Kekaguman

3 0 0
                                    

Karra POV

Aku terbangun dan berharap kejadian semalam bukanlah mimpi. Jika memang hanya mimpi jangan bangunkan aku Tuhan. Mimpi dariMu lebih indah daripada kenyataan yg harus aku hadapi.

"Matanya kebuka tapi tatapannya kosong! Udah gue sapa malah senyum2 nggak jelas"

"Dia demam?"

"Sedikit! Apa dia koma??? Gmana nih?"

"Dis, Jangan konyol deh!"

Percakapan yg samar-samar aku dengar. Dua suara yg aku rindukan setelah tidur panjangku semalam. Karena beberapa hari ini aku memang sulit tidur hingga tak hanya sakit didada yg aku dapatkan tapi juga diseluruh tubuhku.

Berdamai dengan diri sendiri dan juga dengan Alle ternyata efeknya bisa sehebat ini. Di langit2 kamar adisti bahkan ada wajah Alle yg tersenyum menatapku.

Setelah disadarkan akan kenyataan pahit saat aku hampir kehilangan Alle. Sekarang aku semakin mencintainya. Dan berharap ini tak akan mempengaruhi hasil belajarku di sekolah. Maka bunda akan mengerti mengapa aku melakukan hal ini. Karena lari hanya akan membuatku jatuh kedalam jurang penyesalan.

Akan aku tunjukan pada bunda, bagaimana aku tetap bisa menjaga janjiku padanya meskipun aku telah membaginya dengan cintaku pada Alle.
Akhir bulan desember cepatlah datang, aku ingin segera menyatukan perasaanku dengan Alle dan berdiri bersama2 diatas janji kedua kita.

"Mess, Lo baik2 aja kan?" suara Alle dan bahkan bayangannya seolah nyata berada diatasku dan sedang menatapku.

Senyum dibibirku langsung mengembang. Aku meraih bayangan leher Alle dan memeluknya erat. Aroma tubuh Alle, aku hafal ini.

"Karra!!!! Astaga, Dasar omeessss lo pagi2!" teriakan adisti membuatku tersadar dan membuka mata selebar2nya.

Aku bangun dari mimpi. Nafasku terasa sesak. Seperti ada beban berat yg bertumpu diatasku.

Astaga!!!

"A..al..alle?" aku tergagap menyadari Alle berada diatasku. Dengan cepat aku mendorong tubuh Alle dan bangun dari posisiku. Aku menatap mereka dengan wajah tak berdosa. Sebenarnya malu sih, jadi yang tadi aku kira mimpi itu ternyata nyata.

"Ra, Kok lo berubah jadi marmut gini sih? Sumpah, lo nggak banget deh hari ini!" ucap Adisti membuat senyumku lenyap dalam hitungan detik.

Kenapa didepan Alle, aku berubah jadi malu-malu dan salah tingkah kayak gini sih?

"Kalian? Eh, Kamu... Lo ngapain dsini? Ada perlu?" Apa banget sih pertanyaanku barusan. Alle dan adisti malah menatapku bingung.

"Lo nggak sekolah? Masih sakit?" Alle mendekat dan hendak menyentuh keningku. Tapi dengan cepat aku tepis. Aku gugup dan jantungku berdebar cepat. Sepagi ini aku merasa sudah berlari mengelilingi lapangan basket.

Aku takut menerima sentuhan Alle?

Bahkan pipiku terasa panas?

Apa ketika menyadari cinta hadir begitu kuat dalam diriku, syarafku jadi terganggu?

"Sekolah? Ah.. Iya.. Aku.. Gue mandi dulu ya?" Aduh Karra!!! Kenapa jadi salah tingkah gini sih.

.............

Alle ternyata menjemputku dirumah adisti kembali. Semalam dia pulang, setelah menyelesaikan perang batin diantara kami. Akhirnya kami memutuskan untuk berdamai. Tanpa ingin mengingat lagi apa itu sebuah luka dan kesedihan.

Sesampainya di sekolah aku merasa semua mata menatap kearah kami. Keakraban kami memang selalu membuat siapapun iri. Iri padaku terutama, karena aku memiliki dua orang yang dekat denganku, satu cowok paling populer di sekolah dan satu cewek ajaib yang royal pada sahabatnya.

Second PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang