"Semakin parah," Kivandra menyentuh dahinya sendiri, "Kepalaku pusing sekali."
Dengan arahan Lucas, Kivandra kini diam bersembunyi dalam tenda. Lucas sibuk menyapa rombongan dari Istana di luar.
"Kak, kakak! Kakak!"
Tiba-tiba pintu tenda terbuka, Brian, dengan napas tersenggal, datang mendekat. Bajunya penuh darah, luka di mana-mana.
"B-brian?" Kivandra beranjak dari kasur dengan tangan gemetar.
Bocah lelaki itu terjatuh di lantai dengan lemas. Tatapan Brian seolah mengisyaratkan bahwa ia sekarat. Melihat itu, Kivandra segera merangkul tubuh Brian dan menyalurkan sihir penyembuhannya.
"T-tidak bekerja?" Kivandra menelan ludahnya, kepala gadis itu menjadi lebih pusing karena mengeluarkan sihir.
"K-kak ...."
Suara parau Brian membuat hati Kivandra sakit.
Padahal mereka sebelumnya masih berbincang bersama, membantu warga untuk disembuhkan, menjadi asisten kecil Kivandra.
"Jangan menutup mata!" teriak Kivandra dengan histeris. Gadis itu menyalurkan sihirnya lebih kuat.
Lebih kuat.
Lebih kuat.
Akhirnya luka-luka Brian perlahan sembuh, napasnya juga kembali normal. Kivandra berpikir untuk segera menggendong Brian ke kasur, namun ....
"Kak! Ayo pergi dari sini!" Brian mencengkeram gaun Kivandra.
"Apa?"
"A-ada monster yang akan datang kemari! Kita kabur, kak, ayo! Kita kabur!"
Tangan Brian gemetar hebat. Sepertinya luka-luka di tubuhnya didapat dari monster yang mendekat. Di saat genting ini Kivandra menjadi bingung, apa ia harus kabur? Tapi ada pangeran Usha di depan.
"Aku harus apa--"
"Kak! Jika monster itu menangkap kita, nyawa kita akan hilang! Monster itu kuat, kak ... ayo pergi!" Brian dengan suara serak terus memohon untuk kabur bersama.
Kivandra tak bisa mengabaikan si bocah kecil, segera gadis itu menggendong tubuh Brian yang penuh darah. Mereka berlari keluar tenda dan berniat meminta perlindungan.
Huaaaaarrghh!
Suara raungan kencang terdengar tiba-tiba, tanah yang dipijak Kivandra gemetar hebat. Hal itu membuat Kivandra terjatuh dan menghasilkan luka.
Penampilan mereka berdua berantakan. Brian penuh darah, lalu gaun Kivandra terkena darahnya. Kini Kivandra juga jatuh ke tanah sehingga gaunnya kusut penuh debu.
"Kak, monsternya ...."
Kivandra berdiri kembali dan memeluk Brian di gendongannya. Langkah cepat berlari, jantung Kivandra berdebar kencang setelah melihat rupa monster itu.
"H-high orc," gumam Kivandra ketakutan, "Kita akan mati--"
Brian menyahut, "Mati? Apa kita akan mati, kak?" tanya ia dengan nada pasrah.
Oh ... nada pasrah ini lagi. Sama persis saat Kivandra bertemu dengan Brian yang masih terjangkit wabah. Nada yang sudah pasrah akan kematiannya.
"Tidak," Kivandra mempererat gendongannya, "Kita akan selamat!"
Langkah gadis itu semakin cepat dengan high orc yang mengejarnya di belakang. Jujur saja, Kivandra sangat takut sekarang. Jantungnya berdebar kencang, kepalanya pusing hebat dengan pandangan yang sedikit berputar. Jika ia tersandung dan jatuh ke tanah, high orc akan memakan mereka.
Kivandra menggigit bibirnya, "Sial, lebih cepat, cepat!"
Napas tersenggal, lutut nyeri karena luka dari ia yang terjatuh tadi. Kivandra terus berlari tanpa menyempatkan diri menoleh ke belakang. Tak peduli seberapa dekat jaraknya dengan high orc raksasa itu, Kivandra hanya perlu berlari dengan cepat.
Hingga ia melihat tiga lelaki dari kejauhan. Kepala desa, pangeran Usha, dan ... Lucas.
"L-lucas!" Kivandra berteriak sekuat tenaganya, "Tolong aku!"
Tak peduli apakah di sana ada pangeran Usha atau tidak, Kivandra hanya berlari melewatinya. Sejenak, ia melihat pangeran Usha yang bersiap menangkap. Namun apalah Kivandra yang hanya rakyat bisa, kan?
Lagipula Lucas adalah rumah paling aman.
Dengan segera Kivandra menjatuhkan tubuhnya pada Lucas yang tegap.
"Lucas ... akhirnya, a-aku aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...