Happier 2

287 157 212
                                    

Happy reading guys..
Aku bakalan updet sampai stok part aku abis yaa hari ini. Palingan 5 deh hehe
.
.

Malam berlalu sangat cepat dan pagi ini matahari pun enggan menampakkan sinarnya seakan ikut bersedih dengan apa yang dirasakan Syarla.

Syarla sudah terbangun sejak pukul 5 tadi pagi, dia memutuskan untuk duduk di balkon apartemen untuk merasakan sepoian angin. Syarla berharap dengan ini, dia bisa melupakan sejenak semua masalah yang mondar-mandir setiap detik dipikirannya.

Bosan hanya duduk dan melihat ke bawah, Syarla berdiri memandangi ibu kota yang sudah mulai sibuk dengan kendaraan yang berlalu lalang.

Bayangkan saja apartemen tersebut terletak di tengah kota yang menyuguhkan pemandangan kesibukan kota setiap harinya. Syarla menikmati semilir angin yang berhembus pagi itu.

"Apa aku harus membayar semuanya, dengan.."

terlintas pemikiran bodoh di pikiran syarla ketika dia melihat ke bawah dengan mata yang masih bengkak. Syarla mengambil bangku di belakangnya dan menaiki bangku tersebut. Dengan mata tertutup Syarla merentangkan kedua tangannya...

"Aaaaa.."

"Lo gila ya, ngapain lo mau bunuh diri di apartemen gua hah. Lo pikir lo bakalan mati lompat dari lantai 5 gini, kalau lo mau bunuh diri tu di lantai 30 kalau perlu lo naik dulu ke rooftop nah dari sana, Lo baru lompat,"
teriak seorang laki-laki yang menarik Syarla turun dari kursi tersebut dengan kasar.

"Gue.."

"Aaa gue tau, jangan-jangan lo stalking gue kan.. Lo tau gue kaya dan lo mau bunuh diri dari apartemen gue, biar lo dapat kompensasi atau lo utusan dari pengusaha lain buat jatuhin perusahaan keluarga gue dengan lo bunuh diri di sini hah.. JAWAB!" Belum sempat Syarla melanjutkan ucapannya, laki-laki itu sudah bertubi-tubi mengeluarkan perkataannya dengan marah.

Air mata Syarla sudah berlinang dari awal laki-laki itu mengeluarkan perkataannya. Syarla yang tidak tau apa-apa, malah di teriaki dan dicaci maki oleh laki-laki yang tidak dikenalnya tersebut.

"Mending lo keluar dari apartemen gue sekarang, atau lo bakalan gue laporin ke polisi." Tangan kiri laki-laki itu menunjuk ke arah pintu keluar dari balkon tersebut dengan wajahnya yang sudah merah padam.

"Plaakkk..." Syarla menampar laki-laki itu dengan sisa tenaganya dan tatapan yang begitu penuh kebencian, tamparan yang tidak terlalu keras itu cukup membuat wajah laki-laki itu memerah.

"Lo..! "

"Devin Stop!" Teriak Eki dari dalam, ketika melihat tangan Devin hendak membalas tamparan dari Syarla.

Mendengar suara Eki, Devin langsung menurunkan tangannya dari Syarla. Orang yang di telfon Eki semalam adalah Devin, Eki meminjam apartemen Devin semalam untuk Syarla tempati mengingat tidak memungkinkan untuk mencari hotel dengan keadaan Syarla seperti semalam.

Sepersekian menit ketika terdengar suara Eki tubuh Syarla langsung tumbang di balkon tersebut.

"Lala." Eki berlari membopong tubuh lemah Syarla ke tempat tidur, Devin yang masih bingung hanya mengikuti Eki ke dalam.

"Lo utang penjelasan sama gua." Devin menatap Eki dengan tajam dari sofa di samping tempat tidur yang ditiduri Syarla.

"Iyaah." jawab Eki mengikuti Devin yang berjalan keluar dari kamar. Lalu menghampiri Devin yang duduk di meja bar dengan secangkir kopi kaleng yang diminum nya.

Eki menceritakan semuanya kepada Devin, semua masalah yang dihadapi oleh Syarla agar Devin tidak salah paham juga mengapa dia membawa Syarla ke apartemen nya semalam.

HAPPIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang