Happier 15

39 9 2
                                    

Selamat membaca semuanya ❤
.
.

"Berjalanlah sesuai dengan apa yang telah dikehendaki-Nya"
~•~

Pemakaman berjalan dengan lancar, satu persatu pelayat sudah mulai meninggalkan rumah Devin. Sementara Evan dan istrinya tengah mempersiapkan untuk acara tahlilan nanti malam. Jadi hanya Devin, Syarla dan Luna yang ada di rumah saat ini. Sedangkan Saga dan Papanya memutuskan untuk pulang dulu membersihkan badan mereka.

"Aku bersih-bersih dulu yaa Vin," ucap Luna menyadarkan lamunan Devin.

"Ha, iyaa kamu bersih-bersih aja dulu yaa." Devin mengangguk dan memaksakan senyumnya kepada Luna.

Saat ini hanya mereka berdua di ruang tamu, tidak ada sedikit pun percakapan yang terjadi. Devin masih dengan kemeja hitamnya sibuk dengan smartphone ditangan nya. Sedangkan Syarla hanya duduk memperhatikan Devin.

"Dev..."

Suara itu terdengar lirih dari arah pintu utama. Suara yang tidak asing bagi Devin begitu pun Syarla. Di sana berdiri Hanif dengan mata yang berkaca-kaca dan merah.

Dengan wajah yang penuh emosi Devin bangkit dari tempat duduknya dan langsung menghampiri Hanif yang berdiri di depan pintu.
"Mau apa lagi papa pulang haa! PERGII!!" teriak Devin dengan penuh emosi.

"Dev, dengerin papa."

"APA..! APA ADA SEORANG SUAMI YANG ISTRINYA MENINGGAL DIA TIDAK ADA DI SAMPING NYA HA?, TAPI DIA MALAH HILANG DAN NGGA BISA DIHUBUNGI! PAPA BAHAGIA SEKARAANG..?!"

"Papa bisa jelasin semuanya nak, kamu tenang dulu."

"Vin, mending dengerin dulu penjelasan om Hanif. Jangan langsung emosi kayak gini." Syarla yang sudah tak kuasa melihat Devin membentak Papa nya, mencoba menenangkan Devin.

"JELASIN APAA, JELASIN KALAU PAPA SIBUK DENGAN PEKERJAAN PAPA HAA. JAWAAB! DASAR SUAMI NGGA BERGUNA!!"

PLAK

"Tutup mulut kamu, Kamu tidak tau apa yang terjadi dan sekarang kamu nuduh papa yang ngga, ngga!"

Hanif sudah tidak dapat menahan emosi nya lagi, jiwanya begitu hancur ketika ditinggal sang istri. Sekarang dirinya harus menerima tuduhan-tuduhan yang tidak pantas dari anaknya.

"Om masuk ke dalam aja dulu, biar aku yang tenangin Devin." Syarla menarik pelan tubuh Devin yang menghalangi pintu dan menyuruh Hanif untuk pergi beristirahat.

"Udah ten.."

Devin menghempaskan tangan Syarla yang melingkar dilengannya dan berjalan keluar rumah. "Haaaa.. Gue benci..!"

Syarla bingung apa yang harus ia lakukan saat ini, disatu sisi Devin memang ada benar nya juga emosi seperti itu. Akan tetapi disisi lainnya Devin juga harus mendengarkan penjelasan papa nya terlebih dulu. Bukan langsung emosi seperti tadi. Alhasil Syarla membiarkan Devin menenangkan dirinya terlebih dahulu. Siapa tau nanti Devin akan menerima penjelasan dari Papanya.

❤❤

Seminggu telah berlalu semenjak kematian mama Devin. Tahlilan tujuh harian pun telah selesai dilaksanakan. Sikap Devin masih sama dengan hari-hari sebelum nya, dia semakin hari semakin menjadi orang yang dingin. Apalagi terhadap papa nya, Menatap nya saja dia tidak mau. Saat ini mereka tengah duduk di ruang keluarga, beristirahat sejenak setelah tahlilan.

"Aku minta maaf sama kalian semua tidak bisa mengabari atau berangkat langsung ke Jakarta hari itu. Sesuai yang aku ceritakan aku ditipu, dan perusahaan hampir jatuh ketangan mereka. Makanya aku harus berusaha terus mencari investor yang mau membantu. Mungkin itu akan menjadi penyesalan yang teramat dalam dihidup ku." Hanif tertunduk mengenang semuanya.

HAPPIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang