Chapter 8 - Yang membuat semangat

31 2 0
                                    

Roda kendaraan berputar secara beriringan. Mengembus-ngembus kecepatan angin diantara kaca. Pohon-pohon nampak tergambar di kaca mobil. Resah gelisah ikut hadir di tengah gundah gulana.

Aku yang duduk di kursi belakang mobil dengan pandangan kosong sambil mendengar obrolan orang tua dan omku atas kejadian tadi. Mereka mengobrol dengan bahasa bugis.

"Kak, rumah saya sudah hancur. Sekarang pun barang-barang juga sudah tidak ada. Malang sekali nasip saya ini kak. "

"Kamu yang sabar, dek. Ini semua ujian. Ujian."

"Tidak ada manusia yang hidup tanpa ujian di dunia ini, dek. Sejauh mana kita mencari hal-hal indah tetap saja kita menemukan susahnya. Atau bahkan untuk mencapai kata "Indah" itu sendiri kita harus melewati banyak hal-hal susah." Om ku memberi nasihat. Aku paham sekali, dari raut wajah omku sendiri sangat prihatin dengan keadaan kami.

Mobil innova itu melaju sedang. Terus maju melewati sawah yang terbentang luas. Pohon-pohon yang menari-nari diterpa angin. Burung-burung yang saling bersahutan. Tapi apa yang kulihat sekarang hanya kosong.

- Tanda tangan (nama dibawa tanda tangan)

- Tamat -

Diangkatnya pulpen oleh zafran setelah dia menuliskan cerita itu. Menutup pulpen dengan tutupnya. Membereskan kertas-kertas yang berhamburan diatas meja belajarnya.

"Akhirnya selesai juga,"

Zafran pun meregangkan tubuhnya, tugas yang diberikan Bu laras telah selesai. Dan harap banyak semoga cerita yang Zafran tulis menginspirasi banyak orang. Karena untuk tugas ini Zafran telah menghabiskan waktu 1 hari full dalam mengerjakannya. Jika bukan karena semangat yang diberikan kemarin hari oleh gadis itu. Ekhem. Mungkin satu bulan pun belum selesai. Zafran pun mendongak, ingin melihat jam dinding di atas mejanya. Jarum pendeknya berhenti pas di angka 12. Melirik ke kalender di-dinding kanan sebelah meja. Meneliti satu persatu hari demi hari. Sebentar. Apalagi? APALAGI!! BESOK HARI SENIN!!! Ondo mande. Autopilot. Waktunya tidur. Tanpa tunggu aba-aba Zafran berlari mematikan lampu, menyetel alarm di handphonenya, melompat ke kasur, menarik selimut, dan, selamat malam dunia. Waktunya tidur.





*****

Sesuai ekspetasi. Bukan ekpetasi baik melainkan buruk. Pukul 6.40 Zafran masih berbaring di atas kasurnya. Tidurnya yang ini betul-betul nyenyak. Tapi sekali membuka mata hal buruk akan segera tiba.


PUNGG!!


"mamaee!!!" Zafran meloncat dari atas kasur. Lalu terduduk dengan gaya spiderman dengan napasnya yang terengah-engah. Matanya memerah. Suasana kamarnya sekarang horor.


"Woi bocil kampret. Gua lagi tidur juga lo bangunin, sialan lo yah." Marah Zafran. Tidak ada suara balasan dari luar. Disaat napasnya masih terengah-engah dia mendongak lagi melihat jam dinding di atas kepalanya. Zafran menelan ludah. Alamakkk!! Sudah pukul 6.45. Zafran bergegas berlari mandi. Pontang-panting mengambil handuk lalu menuju kamar mandi. Upacara pagi pukul 7.00.


****

Di kelas itu Zafran menarik napas lega karena ia tidak terlambat mengikuti upacara bendera. Ditambah lagi karena berhasil melihat gadis itu diantara punggung punggung murid. Inilah alasan satu-satunya yang buat saya semangat sekolah. Komentar hati zafran.

Bumi Berhijab Putih (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang