Kembali

11 2 2
                                    

Karra Pov

Aku memegang sebuah surat peringatan ditanganku. Dan ini untuk pertama kalinya bagiku. Aku masih tidak percaya, kesalah apa yang aku perbuat hingga harus mendapatkan surat seperti ini.

Bu arin, saya sama karra kemaren sore itu..." Kata2 Alex dengan cepat aku potong.

"Ibu nuduh saya sama alex?? Kami melanggar norma agama??" Mataku melotot sesaat setelah membaca singkat isi surat peringatan yang berada ditanganku.

"Kalian tuh berdua2an hingga petang tanpa ekskul atau wali kelas. Itu contoh yg nggak baik karra. Apalagi buat adik2 kelasmu! Pacaran boleh tapi tetap harus ada batasannya. Ini hanya sanksi kecil karena berupa surat teguran. Belum ada hukuman atau skorsing. Jadi Ibu mohon kalian jadikan ini sebagai bahan renungan! Oke?" Penjelasan Bu arin seperti tidak semua masuk kedalam otakku.

"Saya dan alex nggak pacaran bu. Dan kemarin kami bukan berdua. Saya.."

"Kami permisi bu! Selamat pagi." ucap alex tiba2 memotong pembicaraanku dan menarikku keluar dari ruang BK.

Alex ini maksudnya apa sih? Kenapa aku tuh sial banget? udah kekunci malah dituduh sembarangan kayak gini. Mereka kenapa nggak punya perasaan banget sih?

"Percuma lo ngotot ke bu arin ra! CCTV kantor nangkep gambar kita pas turun dari tangga dan jalan berdua sampai ke parkiran." Penjelasan alex membuat kepalaku semakin nyut2an.

"Dan apa di toilet itu nggak ada CCTVnya?" Aku kesal menatap Alex. Dia hanya menggeleng lesu.

Disekolah ini CCTV hanya terletak ditempat yg dapat memantau barang2 milik sekolah dan milik siswa terutama parkiran.

Kejam sungguh kejam!!!

"Soal adis lex? Gue nggak tau kenapa dia masih marah sama gue. Apa lo belum ada ngomong sama adis soal kejadian yg sebenernya?" Tanyaku sudah tak ingin peduli lagi dengan surat peringatan sialan itu.

"Bukannya lo nglarang gue cerita waktu itu?"

"Astaga aleexxxx!!!!" ucapku geram dan segera berlari kembali kekelasku tanpa memperdulikan alex yg msih berdiri mematung didepan ruang BK. Sebenarnya bukan salah alex juga sih. Tetapi tetap saja, terlalu banyak hal yang kebetulan menjatuhkanku.

Saat aku kembali ke dalam kelas, bu widi ternyata sudah keluar. Sehingga suasana kelas sedikit ramai karena beberapa anak ada bercanda dan saling mengobrol seperti biasa.

Adisti yang menyadari kedatanganku, langsung mengalihkan tatapannya. Oke, untuk saat ini aku akan mengabaikan alle. Aku hanya ingin adisti tidak salah paham lagi terhadapku.

"Dis, Lo marah sama gue?" Aku langsung to the point, Sepertinya aku banyak belajar dari Sisi tentang sikapnya yg selalu terus terang.

"Nggak!" adis beranjak seperti akan keluar. Ya ampun dis, Kita temenan berapa lama sih dis? Sehari?!!

"Dis astaga, Kemaren gue beneran nggak jalan sama alex!" Ucapku setengah berteriak.

"Apa perlu ya Ra, sampek lo umbar2 di depan kelas kayak gini?!" Mata Adisti seketika menyalang menatapku.

Maksud gue.." kalimatku dengan cepat dipotong oleh Adisti.

"Udahlah Ra, Lo nggak pernah ngerti perasaan gue!" Adisti berjalan keluar kelas dan langsung aku ikuti. Aku merasa bersalah pada Adisty bukan karena Alex tetapi karena aku menyesal telah membahas masalah ini didalam kelas.

"Dis.." Suara berat alle yg berdiri dibelakangku ikut menghentikan langkah adisti dan juga langkahku.

"Gue pengen pipis! Kenapa sih pada nahan gue? Tega banget."

Second PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang