15. Masa Lalu

7K 717 47
                                    

Sepi banget ya cerita ini, ayo ramein 🥹

Ganti cover dulu mau test, kira-kira menarik yang mana? Yang dulu atau sekarang?

***

Fasya menuruni anak tangga dengan langkah pelan. Bahkan dia belum mengenakan sepatunya agar tidak menimbulkan suara. Jika ada yang melihatnya, mungkin mereka akan berpikir jika Fasya adalah maling. Gerak-geriknya begitu mencurigakan seolah takut jika keberadaannya akan diketahui oleh seseorang.

Memang benar begitu adanya. Pagi ini Fasya ingin menghindari Adnan. Semalam dia sudah berhasil menghindar dengan tidur terlebih dahulu. Beruntung Adnan pulang malam sehingga Fasya bisa menyusun rencananya dengan baik.

Jujur saja, Fasya mulai tidak tenang saat tahu jika Adnan adalah bosnya di kantor. Dia takut jika pria itu akan berbuat semena-mena karena dia selalu mengerjai Adnan akhir-akhir ini. Fasya tahu jika tidak selamanya dia akan menghindari Adnan. Namun untuk saat ini biarkan dia bersembunyi.

Melewati ruang makan, Fasya membungkukkan tubuhnya dan sedikit mengingtip. Saat tidak melihat seorang pun di sana dia langsung berjalan melewatinya dengan cepat. Sialnya dia berjalan tanpa melihat ke depan sehingga menabrak sesuatu. Fasya terjatuh ke belakang sambil meringis. Saat melihat apa yang ia tabrak, Fasya semakin meringis. Ternyata bukan sesuatu, melainkan seseorang, dan dia adalah Adnan.

"Mau ke mana?" tanya Adnan berdiri angkuh dengan tangan yang terlipat di dada.

Fasya tersenyum bodoh sambil berdiri, "Mau berangkat ke kantor, Pak."

"Pak?"

"Kan Bapak Adnan bos saya."

Mata Adnan menyipit mendengar itu. Dia menatap Fasya aneh saat menyadari perubahannya yang menjadi sopan. Apa kepala gadis itu terbentur sesuatu? Tidak mungkin jika jatuh tadi membuatnya seketika berubah menjadi baik.

"Pak, saya berangkat dulu ya." Fasya meraih tangan Adnan dan menciumnya cepat. Setelah itu dia berjalan menjauh tetapi Adnan dengan cepat menarik tasnya.

"Masih pagi, kamu terlalu rajin untuk ukuran anak magang."

"Bagus dong, siapa tau saya dapet bonus."

Adnan menarik tas Fasya sehinga gadis itu kembali berdiri di depannya. "Sampai kapan mau lari?"

Mendengar itu Fasya meletakkan sepatunya cepat dan meraih tangan Adnan. "Maafin aku, Mas. Aku janji nggak gangguin Mas Adnan lagi tapi jangan siksa aku di kantor."

"Siksa?"

Fasya mengangguk pelan, "Jangan ganggu kegiatan magang aku."

"Emang saya kurang kerjaan? Cepet masuk, sarapan dulu!"

Dengan lemas Fasya menurut dan masuk ke ruang makan, diikuti Adnan di belakangnya. Melihat Adnan yang biasa saja membuat hati Fasya sedikit tenang. Jujur dia benar-benar takut jika Adnan akan mengerjainya di kantor. Sudah cukup para senior yang memberikan pekerjaan yang cukup banyak, jangan sampai pemimpin perusahaan juga ikut turun tangan. Fasya hanya bisa berdoa agar Adnan tidak balas dendam karena tingkah tengilnya selama ini.

"Kenapa nggak bilang kalau magang di kantor saya?"

Fasya menggigit ayamnya dengan pelan, "Aku nggak tau kalau Mas Adnan kerja di sana."

"Kamu nggak tau pekerjaan suami kamu?" Adnan terlihat tidak percaya.

Fasya mencibir dan meletakkan sendoknya, "Biar aku tanya, emang Mas Adnan tau aku kuliah di mana?"

"Universitas Taruma Budi."

Fasya terkejut dan berdeham pelan, "Kalau jurusan?"

"Komunikasi."

Mendadak Sah (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang