Number Six

251 22 8
                                    

terbang ke Belanda sesuai rencana yang mereka jadwalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

terbang ke Belanda sesuai rencana yang mereka jadwalkan. lebih tepatnya Jungkook yang menjadwal. Catherine ikut saja mau menolak juga tidak mungkin Jungkook pria pemaksa. jadi apa yang direncanakan Jungkook harus terlaksana bagaimanapun caranya.

terhitung ini adalah kali kedua Catherine datang ke kediaman orang tua Jungkook. mereka sepakat menetap di Belanda . padahal Jungkook berkali-kali membujuk mereka agar menetap di Korea saja supaya Jungkook juga tidak perlu bolak-balik seperti ini.

saat Catherine masuk rumahnya masih sama seperti saat terakhir ia datang padahal itu satu tahun yang lalu. rumah yang di desain khusus dengan kayu. benar-benar semua dari kayu tidak ada satu sudut pun yang jauh dari kayu. tetapi ini bukan rumah kayu nan kumuh melainkan hunian mewah yang tercipta dari kayu-kayu mahal dan berkualitas. di belakang rumah ada taman bunga yang selalu bermekaran dan jangan lupa bahwa ada kandang sapi. rumah yang berdiri tepat di tanah lapang tidak ada tetangga terdekat adanya cukup jauh tapi tidak terlalu jauh bisa dibilang berjarak 15 meter karena sisanya adalah pekarangan rumah yang luas.

"masih ingat jika punya orang tua?" tanyanya sarkas setelah Jungkook duduk di hadapannya. sungguh mereka bahkan baru sampai Jungkook sudah di kata-katai.

"ah untungnya ibu menelpon waktu itu jadi tiba-tiba saja ingat." Jungkook terkekeh sekilas. obrolan ringan yang terdengar aneh tetapi mereka masing-masing tidak masalah justru menganggap sebuah candaan.

"anak sialan" katanya. "ayah mu tidak datang lagi Catherine? bagaimana kabar ibumu? ku dengar anak ku yang sangat brengsek ini mengirimkan banyak orang untuk menjaganya" ia menatap Jungkook sekilas lalu kembali terfokus pada Catherine.

"sampai sekarang tidak. ibu baik-baik saja berkat Jungkook dia merasa lebih aman" Jungkook yang dibicarakan mengangguk-angguk dengan bangga menatap ayahnya.

"aku berguna. tidak seperti apa yang kau bilang saat aku kecil. lihat jadi apa aku sekarang? jangan meremehkan anak tunggal mu tuan"

Jungkook tersenyum miris. sifat ayahnya yang keras dan mulutnya yang pedas menurun seratus persen pada dirinya. dan kata cacian dari ayahnya pula yang selalu didapat saat kecil membuatnya jadi pria yang tak kalah keras. semua yang terjadi pada dirinya baik sifat ataupun kemampuan adalah turunan dari sang ayah. namun sifat kasar nya entah menurun dari siapa ayahnya tidak pernah bersikap kasar terlebih dengan wanita yang dia cintai. jadi dimana Jungkook dapat sifat kasarnya? memang jati dirinya yang tersembunyi dan baru dikeluarkan atau bagaimana?

"anak tunggal? mau adik Jhon?" tanyanya menciptakan decakan sebal dari mulut Jungkook.

"sudah bau tanah tidak usah memikirkan adik." wah Jungkook cukup keterlaluan. bagaimana jika ayahnya tersinggung? tetapi sepertinya tidak karena dilihat dari ekspresi wajahnya sekarang bukan masam atau marah melainkan terkekeh geli hingga matanya tinggal segaris.

"ck mulutnya lebih pedas daripada ku Adaline" wanita yang baru saja datang menghampiri mereka tertawa dengan kepala menggeleng beberapa kali.

"lagipula jika aku menginginkan seorang bocah aku bisa membuatnya sendiri. tidak perlu repot-repot dari ayah. sperma ku jauh lebih berkualitas." Jungkook merangkul pinggang Catherine membawanya agar semakin mendekat dengan tubuh. "benar kan love?" yang ditanya hanya menunduk dengan wajah yang sangat merah. sungguh pembahasan yang diluar nalar.

Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang