5

716 64 1
                                    


Sinar matahari pagi masuk melalui jendela. Tempat tidur dingin. Kosong. Sakura mengernyit kesakitan ketika menggerakan badannya. Kain kompresan jatuh dari jidatnya, dan ia baru menyadari luka yang ia dapatkan di bahunya dengan dibalut perban. Ditatapnya seisi ruangan yang tidak asing lagi baginya, ia terpapah keluar.

Sasuke yang mengenakan pakaian tadi malam, menatap kabut yang menguap di udara. Kain kemejanya terbentang dengan rapi di bahunya saat ia bersandar di jendela. Satu tangannya memegang rokok filter yang masih menyala.

"Hey, kenapa lu slalu bawa gue kesini??!"

Sasuke mendapati Sakura berjalan ke arahnya, bergegas mematikan rokoknya. "Gimana keadaan lo?"

Sakura mengusap pelan bahunya yang masih terasa pedih, ia pikir robek dibahunya ini sangat dalam sampai menjalar keseluruh lengan kanannya, " Ya, udah baikan ... kalau gitu gue pamit pulang, makasih udah ngobatin"

Dengan cepat Sasuke menahan pergelangan tangan Sakura menghadangnya pergi, "Gue mau mastiin sesuatu. Apa yang lu omongin bener, jejak kaki itu. Gue lihat sendiri. Tapi ... yang seharusnya terbunuh itu gue, orang itu ngincar gue?!"

Sakura menelan salivanya,menatap Sasuke "Selamat, lo beruntung".

Sasuke hanya bergeming dengan memandangi punggung Sakura yang nampak menjauh.

Terakhir kali Sasuke meyakinkan dirinya bahwa Sakura itu tak waras, semua insting Sasuke mengatakannya. Namun tidak tahu mengapa, ia juga ingin mempercayainya. Sasuke tidak melihat Sakura terlibat dalam geng kapak, jadi apa kesimpulannya?

Sakura mengatakan yang sebenarnya.

Telepon berdering dan Sasuke mengambil gagangnya sebelum dering kedua,

"Sasuke.."

"Hn..."

"Kau membunuh lagi?"

Sasuke cekikikan menunjukan giginya yang rapi "Kenapa kayanya lu terkejut? Lu bilang gue mewarisi darah lu, bukankah gini caranya ?"

"Habisi sampai akar, kau meninggalkan jejak. Brengseeeek!"
Rahang Sasuke mengeras, membanting gagang telepon, mematikannya.











...







Ino memutuskan untuk merapikan tempat tidur Sakura, bahkan meletakan buku disebelahnya. Ia melihat meja dan memandang polaroid yang menampakkan dua orang saling merangkulkan tangan. Foto itu adalah gambar Sakura dan Shizune, yang diambil beberapa tahun lalu. Senyuman keduanya sangat merekah, lalu dibelakangnya roller coaster yang naik turun.


"No, ngapain ?" Sakura menghampiri sehabis berseka.

"Gue lagi beresin kamar lo. Karena tangan lo terluka, bilang aja kalau butuh sesuatu"

Sakura tersenyum lalu mendudukan bokongnya disudut ranjang, "Tangan kiri gue masih utuh, gue bisa lakuin sendiri"

Jika kemarin terlambat, Ino mungkin akan jadi korban. Ia melihat wajah Ino di mimpinya. Sakura sadar betul akan berakibat fatal pada dirinya bila ia gigih menghentikan pembunuhan. Yang Sakura tak duga adalah, kedatangan Sasuke yang secara tiba-tiba. Laki-laki kasar itu menyelamatkannya.

BLOODED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang