Jangan lupa Vote dan komen
Pagi ini terlihat sangat cerah, mantari menyingsing tepat di mana seharus nya. Gibran terdengar menyapu halaman bersama Bunga yang sedang menyiram Bunga.
Naka.
Anak itu terlihat belum beranjak dari ranjang nya, semalaman dia susah tertidur. Naka rasa ini efek dari kaki nya yang terkilir.
"Perasaan kaki doang yang kekilir, napa demam yaelah. Lemah amat,"
Gerutu nya.
Naka menyatukan tangan nya, berdoa. Lalu beranjak, walaupun langkah nya sempoyongan dia masih berusaha, pandangan nya sesekali memburam.
Saat keluar kamar, dia melihat bunda yang sedang membersihkan etalase kue.
Ya, bunda itu senang sekali membuat kue. Daripada hobi nya menjadi sia-sia, lebih baik dia jadikan usaha bukan? Ayah yang berkerja menjadi guru sosiologi di sekolah nya. Kadang membuat nya tertekan. Keadaan ekonomi yang kadang down membuat Naka sempat berpikir.
"Bunda."
Tyas menoleh, "Baru bangun?" Naka manganguk. "Makan dulu, bunda udah buat sarapan. Habis itu tolong bantuin kakak kamu buat beresin perkarangan ya?"
Naka menganguk, belum sempat dia mengeluh.
Naka membuka tudung saji, disana ada sayur bening dan ikan asin. Sesuai mood nya. Mengambil piring dan mengambil nasi dan teman nya.
Dia makan dengan lahap.
Setelah usai dia mencuci piring dan bergegas menuju perkarangan rumah.
"Bang, gunting rumput dimana?" Tanya nya. Gibran tak menyauti. "Mau ngapain lo?" Tanya nya.
"Mau ngerebus air, Ya motong rumput lah! Pake nanya si bambang."
Bunga menghampirinya, "Bambang tu bapak nya crush gue bang,"
Naka menoyor kepala Bunga, "Masih kecil cinta-cintaan. Benerin noh nilai mtk yang anjlok."
Bunga lantas mengelak, "Lagian ya gue kan ga pacaran, cuman mengagumi dalam diam."
Gibran lantas tertawa, "Diam diam poto berdua, cuaksssz"
Lagi-lagi Bunga tertawa, seiring dengan waktu yang berjalan semua nya hampir selesai dilaksanakan. Bunga yang menaiki ayunan jadul sambil menyanyikan lagu.
Semilir angin menerbangkan anak rambut adik kakak itu. Mereka saling melempar canda dan tawa sebelum suara bariton memanggil.
"Bunga, ayah ada hadiah buat kamu!"
Semua nya yang tadi asik dibawah pohon rindang kini mengerumpul di teras rumah. Naka melihat ayah nya memiliki beberapa bingkisan. Memang ayah nya baru pulang study tour para guru.
"Wahh, bagus banget. Makasih ayahh,"
Bunga sangat suka atas apa yang dia dapatkan. Dress berwarna cream itu berpadu dengan kulit nya, perpaduan yang sangat cocok. Membuat kesan elegan pada nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arnaka Vahendra
Algemene fictieDunia terlalu keras untuk kamu yang lemah, maka dari itu jadi lah kuat untuk hidup lebih hebat. Sedih hari ini mungkin akan berhenti, tapi bahagia hari itu akan abadi. Cerita baru, Nama nya Naka. Anak aku yang ke 3 yaa.. Aku harap story ini bisa bua...