuntungan dan memanfaatkannya.

"Java Chip Frappucino satu ya, Kak. Yang grande."

Setelah berkeliling memanjakan dirinya akhirnya Fasya memilih untuk beristirahat dan membeli minuman. Dia sudah lelah berjalan ke sana-ke mari tetapi anehnya uang pemberian Adnan masih ada.

Apa dia kurang boros?

"Fasya?" panggil seseorang di belakangnya.

Fasya menoleh dan terkejut mendapati Damar, salah satu karyawan kantor yang membantu kegiatan magangnya.

"Loh, Mas Damar di sini?" tanya Fasya tersenyum lebar.

"Iya, lagi sama anak-anak juga. Tuh." tujuk Damar pada salah satu meja di mana Fasya mengenal beberapa dari orang itu.

"Lagi kerja, Mas?"

"Enggak, kok. Lagi bahas project sambil santai. Biar kehitung lembur," ucapnya berbisik di kalimat akhir. "Gabung, yuk?"

Fasya terlihat berpikir sampai akhirnya dia mengangguk. "Boleh deh, semoga aku nggak ngang ngong ngang ngong denger pembahasan kalian."

Damar berdecak, "Enggak lah, Shanon malah curhat habis putus sama pacarnya."

Apa yang dikatakan Damar benar. Para karyawan yang terdiri dari beberapa departemen itu bukan hanya membahas tentang perkerjaan, tetapi juga membahas hal-hal yang tak penting. Seperti kenapa kepala burung hantu bisa berbutar hampir 360 derajat sedangkan kelelawar tidak? Kenapa juga kelelawar bisa tidur menggantung tetapi burung hantu tidak? Terdengar konyol memang, tetapi hal-hal kecil inilah yang membuat para karyawan tetap waras di tengah banyaknya pekerjaan.

"Kalau ada Dinar pasti lengkap deh formasi," ucap Damar tiba-tiba.

Mata Fasya menyipit mendengar itu. Dia mengangguk dan tersenyum penuh arti. "Mau aku suruh ke sini, Mas?"

"Boleh, Sya. Biar kerjanya Damar jadi semangat," celetuk Hanum.

Seketika siulan serta godaan mulai terdengar. Wajah Damar memerah dengan kesal. Kesal karena dia harus menahan malu dari godaan teman-temannya. Oh ayolah, dia hanya sekedar bertanya tadi.

"Semua nunduk!" tiba-tiba Shanon berucap keras sambil mendorong kepala Fasya yang duduk di sampingnya agar segera menunduk.

"Kenapa?" bisik Hanum penasaran. Anehnya semua karyawan yang terdiri dari delapan orang itu kompak menunduk.

"Gue liat Bu Kinan."

"Hah, mana?" Saka, salah satu karyawan dari departemen keuangan dengan santainya kembali mengangkat kepalanya dan melihat ke sekitar.

"Wih, sama cowok!" celetuknya.

Mendengar itu, semua orang kompak menegakkan kepalanya dan melihat ke arah di mana Kinan berada. Begitu juga Fasya. Sekilas dia melihat Kinan yang berjalan menjauh sambil menggandeng seorang pria.

Mendadak Sah (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang