8. orang asing kata nya

268 36 5
                                    

Vote untuk bayar parkir

Seperti hari berjalan begitu flat, tak ada yang sepesial bagi nya, goesan sepedah mengiringi sore nya. Naka, pemuda itu sudah begitu jauh untuk di gengam.

"Terima kasih bu,"

Selepas menganguk dan menerima uang dari konsumen ke-7 nya untuk siang ini, dia segera bergegas pergi untuk menerima pulang kerumah nya.

Tak jauh tapi lumayan kalau di tempuh dengan sepedah. Sudah terhitung tiga bulan ini Naka menekuni pekerjaan nya sebagai penghantar kue, dan gaji ini cukup untuk membeli kebutuhan sekolah dan juga menabung untuk melanjut kejenjang selanjut nya.

Terkadang Naka berhenti untuk sekedar melepas penat, tadi seusai bel sekolah berbunyi dia langsung menuju toko buni. Kata Buni ini pesanan yang terakhir, sebab toko akan tutup. Naka bertanya kenapa? Lantas Buni menjawab bahwa dia akan pergi ke acara pernikahan sahabat nya.

Disini lah dia berada di kamar ternyaman milik nya, berdiam diri membuat pikiran nya berkelana kemana mana. Naka bingung, semester ganjil sudah akan berakhir, lalu lanjut semester genap dan pasti banyak sosialisasi perguruan tinggi. Naka ingin, tapi tak bisa. Tapi dia akan berusaha.

Dering telfon milik nya membuat lamunan nya buyar, bergegas dia mengambil handphone nya dan melihat siapa yang menghubungi nya, di layar terdapat nama Linggar segera saja Naka mengeser icon hijau tersebut.

"Halo? Kenapa gar?"

"Gue sama Ibnu mogok di deket Smansa, lo bisa tolong kesini gak? Sekalian bawain obeng deh."

Naka nampang  menimang, jam menujukan pukul setengah enam, kasian juga mereka.

"Gue otw,"

"Gue tunggu, 10 menit nyampe."

"Gundul mu.."

Terdengar suara tawa Linggar dan Ibnu, Naka tak menghiraukan nya. Ia mematikan telfon sepihak dan langsung bergegas menyambar hodie dan topi milik nya.
Menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Bunga, kunci motor beat dimana?"

Belum dijawab tetapi sudah pergi, Bunga melirik Kakak kedua nya dengan pandangan aneh.

"Tanya sendiri, di jawab sendiri, diambil sendiri. Dasar aneh," gumma Bunga.

Naka menyalakan motor nya setelah mengambil obeng, dia langsung membelah jalan sore itu dengan kecepatan konstan, tak ingin ambil resiko.

Sekitar 20 menit Naka menemukan keberadaan dua teman nya, lalu ia menepikan motor nya.

"Kaya bocah ilang njirt lo berdua,"

Linggar dan Ibnu berdecak sebal, "20 menit kesini doang, lama amat si, kalo gue mah 5 menit nyampe," tungkas Ibnu.

Naka nampak berkacak pingang, "Gue mah naik motor bukan naik burok, ya lo bayangin aja deh, motor lo motor sport la motor gue.. beat peninggalan belanda,"

Linggar yang tengah mengotak atik motor nya berdecak, "Berisik banget deh, bantuin gue napa, susah ni,"

Naka mendekat, "Makan-nya gar, motor tu di servis sebulan sekali bukan nya lu modif tiap hari,"

Linggar menabok pantat Naka secara reflek, "Dih brisik banget si Na, ini bukan gara gara telat servis. Tapi di jailin, ni liat masa bisa kendor."

Ibnu dan Nak kompak melihat dan benar saja, baut yang terpasang apik di bagian itu lumayan mengendur.

Arnaka VahendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang