You are lose

6 2 0
                                    

Karra pov

Aku tersenyum menatapnya. Menatap pria dihadapanku. Aku... suka dengan wajah tidur alle.

"Apa aku harus benar2 rela melepasmu?" bisikku pelan didekatnya dan tanpa sadar bibirku menempel lembut di pipi alle.

Aku dengan cepat menarik kembali tubuhku. Mencoba memejamkan mataku. Membayangkan alle bersama gadis lain membuatku takut.

Aku menoleh kembali dan mengusap pipinya. Tak bisa membayangkan ketakutan macam apa yang akan aku hadapi nanti. Alle terusik dan menatapku sayu membuatku mematung.

Kaget!

Apa alle benar2 tidur atau hanya pura2 tidur? Tetapi sesaat kemudian dia kembali lagi membenamkan wajahnya dan terlelap. Syukurllah, dia hanya bermimpi. Bisakah kita tetap baik2 saja seperti dulu le?

Meskipun seiring berjalannya waktu semua memang harusnya berubah. Tapi aku ingin waktu berhenti. berhenti di hari dimana kamu mengucapkan janji kedua kita untuk pertama kalinya. Aku kembali mengusap lembut pipi alle dan perlahan mendekatkan bibirku.

Cup

Dengan berani aku mencium sudut bibir alle singkat. Memejamkan mataku dsana, hingga aku merasakan air mataku jatuh menetes di sebelah mata alle.

Tetaplah menunggu untuk janji kedua kita. Janji Alle tyson untuk karra meyssa.

..............

Keesokan harinya, Alle dan adisti kembali menjengukku saat pulang sekolah. Aku terus memaksa untuk pulang. Meskipun menurut dokter yg merawatku aku masih perlu dirawat untuk beberapa hari. Tetapi bagiku tentu saja satu hari dsini sudah membuatku sangat malu.

Alle, dia membayar biaya rumah sakit yang bekisar habis 4 jutaan.

Gila! Hanya sehari semalam knapa biayanya sangat mahal untuk ukuran pelajar sepertiku.

"Alle.."

"Nggak papa."

"Aku gantinya telat ya, habis acara lulusan nggak papa ya?"

"Iya nggak papa messs.." Alle mengacak2 rambutku dan membuatku diam terpaku. Bukan karena sentuhannya, Melainkan panggilannya. Panggilan kesayangannya.

Setelah beberapa hari aku kehilangan itu. Akhirnya dia mengembalikannya. Meskipun aku tak suka. Tapi itu panggilan spesial alle untukku.

Seburuk apapun itu, jika itu adalah suatu kebiasaan. Maka aku sangat berharap itu tetap ada.

Alle mengantarku pulang kerumah. perhatiannya yg dulu telah kembali, meskipun sepertinya dia mulai memberikan sedikit jarak. Semoga ini hanya perasaanku.

Aku sengaja kembali mengenakan seragam agar tak menimbulkan curiga bunda, kak pett dan sisi. Adisti langsung pamit pulang untuk menyelesaikan masalahnya dengan alex atas doronganku. Walau bagaimanapun itu semua karenaku.

"Ra, gue mau ngomong sama lo." ucap alle tiba2 membuatku menoleh kearahnya yg sedang mengemudi.

"Janji lo nggak bakal mikir macem2 ya?"

"Apaan sih le?"

Hening, Alle kembali fokus mengemudi. Aku memutar kepalaku. Dan tepat saat aku menatap keluar jendela, Alle mengatakannya.

"Gue deket sama sisi."

"......"

Aku terdiam. Apa sebenarnya yg baru saja menghantam dadaku. Rasanya nyeri dan sesak. Meskipun aku sudah tau dari kejadian di lapangan basket waktu itu. Tapi bahkan sekarang alle mencoba memperjelasnya. Membuat harapan itu benar-benar hilang dengan sempurna.

Second PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang