8. Bisikkan Rumah Kosong

58 3 0
                                    

     Araya sedang makan malam bersama kedua orang tuanya. Ada Ovi juga yang ikut makan bersama mereka. Suami si Ovi baru saja berangkat kerja, karena sedang tak ingin makan malam seorang diri, itu sebabnya ia datang ke rumah Araya. Tapi Ovi tak datang dengan tangan kosong.

     "Enak kali Vi. Pande juga Ovi masaknya. Tante dari dulu suka kali sama gulai pliek. Cuma males masaknya karena banyak kali cengkoneknya ya kan." Sejak tadi yang dimakan Buk Rina hanya gulai pliek buatan Ovi.

     "Kalau om sih sebenarnya gak begitu suka, tapi yang Ovi buat ini enak menurut om. Ovi jual ini?"

     "Tadi masak ini memang untuk dijual om. Sengaja masak banyak juga biar bisa kasih mamak sama bawa ke sini. Kan lumayan om. Modal balik, untung tetep dapat walau sedikit, dan masih bisa berbagi juga."

     "Kalau pola pikir Ovi dalam berdagang seperti itu, insya'allah semua yang Ovi jual akan berkah."

     "Amin.."

     Ketika semua orang di meja makan itu memuji gulai pliek buatan Ovi, Araya malah sama sekali tak menyentuhnya. Selera makannya memang agak berbeda.

     "Dari pada ko makan dengan telur kecap kayak gitu, ko coba dikit napa pliek buatanku." Sambar Ovi, geram melihat Araya yang selalu pilih-pilih makanan.

     "Gak suka aku. Masih enakan telur kecapku."

     Mereka selesai makan malam. Ovi langsung bergerak untuk mencuci piring, dibantukan Araya yang sebenarnya hanya menyusun piring yang sudah Ovi cuci.

     "Liat tu si Ovi. Selesai makan langsung cuci piring, gak kayak kamu. Selesai makan malah nonton drakor." Sindir Buk Rina dari ruang tv.

     "Jujur kali mamakmu." Bisik Ovi kepadanya. Araya tak ambil pusing sama omelan ibunya. Memang betul soalnya.

     "Masih ada stok keripik pisang di rumahmu? Punyaku udah habis. Susah aku kalo gak ada cemilan di kamarku." Tanya Araya sembari mengelap tangannya.

     "Basreng mau ko? Keripik pisang udah abis."

     "Bolehlah, dari pada gak ada."

     "Yaudah ko ikut ke rumah aku sekarang, jadi ntar aku gak perlu antar ke sini lagi. Cape aku bolak balik jalan."

     "Halah.. Blok a ke blok b aja ko cape. Pantaslah badanmu makin ngembang teros. Yaudah lah, ayok. Ma, Aya ke rumah Ovi sebentar ya. Mau ambil basreng."

     "Ya, mama mau juga ya."

     "Ya.. Ya.."

     Tak langsung ke rumah Ovi, mereka berlajan ke Blok C untuk membeli es krim di kedai Bang Bambang. Setelah memilih Aice karena murce, barulah mereka melenggang santai menuju rumah Ovi.

     Keduanya sama-sama menikmati es krim. Mereka tak bersuara sama sekali. Di bawah redupnya lampu jalan, keduanya berjalan beriringan tanpa sekalipun menghiraukan sekitarnya. Ketika itu, ketika mereka masih sangat asik dengan es krim, sebuah suara menyelip ke dalam pendengaran mereka. Suaranya seperti..

     Haaaaaaa...

     Suara itu halus, kecil, tapi seakan dibisikan langsung ke telinga mereka. Keduanya sama-sama reflek menoleh ke arah suara. Tampaklah sebuah rumah kosong di sebelah kanan mereka. Tak ada penerangan di rumah itu, tentu saja, itu rumah kosong. Rumput di halaman rumah itu pun sudah setinggi pinggang orang dewasa.

     Pada detik itu mereka diam sejenak. Masih mencoba mengamati rumah itu. Tapi tak tahu mengapa, perlahan mereka mulai merinding. Bulu kuduk pun sudah berdiri. Tak menundanya lagi, Araya lebih dulu berlari menjauh dari sana, disusul Ovi yang tampak kesulitan mengejarnya. Maklum, obesitas. Lucunya, es krim tetap berada di tangan mereka.

DOKTERKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang