"Kita istirahat dulu!"
Seperti saat perjalanan datang, pulangnya juga sama. Rombongan harus sering berhenti karena Kivandra yang suka mabuk kendaraan. Kini rombongan lebih ramai, pihak Istana juga bergabung.
Di tengah hutan lebat, Kivandra duduk begitu saja di tanah. Ia memegang perut yang terasa mual, dengan ekspresi lelah, kepala pusing, sungguh menyebalkan.
Lucas datang membawa air hangat, "Alismu jangan selalu mengerut," ujar lelaki itu sambil menyentuh dahi Kivandra.
"Lucas?"
"Ini air hangat, mungkin bisa meredakan rasa mualmu."
"Terima kasih."
Lucas mengangguk, ia menunjuk sekumpulan ksatria Duke yang sibuk di dekat kereta. "Aku harus mengurus ksatriaku sebentar, kutinggal ya?"
"Memangnya aku anak kecil? Aku tidak perlu dijaga seharian." ketus Kivandra.
"Hmm, bagaimana ya? Rasanya jika aku sebentar saja meninggalkanmu ..." tatapan Lucas tiba-tiba jadi dingin, "Kau selalu saja hilang atau terluka."
Merinding.
Kivandra hampir menjatuhkan cangkir berisi air hangatnya. Terkejut rasanya dengan atmosfer yang dibuat Lucas, benar-benar dingin dan tegang.
"K-kau sibuk, kan? Sana pergilah!" ujar Kivandra mengibaskan tangannya.
Lucas cemberut, "Kau mengusirku, huh. Baiklah, aku pergi."
Kini Kivandra duduk sendiri di tanah, angin berhembus kencang membuat tangannya menggigil kecil. Pohon-pohon besar tak goyah hanya karena angin kencang itu, tapi mungkin saja mereka kedinginan.
"Sekuat apa pun orangnya, pasti masih bisa merasakan sakit, kan?"
"Sakit? Siapa?" Usha datang mendekat, "Kivandra."
"Kak--" Kivandra menghentikan ucapannya, "P-pangeran Usha?"
Usha tersenyum canggung, "H-hai?"
"Iya ... pangeran?"
"Aku bingung harus berkata apa, sejak kau tiba-tiba menghilang dari Istana--"
"Oh!" Kivandra memotong ucapan sang pangeran, "P-putri Dhipa sudah sembuh, ya?"
Usha menggaruk telinganya, "Iya, sudah. Dia sudah sehat dan bisa menghadiri pesta-pesta penting. Kami juga kembali seperti semula, makan bersama, bermain, kaisar sebisa mungkin meluangkan waktunya untuk berkumpul keluarga."
"... apa maksud anda, pangeran?"
Usha tersentak, "Eh?"
"Apa anda bermaksud ... untuk memamerkan kehidupan bahagia putri asli, pada saya si putri palsu?"
"Tidak!" Usha berdiri saking terkejutnya, "Aku hanya ingin mengatakan semuanya berkatmu!"
"Benarkah?" Kivandra ikut berdiri, "Jadi anda berterima kasih setelah membuang saya? Begitu yang anda maksud, pangeran?!"
Teriakan emosional Kivandra menarik perhatian sekitar. Lucas yang mendengar itu, bergegas mendekati Kivandra.
Usha menggeleng, "Kapan aku pernah membuangmu?"
"Kapan? Anda pernah! Anda ... i-itu.... "
Benar juga.
Kapan Usha dan Ethan pernah membuangnya?
Kivandra mundur beberapa langkah, hatinya tak menentu. Dipikir lagi, dia lah yang kabur tanpa sepengetahuan siapa pun. Usha dan Ethan tak pernah berkata akan membuangnya.
Apa ... selama ini dia yang terlalu mengambil rumit?
Lucas memeluk tubuh Kivandra, "Kau tidak enak badan lagi. Istirahat saja di kereta, ayo."
Usha tersentak dan menarik lengan Kivandra, "Tunggu!"
"Pangeran," Lucas menatapnya tajam, "Mungkin anda harus memberi Kivandra sedikit waktu."
"Y-ya, baiklah."
Perjalanan rombongan kembali berjalan lebih cepat menuju ibu kota, tanpa istirahat sama sekali. Lama perjalanan pun terbilang samgat cepat dibanding perkiraan. Mereka sudah berada di pusat ibu kota.
Lucas dan Kivandra turun kereta untuk berpamitan pada sang pangeran.
"Terima kasih atas bantuan anda selama ini, pangeran." ucap Lucas dengan tulus.
Usha mengangguk, "Tentu, duke. Dan kita memiliki banyak hal yang harus kita bicarakan. Penyihir, keberadaan dokter pribadi anda, semua itu."
"Saya akan segera menjelaskannya pada anda."
"Ya, saya harap penyihir kekaisaran kita bisa segera menceritakannya."
Penyihir, itu makhluk yang sudah tidak ada lagi di dunia ini. Makhluk hebat yang bahkan bisa mendominasi manusia menjadi budak. Tapi tiba-tiba saja dua penyihir muncul di depan Usha, sang Duke dan ... Kivandra.
"Um, K-kivandra, aku harap kau bisa datang ke Istana dalam waktu dekat. Aku memohon ini, ada hal penting yang harus kita bicarakan bersama." ucap Lucas dengan nadanya yang masih sangat canggung.
"Oh ...." Kivandra terdiam beberapa saat.
Ia sudah memikirkan selama perjalanan. Mungkin, selama ini, dirinya yang terlalu rumit? Kesalahpahaman harus diselesaikan.
"Baik, saya akan pergi ke Istana dalam waktu dekat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...