Lintang melintang asa dalam angan
Menyambut kasih yang tak sampai
Tali temali ikatan tak mampu mengekang
Karena kita sulit tuk dipersatukanKasih....
Mestinya kita saling menggenggam
Bukan malah berjalan menuju kenanganPria itu menatap sayang pada putra yang sedang berbaring di hadapannya. Pulang dari sekolah, meminta untuk diajak jalan-jalan, melakukan beberapa permainan sebelum kemudian pulang kelelahan.
Kini ketika tidur pun harus menggenggam tangannya, minta didongengkan sebelum berdoa bersama dan satu doa yang diucapkan; "Semoga papa ngga pergi-pergi lagi."
Hatinya tersentuh dengan gelora sakit. Meronta bersama penyesalan dan amarah yang tak mampu ia utarakan. Bahkan di posisi ini ia tak bisa berandai-andai karena melihat sang putra telah kembali sehat, ia enggan harus memutar waktu agar kembali ke masa di mana takut kehilangan terus menyambangi.
Dilema.
Sebagai seorang ayah ia akan lakukan apapun demi putranya. Namun ketika pengorbanan itu mengguncang rumah tangganya ... Xaveer benar-benar dilema.
Pertolongan yang ia dapat adalah dari orang yang pamrih. Dan bukannya mencari jalan keluar lain, entah mengapa malah Ghina rela pertaruhan rumah tangga mereka.
Janjinya untuk memiliki Ghina seumur hidupnya malah wanita itu hancurkan sendiri.
Menatap terus pada lelap sang putra, ia usap helai rambut yang sudah tumbuh seperti semula.
Sehat terus sayang.
Jangan buat ia kehilangan arah karena harus menghadapi hal buruk tentang putranya lagi.
"Mas?"
Segera menoleh ke belakang dan ia temukan wanita dalam balutan baju tidur berbahan satin di ambang pintu, perasaan yang dulu menggebu-gebu tiap bertemu, kini terasa dingin dan senyap.
"Gustav sudah tidur?"
Mengangguk dengan raut monoton seolah memang pancaran ceria dari wajah telah tersedot oleh jalan hidup yang terlampau berliku, Xaveer berdiri sebelum Ghina mendekatinya.
Tak berbeda dari sembilan tahun lalu kala mereka baru pertama kali berjumpa. Ghina masih terlihat anggun dan keibuan. Paras yang mengingatkannya pada kasih sayang ibu sebelum bertemu dengan suami baru.
Tapi ... Hari ini dan sembilan tahun yang lalu sudah jauh berbeda karena debarnya sudah tak ada.
Semarah itu kah ia pada Ghina? Atau ... Memang sudah tak ada rasa?
"Nginep sini, kan?"
"Hah......" Pria itu mendesah panjang.
Mencipta rasa tak enak di benak Ghina.
"Kenapa? Ngga mau, ya?" Berhenti di hadapan Xaveer, wanita itu lantas memeluk. "Aku kangen, Mas."
Rindu pada Xaveer yang dulu.
"Mas...." Suara penuh rayu itu lantas menggelitiki telinga lawan yang lantas melengos.
Bahkan rangkulan erat di pinggul tak sama sekali pria itu balas.
Xaveer yang kini menjadi begitu dingin.
"Aku harus pulang."
Pedih itu menyambangi hati Ghina. "Mas ... Gustav tadi kan bilang kalau mau kamu di sini ngga pergi-pergi lagi." Suara lembutnya begitu mendayu meski ia tahan sakit itu.
Malam ini sengaja ia gunakan gaun tidur tipis yang mencetak jelas lekuk tubuh. Ingin membawa Xaveer ke dalam lautan gelora yang telah ia persiapkan untuk pria ini saja
![](https://img.wattpad.com/cover/332213643-288-k228894.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Kan Pisah
RomanceXaveer kira menikah dan bercerai adalah perkara mudah karena wanita yang ia nikahi bahkan bukan siapapun yang istimewa di hatinya. Namun ketika semua rencana dan alasan di balik pernikahan itu terkuak, Xaveer bahkan tak bisa memegang kendali atas ny...