AGLER || 11

88 13 2
                                    

"Aku mencintaimu
dengan versiku sendiri
mungkin sedikit berbeda
tapi ini benar-benar tulus."

-Agler Zeiroun-

-

-

-

-

-

Agler berjalan menuju parkiran dan masih setia menggendong Haura ala bridal style.
Dan disusul dengan inti Vagos.

"Dah sampai" Ujarnya lalu menurunkan Haura.

Haura hanya diam. Sepertinya ada yang kurang,tapi apa ya. Tiba-tiba saja otaknya ngebung.

Sedetik kemudian Cewek itu baru tersadar "OH IYA KIARA" pekiknya.

"Tadi lo bareng Kiara?" Timpal Azka dengan nada Cemas. Aneh. Dari kejadian di koridor tadi,Cowok itu selalu perhatian dengan Kiara.

Dan di angguki oleh Haura sebagai jawaban.

"Emang kejadiannya gimana si Ra, sampai lo bisa ke kurung di dalem. Terus keadaan lo juga berantakan banget, mana ada darah lagi di muka lo" Ucap Evan penasaran

Haura yang mendengar ucapan Evan pun langsung terdiam. Cewek itu sudah tidak tahu lagi bagaimana semua ini terjadi. Kalaupun Haura menceritakan yang sesungguhnya, apakah mereka percaya?

"Gue takut" Cicitnya

"Lo ngapain takut, Kita semua ada di sini. Jadi cerita aja, nggak baik Ra,kalo lo pendam, yang ada, nanti lo setres."

Tanpa sadar pun Air mata Haura kembali menetes membasahi pipinya. Agler dengan teman-temannya heran. Sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa?,Kenapa Haura menjadi cengeng seperti ini

Agler menghadap ke Haura menepuk pelan pipi Cewek itu "Hey, Lo nggak perlu takut. Kan ada gue." Ujarnya sambil mengusap air mata Cewek itu.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Haura. Cewek itu hanya melihat sekelilingnya Dan menatap satu persatu Inti Vagos. Haura baru sadar.Ternyata Varo tidak ada. Bodo amat lah mau Varo jungkir balik pun Haura sudah tidak peduli

Agler yang paham pun langsung menyuruh curut-curutnya untuk mencari Kiara. "Lo pada cari Kiara duluan. Nanti gue sama Haura nyusul."

"Yaellah Bos, bilang aja mau berduaan" Ucap Vano Lalu berlari pergi meninggalkan Agler. Kalau tidak pasti, Bakalan kena semprot.

"Mereka udah pergi. Sekarang lo cerita"

"Kita cari tempat dulu ya." Usul Haura dan langsung di setujui oleh Agler.

"Lo bisa jalan sendiri?" Tanya Agler kembali dengan wajah datarnya.


"Bisa"

****

Hari pun semakin sore dan langit pun yang awalnya berwarna biru hingga saat ini menjadi jingga.


senja, dengan nama itulah ia biasa dipanggil. sinar matahari yang berada di batas garis terbarat cakrawala seakan tak ingin pergi tanpa kesan yang mendalam, maka ia melukis langit senja. awan-awan yang bentuknya tak beraturan membentuk barisan yang terlihat artistik dan menggoda. terkadang ia terlihat seperti makanan, hewan, atau wajah seseorang di mata orang yang memandangnya. warna biru yang biasanya mendominasi langit di siang hari pun berubah dengan cantiknya. gradasi warna yang ada di langit begitu sempurna dan berujung dengan warna yang paling tua di bagian paling dekat dengan matahari.

AGLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang