Dua Puluh Dua

15.3K 830 55
                                    

0o0
Happy Reading

















Setelah selesai makan malam di luar. Kini, Bara, Fira, El, dan Ernest Tengah berkumpul semua di ruang keluarga.

Menemani anak-anaknya menonton si pinguin biru dari Korea, sambil memakan Cimory.

Masih ada waktu beberapa menit lagi sampai masuk waktu tidur mereka.

El berada di pangkuan Bara, sedangkan Ernest menidurkan kepalanya di pangkuan Fira, sesekali Fira akan mengusap rambut Ernest.

"Anak-anak bobo yuk! besok sekola" ucap Fira, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 21:30.

"El mau bobo sama bunda" ujar El, dengan wajah kantuknya.

Tanpa berlama-lama, Bara segera berdiri dari sofa lalu menggendong koala El, yang sepertinya sudah sangat mengantuk.

"Ayok" ajaknya kepada istri dan si sulung.

"Mau bobo sama Papa dan Bunda?" tawar Fira. Walaupun tidak yakin Ernest akan mengiakan tawarannya itu.

Ernest melihat wajah Fira lalu beralih melihat wajah Bara yang sama-sama sedang tersenyum hangat. Apakah boleh jika ia tidur bersama Bara dan Fia?

"Boleh?" cicit Ernest sambil menundukkan kepalanya dengan tangan yang aktif menggulung ujung kaos nya.

Oh ayolah, sejak kapan seorang Ernest Aurville Gajendra si CEO muda yang terkenal akan ketegasannya, wajah datarnya serta manusia paling kejam, sekarang di hadapan kedua orang tuanya malah bersikap seperti anak harimau.

Benar kata orang bilang. Sebesar apapun anak, sedewasa apapun anak, ia tetap menjadi anak kecil jika sedang bersama orang tuanya.

"Boleh abang, ayok bobo besok sekolah ga boleh telat" kata Fira, sambil menggandeng tangan Ernest sedang si bontot sudah tertidur pulas di gendongan Papanya.

Menaruh tubuh El di tengah-tengah kasur dengan perlahan agar tidak terbangun "Hikss... mau Bunda" tangis El di dalam tidurnya, Fira segera memposisikan tubuh nya di samping kiri El, lalu mulai memeluknya. Akhir-akhir ini El sering tidur dengan Fira dan memeluknya erat sambil  memainkan baju daster yang Fira Kenakan.

"Abang, sini bobo samping Papa" ajak Bara, Kasur di kamar Bara cukup luas untuk di tempati 6 sampai 7 orang.

Ernest mulai memposisikan tubuhnya di samping kanan El, lalu Bara mulai ikut merebahkan tubuhnya juga. Mencari posisi yang nyaman, tangan sebelah kirinya ia luruskan tanpa di sadari oleh Ernest ia mengangkat kepalanya lalu menaruhnya di atas lengan Bara.

"Good night Pah, Bang" ucap Fira, mengecup kening suaminya dan juga kening si Sulung, sedangkan si bungsu sudah terlelap.

"Good night too Bunda" jawab Ernest dan juga Bara.

Ernest mulai memejamkan matanya, usapan halus ia rasakan di kepalanya. Momen ini sangat jarang terjadi di kehidupannya dulu, walaupun masih ada kedua orang tuanya, Ernest tidak pernah di perlakukan layaknya anak-anak. Daddy nya selalu mengajarkan Ernest untuk menjadi pria kuat dan tidak manja.

Lama-kelamaan, Ernest sudah memasuki alam mimpinya. tertidur pulas di atas lengan Bara yang ia jadikan bantal, Bahkan tangannya kini sudah hinggap di atas perut Bara.

El, anak itu tetap pada posisi awal yang masih memeluk erat Fira. Bahkan sekarang wajahnya sudah tersembunyi di dada Fira.

Fira tersenyum, keluarga seperti inilah yang ia harapkan dulu saat belum menikah.  Memiliki keluarga yang harmonis,  anak dan suami yang sayang kepadanya serta  kehidupan yang aman tanpa adanya konflik.

ELBARACK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang