Happier 22

16 1 0
                                    

Selamat membaca semuanya
.
.

Kamar rawat Syarla malam ini cukup ramai, di sana sudah ada Saga, Devin, Eki, Alan dan Sofi. Mereka sama-sama menjenguk Syarla lagi, setelah dua hari tak berkunjung. Kondisi Sayrla sudah mulai membaik, lebam dan sakit di badanya sudah mulai hilang. Selama 3 hari ini Devin juga tidak pernah masuk ke kantor. Devin selalu menemani Syarla di rumah sakit. Membantu dan mencukupi segala sesuatu yang Syarla butuhkan.

"Kaga aku boleh balik ke rumah nggak kalau udah pulang dari rumah sakit?"

Saga mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Syarla, karena dia tau hubungan Devin dan Syarla beberapa hari ini baik-baik saja bahkan jauh membaik. "Yaa boleh aja sih, emang suami kamu izinin?"

Syarla menatap Devin yang lagi duduk di kursi tamu bersama Alan, Eki, dan Sofi. "Bo-leh nggak Dev, aku pulang ke rumah pa-,"

"Nggak usah, kita balik ke rumah aja." putus Devin memotong ucapan Syarla.

"Tapi.."

Semuanya terdiam mendengar ucapan Devin barusan, Syarla sudah memeluk Saga dengan perasaan kecewa. "Udah nggak papa kan nanti kalau papa pulang, bisa papa yang kesana yaa." Bujuk Saga mengelus surai panjang adiknya.

"Udah lah Dev biarain aja, orang Lala baru sembuh dia butuh suasana yang buat dia nyaman. Lagian dia juga pasti kangen nginap di rumahnya," ucap Eki.

"Iyaa kan lo juga bisa kesana nemenin Syarla nya," sambung Alan.

"Iyaa lagian di rumah lo kan ada si Luna itu, mana betah syarla yang ada bukannya cepat sembuh tapi malah makin parah," sungut sofi yang memang tau penyebab Syarla tidak nyaman tinggal di rumah Devin.

Sofi mengatupkan kedua bibirnya keceplosan, ketika mellihat semua orang yang ada di dalam ruangan itu menatapnya. "Hehe maksud gue bukan gitu," ucapnya tertawa hambar melihat sorot mata tajam Devin menatapnya.

"Hmmmm udah balek yook, udah malam ini ya kan Al, Sof. Ingat besok masih kerja lo pada kan."

"Nah iya bener besok gue juga mau ke pabrik, Lala gue balik yaa. Lo cepet sembuh okeyy."

Setelah berpamitan Sofi, Eki dan Alan meninggalkan ruangan Syarla. Tak lama mereka bertiga pulang Saga pun juga pamit pulang karena besok masih harus ke kantor mengurus pekerjaannya.

"Kamu marah, hmm? Karena ucapan aku tadi?" ucap devin yang mengerti dengan Syarla yang memunggungi nya.

"Aku nggak punya alasan buat marah, kamu suami aku jadi aku harus ikutin kamu kan. Aku nggak mau durhaka sama kamu," ucap Syarla.

"Terus kok gini, diam-diam aja?"

"Nggak papa kok, aku capek aja. Aku tidur duluan yaa. Kamu jangan lupa istirahat."

"Yaudah kamu istirahat yaa, aku mau nyari kopi dulu ke bawah." Devin mengelus kepala Syarla dan membenarkan selimutnya, lalu pergi ke coffee shop yang berada tak jauh dari rumah sakit.

❤❤

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 namun coffee shop ini masih terlihat ramai, setelah memesan Coffee miliknya Devin membeli beberapa roti untuk sarapan Syarla besok sebelum pulang. Setelah pemeriksaan lanjut tadi sore Syarla sudah dibolehkan untuk pulang pada esok hari.

Devin sangat senang mendengarnya, tapi Devin juga bingung dengan permintaan Syarla yang meminta pulang ke rumahnya dibandingkan ikut pulang ke rumah bersama dirinya. Devin takut kejadian seperti kemarin terulang lagi apa lagi kejadianya tepat di depan rumah Syarla. Devin tidak bisa membayangkan nagaimana dirinya nanti kalau sampai Syarla terluka lagi. Karena dia sendiri tau kalau peneror itu masih mengintai orang-orang terdekatnya.

Mengenai hubungannya dengan Syarla Devin masih bingung bagaimana bertindak selayaknya pasangan pada umumnya yang saling menyayangi, becanda, atau mengenai panggilan mungkin. Baginya dia laki-laki kaku yang akan membuat pasangannya akan merasa geli atau bosan dengan sikapnya. Beruntung Syarla juga sama sepertinya bagi Devin, tidak memikirkan hal-hal itu. Atau bahkan, Syarla mencintainya atau tidak saja Devin tidak tau.

❤❤

Hari ini hari dimana Syarla pulang ke rumah, semua barang-barang Syarla sudah disiapkan oleh Devin. Setelah pemeriksaan akhir nanti, Syarla langsung pulang ke rumah. Tentu saja ke rumah Devin, bagaimapun Syarla tetap harus ikut apa kata Devin suaminya.

"Kamu harus tetap jaga Syarla dulu ya Dev, soalnya bisa saja traumatik akan kejadian kemarin balik lagi. Buat dia senyaman mungkin oke.." ucap Evan kepada Devin.

"Baik om, om tenang aja aku paham kok," jawab Devin menatap Syarla yang sedang melepas infus nya bersama seorang suster.

"Yaudah, kamu cepat sembuh ya Syarla. Fokus dulu sama kesehatannya, masalah pekerjaan kamu tenang aja. Nanti kalau udah sembuh baru masuk lagi."

"Baik dok, terimakasih banyak," jawab Syarla tersenyum ramah kepada Evan.

"Istri kamu nih Vin, sudah berapa kali om bilang panggil om tapi masih saja panggil dok. Biasin dong Syarla udah lama loh ini kita kenal semenjak kamu ngantar Devin yang nyeruduk ambulance dulu." Hanif tertawa melihat Syarla yang masih saja memanggilnya dokter sampai sekarang.

Syarla hanya tersenyum malu mendengar ucapan Evan tersebut begitu juga Devin yang tersenyum yang membuat Syarla kaget "kenapa dia sering senyum sekarang yaa?".

"Yaudah kalian hati-hati yaa, om masih ada perteuan dengan kepala divisi rumah sakit."

"Iya om, sekali lagi terimakasih banyak ya om." Ucap Devin mengantar Evan keluar kamar inap Syarla sekaligus mengambil obat Syarla.

"Terimakasih ya sus, tapi saya bisa jalan kok nggak usah pakai kursi roda," ucap Syarla lembut kepada suster yang membantunya turun dari brankar.

"Maaf dokter Syarla tapi ini disuruh pak Devin."

"Saya nggak papa kok sus udah suster balik aja ya, saya aman kok," jawab Syarla tersenyum ramah.

"Beneran dok?"

"Iya saya nggak papa kok, makasih banyak ya sus."

"Iya dok sama-sama, semoga dokter cepat sembuh yaa biar bisa kerja lagi. Kalau gitu saya permisi." Syarla mengangguk dan tersenyum mengiyakan ucapan suster tersebut, sebelum Devin masuk dan dia harus naik ke kursi roda itu lagi. Benar saja setelah suter tadi pergi Devin sudah sampai dengan obat di tangannya dan Luna di gandenganya yang membuat Syarla merasa malas melihat hal itu.

"Loh mana kursi rodanya? kenapa kamu duduk di sofa? Itu suster tadi kemana dia?" Tanya Devin bertubi-tubi.

"Oooh susternya udah aku suruh balik aja, lagian aku nggak papa kok udah bisa jalan juga," jawab Syarla.

"Iya kan dia udah nggak papa Dev, ayok balik aku juga udah selesai kerjaannya. Aku nebeng kamu aja sekalian ya soalnya mobil aku tadi pagi aku antar ke benkel hehe." Siapa lagi kalau bukan Luna yang selalu menempel kayak lem pada Devin.

"Yaudah kalau gitu, tunggu ntar aku ambil koper Syarla dulu. Kamu jalan duluan aja yaa. Kan tadi kamu mau jemput tas kamu dulu." Devin melepaskan tangan Luna yang melingkar di lengan kirinya itu.

"Ooo iyaa aku hampir lupa, aku tinggu di bawah langsung ya Dev."

"Iyaa ambil gih," ucap Devin tersenyum kepada Luna.

"Yaudah yok, kamu nggak papa kan Luna nebeng sama kita?" tanya Devin sambil mengulurkan tangannya ke Syarla yang masih duduk di sofa.

"Nggak papa kok, nggak papa banget malahan." Syarla tersenyum begitu manis dan mengacuhkan tangan Devin yang ada di depanya. "Aku bisa kok jalan sendiri, nggak papa kok, yokk.."

"Gimana hubungan gua mau kayak suami istri yang lain, orang Syarla nya kayak gak mau ngebuka diri gitu." Devin menyusul Syarla yang sudah jalan mendahuluinya. (Hmmm dasar pekak si Devin)

Tbc.

Terimakasih untuk semuanya yang sudah membaca dan masih setia membaca :D

HAPPIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang