Prolog

198 47 16
                                    

~Hallo Readers~
Welcome to my story.

🌷Happy reading🌷

****

"Azel, besok kamu temui Jaka, dia adalah anak dari Direktur kenalan Mama. Bicara dengan baik, dia anaknya gampang akrab kok."

"Ha!"

"Fotonya sudah Mama kirim di hp kamu, nomornya juga."

"Ya!"

"Jangan, ya, ya, doang! Awas aja kamu bikin onar lagi!"

"Oke!"

Telpon di matikan, Azel segera membuka notif pesan dari mamanya.

Mama

+6283*******0

[foto]

Read

****

Di sebuah Cafe bertemakan classic ...

Azel berjalan masuk ke dalam kafe itu. Saat ini Azel membawa sebuah tas kecil berwarna putih yang terlihat mewah. Ia mengenakan baju kemeja putih polos yang dipadukan celana kulot begie berwarna cream yang terlihat sangat nyaman-rambutnya lurus tegerai rapi begitu saja, dengan make up yang sederhana dan tak terlalu mencolok. Ia adalah tipe orang yang tak ingin dipersulit apapun, selain dari pekerjaanya sendiri.

"Selamat Siang!" sapa seorang pria berjas denim berdiri di depan kursi coklat yang terbuat dari kayu dengan ukiran indah-melambaikan tangan kepada Azel yang baru saja datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat Siang!" sapa seorang pria berjas denim berdiri di depan kursi coklat yang terbuat dari kayu dengan ukiran indah-melambaikan tangan kepada Azel yang baru saja datang.

"Tampang lumayan, tidak tau gimana sikapnya? Huh! Aku sungguh bosan!" Azel melihat tubuh pria itu dari atas hingga bawah. "Siang," sahutnya.

Azel duduk di kursi, berhadapan dengan pria itu.

Hening....

"Siapa namamu?" tanya Azel mencoba memulai percakapan.

Pria itu mengulurkan tangan perlahan dan tampak gugup. Azel yang melihatnya, lalu dengan segera menjabat tangan itu.

"Perkenalkan, nama saya Jaka!" ucap lelaki itu memperkenalkan diri sembari tersenyum

"Saya, Azel," balas Azel.

Hening kembali...

Kalau begini terus, bisa bisu lama-lama! Azel mengeluh.

"Kata Mama, kamu orangnya gampang akrab. Tetapi, yang saya lihat kamu sepertinya pendiam?" ujar Azel kepada pria itu.

"Oh, tidak. Saya hanya sedikit gugup. Kamu sangat cantik," puji Jaka sembari tersenyum.

Azel memundurkan tubuhnya ke sandaran kursi sembari memperhatikan kukunya. "Saya sudah sering mendengarnya. Terima kasih!" ucap Azel-pede.

CAFE IN LOVE [SELESAI/TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang