TranAnt 04

10.7K 719 5
                                    

🍂HAPPY READING🍂
=======================

Kini, mereka sedang berada dikantin. Sejak kejadian tadi, Alena pun melangkah menuju kantin dan diikuti oleh Albara.

"Bar,"panggil Alena.

"Hm?"timpal Albara yang tengah menyantap Mie Ayamnya.

"Itu Rinong ya?"tanya Alena Sambil menunjuk kearah Meja Inti Revados.

"Iya,"ucap Albara.

"Oh,"balas Alena.

"LELE!!"teriak Seorang pemuda.

"APAAN GLEDEK,"balas Alena dengan teriakannya.

"Busett, Tu Suara,"ucap Radit.

"Emang kenapa hah?!"sarkas Alena.

"Santai neng,"ucap Albara.

Alena pun mendengus sebal, Ia pun Menyilangkan tangannya didepan dada.

Albara pun mengusap kepala Alena dengan lembut.

"Jangan Ngusap ngusap,"sinis Alena dengan menepis tangan Albara.

"Omg, Soswit sekali sejolin ini.,"ucap Rifat, Yang Menghampiri mereka bersama Inti REVADOS dan tentu dengan Rina.

"Bacot,"ketus Alena.

"Em, Alena. Aku minta maaf ya waktu itu kan kamu nyuruh aku dorong kamu. kamu bilang kalo kamu jatoh nanti keluarga kamu perhatian, tapi Mereka malah gak perhatian sama kamu. bahkan kamu koma aja mereka gak tau,"ucap Rina dengan muka sok polos.

"Lo ngejek gua hah?!"sarkas Alena yang berdiri dari duduknya.

"Wee santai dulu neng,"ucap Guntur yang menahan Alena.

"Gak terima nih gue, eh monyet kata siapa keluarga gue gak perhatian? Orang keluarga gue perhatian sama gue. Mungkin waktu itu elu nyantet keluarga gue biar mereka gak peduli ama gue, yekan? Ngaku lo!"ucap Alena dengan berkacak pinggang.

"Hiks, K-kok Ale nuduh Rina si hiks Rina hiks gak pernah nyantet nyantet gitu hiks,"ucap Rina dengan tangisannya.

"Gak cocok lu kalo hiks hoks, Mending Ngik ngok baru cocok,"ucap Alena yang terlanjur kesal.

Arnan, Albara, Guntur, Radit, Rifat pun tertawa terpikal pikal.

"Maksut lo apa? ngatain cewek gue babi lo?!"sarkas Reylan.

"Bukan gue loh yang ngomong,"ucap Alena sambil Menjempol rambutnya.

"Lo suka bener ngebuntel Rambut,"kesal Albara.

"Emang ngapa si?"heran Alena.

"Ya, ngapain juga kek begitu. Pamer leher lu? leher item aja sok dipamerin,"ketus Albara.

Padahal Leher Alena putih mulus.

"Buset Si batu bara kalo cembukor ngeri ya bos,"ucap Radit.

"Bacot lu Idiot,"sinis Albara.

"Beh, Beh. Sayang Jangan marah dong nanti kamu tambah burik, Kamu emang udah burik tambah burik kalo marah,"rayu Alena.

Tawa mereka pun pecah Kecuali Albara, Reynal, Dan Rina.

"Ih, Kak Al ganteng kok,"ucap Rina.

Mereka pun menghentikan Tawanya.

"Oh jelas ganteng, calon imam gue nih, Kurang apa lagi coba si Al. Pinter, Ganteng, Anak tunggal kaya raya, banyak duit kurang apa lagi coba calon imam ku ini,"ucap dramatis Alena.

Pipi Albara pun menjadi merah.

"Kalo ini trik murahan lo buat caper ke gue, mending udahin. Dan jangan bawa bawa Albara, Dia sahabat Gue,"ucap Reynal dengan Nada Dingin.

"Yaampun pede nya turunin dikit anaknya bapak Alex,"ucap Alena.

"Mon maap ye, Gue caper ke situ gak bakal bikin gue kaya. Jadi ngapain gue caper ke lo buang buang waktu,"ucap Alena yang melanjutkan makannya.

"Ale kok sekarang kayak gitu sih,"ucap Rina.

"Bacot lu anak kingkong,"ketus Arnan.

"Mending lo diem Deh, Kalo lu ngomong ama gue bawaannya lu suka Ngik ngok. Gue gak mau ya berurusan ama Pangeran babi lo,"ucap santai Alena.

"Maksut lo apa ngatain gue pangeran Babi?!"sarkas Reynal.

"Loh ngerasa pangeran babik mas nya? Hahahaha,"ucap nya dan diakhiri tawa ngakak.

"Udah-Udah, mending kita Ngambil mangga yang ditanem kapsek dibelakang sekolah,"ucap Albara.

"Kuy,"ucap Alena.

Mereka ber8 pun berjalan ke Belakang sekolah.

"Gue yang paling waras,"ucap Tio, Setelah itu ia mengikuti mereka. sedangkan Reynal dan Rina masih disana.

🗿🗿🗿🗿🗿🗿

Transmigrasi || Antagonis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang