Vote sebelum baca 🌟
Siang ini begitu cerah. Hari yang sangat pas untuk bersenang-senang, seperti halnya yang dilakukan Ophelia dan Erlan.
Mereka bersenang-senang dengan bebas tanpa perlu mendengar hinaan orang lain karena memakai penyamaran.
Suatu hal yang langka bagi Erlan bisa keluar tanpa dicemooh orang lain. Akan tetapi, meskipun dicemooh, Erlan merasa sudah bisa mengatasi ketakutannya.
Erlan bukan lagi pria lemah. Erlan sudah bisa melindungi dirinya sendiri dan melindungi orang yang disayanginya.
Erlan tidak akan pernah membiarkan harga dirinya sebagai pangeran diinjak-injak lagi oleh orang lain. Ia akan memperingati mereka dengan tegas supaya tak bermain-main dengannya.
Sekarang, Erlan bisa percaya diri dan berdiri kokoh di atas pijakannya sendiri karena dukungan dari Ophelia.
Seandainya Ophelia tidak muncul dalam hidupnya, pasti Erlan masih hidup dalam ketakutan.
Ophelia bagaikan bintang keberuntungan di dalam hidup suramnya. Menyinari kehidupan gelapnya.
Sampai kapan pun, Erlan tidak akan pernah melepaskan bintang keberuntungannya. Erlan akan terus menjaganya di sisinya hingga ajal menjemput.
"Pangeran senang bisa keluar dari istana?" Ophelia berbisik di telinga Erlan sembari mengulum senyum akibat melihat kebahagiaan terpancar di wajah tampan sang pangeran.
Erlan mengalihkan tatapannya ke Ophelia. "Iya, Lia. Aku senang keluar dari istana, apalagi keluarnya bersama Lia."
Ophelia tersenyum mendengar jawaban manis dari Erlan. Ah, pangerannya memang selalu manis.
Gadis cantik itu merasa tidak sia-sia membesarkan Erlan. Mulai dari memungut Erlan di jalanan, memberi makanan enak, mencarikan guru, dan selalu memberikan pengetahuan di setiap harinya.
Meskipun Erlan sudah tumbuh kuat dan pintar, Erlan tetap lah memperlakukannya dengan baik dan manis. Tidak seperti orang lain yang akan memperlakukan penolongnya dengan semena-mena jika sudah meraih kesuksesan.
"Bagaimana dengan Lia? Apakah Lia senang bisa keluar bersamaku?" Tandas Erlan.
Tatapan penuh harap Erlan membuat Ophelia tersenyum gemas. "Tentu saja, pangeran. Bagiku, tidak ada hal yang lebih membahagiakan daripada menghabiskan waktu bersama pangeran. Baik itu di dalam istana, maupun di luar istana."
Erlan tertunduk malu mendengar jawaban yang mendebarkan dari gadis pujaannya walau ia tahu Ophelia tak menganggapnya sebagai pria.
Pangeran itu menendang pelan batu di dekat kakinya. "Di masa depan, kita harus sering keluar bersama, Lia. Pasti akan sangat menyenangkan jika kita sering menghabiskan waktu diluar seperti ini tanpa diganggu oleh siapapun."
Ophelia mengedip heran mendengar jawaban ambigu Erlan. Entah mengapa, ia merasa jawaban Erlan seperti jawaban seorang pria yang tengah dilanda cinta.
Kalau dipikir-pikir, semua ucapan Erlan selama ini juga menyinggung tentang cinta.
Mustahil 'kan Erlan benar-benar mencintainya?
Memangnya, apa yang menarik dari wanita yang lebih tua? Terlebih lagi, statusnya sudah menjadi janda.
Erlan pasti tidak sebodoh itu untuk mencintai gadis janda dan tak punya apa-apa sepertinya dirinya!
"Kenapa Lia diam saja? Lia tidak ingin sering menghabiskan waktu bersamaku?" Tanya Erlan terdengar kecewa.
"Tentu saja ingin, pangeran. Namun, ada kalanya aku tidak bisa sering menghabiskan waktu bersama pangeran, yaitu saat aku menikah nanti. Jadi, aku tidak bisa sembarangan berbicara mengenai ini. Aku tidak ingin mengatakan omong kosong yang dapat melukai pangeran di masa depan."
"Lia ingin menikah dengan siapa?"
Ophelia mengangkat bahu cuek. "Belum tahu, pangeran."
"Lia tidak boleh menikah dengan sembarangan orang. Lia harus menikah dengan pria yang Lia kenal supaya Lia tidak disakiti lagi." Tuturnya serius.
Gadis cantik itu tertawa kecil mendengar perkataan bersifat protektif Erlan. "Maksud pangeran, aku harus menikah dengan Raphael?"
Wajah Erlan seketika menggelap mendengarnya. Akan tetapi, ia buru-buru menguasai ekspresi wajahnya. "Kecuali guru. Lia harus menikah dengan pria yang punya gelar tinggi supaya Lia tidak bisa diganggu orang lain." Imbuhnya.
"Oh, dengan pangeran?" Sahut Ophelia santai.
Erlan tersenyum lebar. "Iya. Lia boleh menikah denganku kalau Lia mau."
Ophelia berlagak menghela nafas sedih. "Terima kasih tawarannya, pangeran. Tapi, aku tidak tertarik menikah dengan anak kecil seperti pangeran."
Jawaban yang sungguh menusuk ulu hati Erlan. "Aku bukan anak kecil, Lia. Aku sudah besar. Aku bahkan sudah tahu cara membuat anak kecil." Ucapnya gamblang. Membuat Ophelia tertawa terbahak-bahak.
"Rupanya pangeran mesum juga. Pasti pangeran diam-diam membaca buku dewasa di belakangku." Ledek Ophelia disela tawanya sedangkan Erlan merona akibat ketahuan.
"Jangan sembarangan menuduhku, Lia. Aku tidak melakukan itu tapi guru lah yang memberitahuku." Erlan malah menjadikan Raphael kambing hitamnya supaya Ophelia tak mencap-nya sebagai pria mesum.
"Aku serius Lia!" Tegasnya saat melihat Ophelia tak menanggapi ucapannya.
Lama kelamaan, Erlan menjadi malu dan kesal sendiri akibat melihat tawa Ophelia. Berakhir meninggalkan Ophelia dengan langkah lebarnya.
Sesaat setelah Erlan meninggalkannya, raut wajah Ophelia kembali sedatar tembok.
'Ck! Menyebalkan! Tak kusangka protagonis pria akan mencintaiku. Aku harus segera pergi dari istana setelah dia dinobatkan menjadi kaisar supaya terbebas dari drama kerajaan yang rumit.' batin Ophelia.
Oh ayolah, di kehidupan ini, Ophelia ingin hidup tenang tanpa diganggu oleh siapapun.
Ophelia akan pergi bersama harta yang telah dikumpulkannya selama ini. Hartanya sudah menumpuk karena kaisar sangat berbaik hati padanya. Terlebih lagi, ia tak pernah menggunakan hartanya sepersen pun.
Yah, meskipun agak disayangkan Ophelia akan kehilangan kesempatan mendapatkan kehormatan sebagai orang terdekat kaisar.
Namun, bukan kah lebih baik kehilangan kesempatan itu daripada terjebak drama rumit dan pertentangan dari para bangsawan?
Bersambung....
20/1/23
KAMU SEDANG MEMBACA
I Raised A Protagonist
FantasyHal apa lagi yang lebih gila daripada masuk ke dalam novel sebagai figuran dan menjadi janda di usia 17 tahun?! Ophelia rasa tidak akan ada! Hanya dirinya lah yang mengalami hal gila tersebut! Menyebalkan sekaligus mengenaskan. Namun, bukan Ophelia...