1

2.2K 116 2
                                    








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kayanya lu butuh mainan lagi deh” Naruto mengamati Sasuke saat ia memasukkan mobil ke area parkir.

“I wish, mungkin gue bisa pinjem salah satu punya lo”. Sasuke meraih gagang pintu dan menutup mobil Marcedes-Benz G-Class kemudian masuk ke dalam gedung. Yang tidak ia butuhkan adalah nasihat dari seorang gangster bertato rubah bernama Naruto.

“Heeeyyyy, gue pria lajang sekarang”. Naruto bersikeras dan Sasuke hanya mendengus, mengangguk. Naruto mengekori Sasuke.

“Hold on, teman gue bilang punya barang bagus, karena gue sahabat lu kali ini gue kasih spesssssial buat lu”. Naruto menyombong sementara matanya masih menatap layar handphone.

"Berisik lah anjing” Sasuke memandang Naruto untuk menyuruh berhenti. Sang lawan bicara tidak mundur,

“Tapi....gue penasaran, banyak cewek yang udah tidur ama lu, apa gak ada yang lu taksir? Karin, misalnya?”

Sasuke hanya tersenyum kecut mengeluarkan rokok filter, menyalakannya, dan menghembuskan asap rokok seperti awan. Ia bisa saja dengan mudahnya mendapatkan yang ia mau, seperti uang atau wanita. Siapa yang menyangka pria dengan kalung uchiha itu anak mafia pemasok “barang” di kawasan kota.

Di apartemen nya penuh dengan Smith & Wesson 500 magnum, yang kecepatan pelurunya bisa terhempas mencapai kecepatan 632 meter per detik. Puluhan rusa dan musuh telah menjadi korbannya.

Sasuke menggulung lengan baju menuju balkon, merasakan sesekali angin menyapu rambutnya dan berkata pada dirinya kalau Naruto benar. Sepertinya rasa bosan ini karena ia butuh mainan.










Ia butuh mainan.


















...



















“AAAAAAAAAAAAAAAAAA !!!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAA !!!”

Mata Sakura terbuka. Teriakannya menggema dalam kamar. Ia merasakan jantungnya berdebar kencang, tubuhnya basah oleh keringat, gambaran mimpinya sangat jelas seperti ia menyaksikan langsung pembunuhan itu. Keji.

"Ini terjadi lagi". Batinnya.

Sakit kepala terasa di bagian bawah kepalanya dan menjalar ke atas. Sakura melihat jam. Pukul tiga. Sambil meletakan tangan di kepala, Ia memijat pelipisnya. Beberapa gambar selalu terekam. Ia menunduk, disudut matanya berair.


kenapa?kenapa aku?


Penglihatan itu muncul ketika Sakura sejak kecil. Takdir ini entah hadiah atau kutukan baginya, mewarisi bakat cenayang sang nenek.

Ini semua karena kamu anak sialan!”


Teriakan itu menggema lagi di kepala, membuatnya semakin pening.
Shizune, kakak kandung Sakura yang 3 tahun lalu meninggal karena kecelakaan hebat tabrak lari. Sakura sudah memperingatkannya. “Gue bakal baik-baik aja, tenang” itu kata-kata terakhir darinya. Mengusap puncak kepala Sakura dan dikecupnya pelan. Bukan sekali dua kali Sakura bermimpi dan menjadi nyata. Ketika bermimpi beberapa gambar dan ditemukannya wajah Shizune, Sakura tersadar dan menangis.

Sakura mengekori Shizune pergi. Keramaian kota membuat Sakura sesekali kehilangan jejaknya. Jaket levis dan rok hitam, ia menandai Shizune. Dari kejauhan Sakura melihat sepasang kekasih yang saling bergandengan tangan, ia senang melihat kakaknya tersenyum bahagia. Sakura melihat beberapa food truck yang beragam, ia sedikit takjub karena ia tak sering datang ke tempat ramai seperti ini.

Maniknya terhenti pada penjual es di sebelahnya. Sakura merogoh saku untuk 2 won ice cream strawberry.

Namun tanpa aba-aba kepalanya mendadak pening, ia mengerjap, badannya tak mampu menopang lagi, ia tersadar akan satu hal “mimpinya”.
Sakura mencoba mencari Shizune dengan matanya yang sedikit kabur, namun nihil. Sampai ia mendengar suara keras dari ujung jalan, gendang telinganya menangkap suara itu.


"aku...terlambat” Sakura terbata.


Ini semua karena kamu anak sialan!”.


Tak terkejut ucapan itu ia dengar dari orang yang telah melahirkannya. Ibunya sangatlah kasar, diawali makian kemudian ancaman. Itu juga yang membuat Sakura selalu berada dalam rumah. Bukan karena terlalu melindunginya, namun lebih tak ingin bakatnya diketahui orang lain.

Runtuh sudah harapan dan cintanya. Disaat hanya Shizune yang selalu membelanya, kini ia seorang diri mengepalkan tangan dan menahan bulir air matanya.



Sakura menghela napas dan menyeka air matanya sembari berjalan menuju dapur. Diteguknya bir sisa semalam yang ia beli di toko sebrang. Lalu ia mengusap sikutnya yang pedih karena luka, haruskah ia mengutuk segerombolan pria yang mengganggunya tadi malam?



































[ blood - sasusaku ver ]

BLOODED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang