4. Dejavu

323 30 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen


Alunan lagu terdengar nyaring. Dentuman musik menghunus pendengaran, lagu yang Gibran setel membuat Naka pusing. Lagu ber gendre rock itu mampu membom gendang telinga nya.

Setelah pulang sekolah bukan nya damai tentram tapi malah kacau. Gibran dan Bunga penyebab nya.
Mereka mengadakan konser abal-abal. Ini menjadi kesempatan emas yang tak boleh dia tinggalkan.

"Kak Gibran sama Bunga udah dong,"

Mau sekeras apa pun suara Naka, akan tetap kalah dengan bass yang mengema.

Ruang tamu ini sudah seperti kapal pecah, banyak kertas undangan yang berserakan. Memang sudah tradisi, undangan maupun kertas kertas lain nya akan dikumpulkan dalam jumlah yang banyak.

Entah apa alasan nya, Naka tak tau.

"DENGAN SEGELAS AIR PUTIH LALU PASIEN DI SEMBUR,"

"BURRRR,"

suara cempreng Bunga membuat Naka geleng geleng. Melihat Gibran dan Bunga yang saling menyanyi dan berjoget membuat nya kewalahan.

Dia memutuskan untuk kekamar nya berganti baju dan dia akan kembali membersihkan kekacauan ini. Sebelum bunda pulang tentu nya.

"KU MENANGISSSSSSSS..."

Lirik nya ku menangis, tapi yang Naka dengar Gibran dan Bunga tertawa. Memang adik dan kakak nya ini satu frekuensi.

Naka kembali keruang tv dan belum berhenti juga.
Naka dengan kesal mematikan salon sambil berkacak pingang.

"Apaan si Bang! Lo kok asal matiin, lagi konser ni gue." Sungut Bunga.

Gibran menganguk, menunjuk Naka dengan sapu yang dia gunakan untuk mic. "Udah lah Naka, lo tu ga cocok sama lagu ini, mending lo kekamer trus tidur."

Naka masih bersedekap dada. Alis nya terangkat, "Jadi maksud kalian gue bakalan bisa tidur dengan suara berisik gini, yang bisa aja buat gendang kuping gue meledak? Hah!"

"Oh yah, dan juga," tangan nya menujuk undangan yang berserakan, "Semua kekacawan ini gue yang beresin? What aja ya dikira gue babu apa."

Bunga mengedikan bahu nya tak peduli.

"Kan jatah nya Kak Ibran, santai bang. Santai napa. Lagian cuman bunda aja."

Mata Naka melotot sempurna, "Heh bocah, cuman bunda, cuman bunda. Mak lo kalo marah udah kek nenek lampir tau gak? Yang ga dilakuin aja dimarahin  lah ini. Bisa jadi bubur daging kalau ketauan gini." Cerca Naka.

Gibran lagi lagi tak mengangap serius omongan adik nya, "Bunda gak akan marah, Tenang gue yang bilang."

"Halah tai," tapi beberapa detik kemudian, mata nya menatap Gibran dan Bunga lekat. "Udah ya nanti gue kena marah. Lagi gak mood kena marah gue."

Dan akhir nya Naka pun menang dengan syarat Naka lah yang membereskan kekacauan ini. Naka menyanggupi, selepasnya Bunga dan Gibran memilih keluar rumah untuk membeli es. Maklum abis manggung, tengorokan kering.

"Punya abang satu rada-rada stres."

Naka sedari tadi ngedumel. Sambil memungutu undangan yang berjumlah puluhan. "Punya adek cewe bukan nya rajin malah asstagfirullah banget."

Arnaka VahendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang