Mereka sudah kembali dari liburan yang sama sekali tak menyenangkan. Berhari-hari kemudian berlalu tanpa perubahan. Keinginan untuk pergi pun semakin bulat, bahkan semua sudah Ivanka siapkan.
Termasuk sebuah kejutan untuk Byanthara sebelum ia benar-benar pergi.
"Ngomong-ngomong kamu belum pernah ke rumah Junior, ya?"
Ivanka menoleh pria yang aedang menyetir di sampingnya.
Mereka sedang berada di perjalanan menuju kediaman Junior yang Ivanka tahu sudah dianggap seperti saudara oleh Xaveer hingga suaminya ini mau membelanjakan bahan kebutuhan dapur Junior yang katanya tak memiliki asisten rumah tangga, lalu ibu yang tinggal bersama sudah sepuh untuk keluar belanja sedang Junior akhir-akhir ini selalu lembur hingga tak sempat untuk mencari kebutuhan dapur, sementara istri masih dalam masa penyembuhan pasca melahirkan.
Ya ... Mereka tadi berbelanja kebutuhan dapur--pesanan mbo Wal--sekaligus Xaveer membelikan untuk Junior.
Ivanka yang tak bisa pura-pura tak peduli karena Xaveer sudah menceritakan kondisi istri Junior yang baru melahirkan anak itu, lantas memutuskan untuk ikut walau setelah berkeliling belanja kebutuhan dapur, ia ingin sekali tidur.
"Iya," jawab wanita itu singkat. "Eh ... Berhenti di situ dulu, deh." Ia menunjukkan sebuah toko yang menjual perlengkapan bayi.
"Kenapa?" Xaveer segera menepikan mobilnya, lalu melihat toko yang Ivanka tunjuk. "Mau kasih anak Junior? Aku sudah kasih kok."
Mengangguk singkat tanpa menjawab lebih lanjut ucapan Xaveer, Ivanka segera turun dan melangkah cepat menuju toko bernuansa merah muda dan biru itu sebelum tutup karena ini sudah pukul sembilan malam.
Segera mencari area parkir sebelum menyusul sang istri, Xaveer kemudian mengikuti Ivanka melihat-lihat benda apa yang ingin wanita ini belikan untuk putra kedua Junior.
Ada beberapa benda yang tak boleh Ivanka beli karena Xaveer sudah membelikannya. Ivanka yang menurut saja itu, terus mengisi keranjang yang didorong dengan benda-benda lucu seperti baju, mainan, dan beberapa perlengkapan lainnya.
Dia ingin memberikan hadiah untuk anak Junior menggunakan namanya secara pribadi karena jika diwakili oleh Xaveer, bisa saja hadiah itu juga terdapat nama Ghina.
Ya ... Walau itu hanya dugaan, tapi ia tak mau mencari kebenaran atas prasangkanya tersebut. Daripada makin sakit hati jika ternyata dugaannya tak salah.
"Anaknya laki-laki, kan?"
Xaveer yang terus mengikuti ke mana Ivanka bergerak itu mengangguk.
"Namanya siapa? Ini anak pertama bukan, sih?"
"Anak kedua. Namanya Aidan."
Membulatkan bibir sambil mengangguk. Ivanka yang baru tahu jika Junior sudah memiliki dua orang anak, kembali bertanya. "Anak pertama cewek?"
"Iya. Baru empat tahun. Namanya Trisha." Xaveer berhenti di depan sebuah boneka. "Belikan ini aja untuk Trisha. Sebenarnya Aidan sudah dapat banyak hadiah. Jadi waktu lihat adiknya dapat banyak barang, Trisha iri."
Melihat ke arah benda yang Xaveer tunjuk, Ivanka lalu mengangguk. "Ya udah. Kita belikan Trisha itu." Sebenarnya seperti yang ia bilang, Ivanka tak terlalu suka anak-anak. Hanya saja itu tak membuat ia enggan membelikan sesuatu untuk bocah yang katanya menggemaskan itu--padahal di matanya anak-anak terlihat seperti monster--jadi ia suka membeli hadiah untuk Hamid dan Leon ketika kebetulan melihat benda lucu untuk dua bocah itu.
Ya ... Walau setelah ia memberi, beberapa menit kemudian dua bocah itu akan Ivanka buat menangis.
Sebentar lagi ia akan mendapatkan keponakan baru dari Raddine-Nehan dan ia begitu berharap ketika pelariannya dari pernikahan yang tak memiliki tujuan ini, ia masih sempat menimang si calon bayi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Kan Pisah
RomanceXaveer kira menikah dan bercerai adalah perkara mudah karena wanita yang ia nikahi bahkan bukan siapapun yang istimewa di hatinya. Namun ketika semua rencana dan alasan di balik pernikahan itu terkuak, Xaveer bahkan tak bisa memegang kendali atas ny...