Chapter 1 : Pertemuan Para Pengelana

11 2 2
                                    

Rembulan bersinar lembut, tampak indah dengan taburan bintang yang menari-nari di angkasa. Lolongan para binatang malam yang terdengar menyedihkan, berpadu sempurna dengan dinginnya hembusan angin kala itu.

Ketika kedua petualang itu sudah tak sanggup lagi menahan lelahnya perjalanan, mereka pun beristirahat di bawah sebuah pohon besar di pinggiran hutan yang rimbun dan menjulang tinggi.

Di bawah pohon itu, mereka membuat api unggun dan memasak makan malam. Mereka pun duduk menikmati masakan yang masih hangat, diselingi dengan pembicaraan seputar petualangan mereka sejauh ini.

"Perjalanan kita kali ini ternyata benar-benar melelahkan ya, Yuri?" ucap si gadis berambut pirang. Rambut bagian depannya panjang, sedangkan bagian belakangnya pendek tak simetris. Iris matanya yang berwarna merah, menatap rekannya-Yuri yang sedang makan. Ia adalah lelaki yang telah menjadi temannya dari kecil hingga saat ini.

Sambil menunggu sup miliknya sedikit mendingin, Yuri hanya bisa menghela napas, melepas beban yang ia tanggung selama perjalanan mereka ini.

"Kamu benar Lynn. Meskipun begitu, perjalanan kita kali ini telah memperbanyak pengalaman berharga kita terkait keadaan ekstrim di Vintervalt." jawab Yuri setelahnya.

"Yah, menghadapi musim dingin yang ekstrim di Vintervalt tentunya tak mungkin bisa kita alami di benua asal kita-Runea." balas gadis bernama Lynn itu sambil memakan makan malamnya dengan lahap.

Lynn kembali menatap Yuri yang belum memakan sup miliknya, matanya yang berwarna hijau tampak sedikit bersinar seolah sedang menunggu sup itu mendingin dengan sabar. Rambut pendeknya yang hitam legam tampak acak-acakan karena tak pernah dipedulikannya lagi, "Kurasa itu hal yang wajar bagi seorang petualang seperti kami," batin Lynn.

Ia mengalihkan pandangannya dari lelaki itu dan mulai makan dengan lahap, hingga tak terasa, Lynn selesai lebih cepat daripada Yuri.

Setelah makan malam selesai, mereka pun mematikan api unggun dan menyiapkan perbekalan untuk perjalanan esok hari. Kemudian, masing-masing menggenggam senjata dalam tidur mereka, hal ini dipergunakan untuk mencegah terjadinya perampokan.

Saat rembulan sudah berada di puncak langit malam, orang-orang biasa mengira bahwa kesunyian yang ditemani lantunan irama dari burung hantu lah yang akan datang. Namun itu sebenarnya salah, paling tidak untuk malam itu. Mereka dikejutkan dengan suara teriakan seorang manusia yang terdengar histeris.

Lolongan serigala yang mengiringi teriakan itu membuat orang bodoh pun percaya, bahwa orang itu kemungkinan besar tengah terlibat kejar-kejaran dengan serigala buas yang sedang mencari mangsa di tengah malam.

Sesaat setelah mendengar teriakan itu, tentu saja mereka akan langsung terbangun. Yuri mencoba untuk mencari asal suara itu dengan membawa pedang miliknya sendirian. Namun Lynn menghentikannya, "Mau kemana kamu tengah malam begini?" tanya gadis itu.

"Tentu saja untuk menolong orang itu. Sebagai petualang, sudah jadi tugas kita untuk membantu seseorang, kan?" balas Yuri.

Gadis itu lalu beranjak dari tempatnya duduk, sambil menggenggam busurnya erat, ia menatap rekan masa kecilnya lekat. "Lalu kamu akan meninggalkan ku disini begitu saja? bawa aku juga dasar bodoh," ujar Lynn kesal.

Mereka pun segera pergi mencari asal suara itu, sampai semak belukar dan jalanan terjal pun mereka lewati. Ketika kedua remaja itu tiba di sebuah lembah di tengah hutan, mereka akhirnya menemukan pemilik suara itu.

Ia seorang remaja laki-laki yang mengenakan pakaian yang asing, rambutnya hitam acak-acakan dan beberapa bagian tubuhnya penuh dengan luka yang kelihatan dalam. Lelaki misterius itu terpojok oleh serigala itu, ia tak bisa kabur karena kakinya terluka. Hanya perlu menunggu waktu bagi lelaki misterius itu untuk mati diterkam sang serigala.

Lynn mengambil panahnya dan membidik busurnya ke arah kepala serigala itu, namun sebelum sempat melepasnya, Yuri sudah menerjang untuk menghentikan serigala itu dengan menggunakan pedangnya. Karena itu, panah Lynn meleset dan tertancap di tubuh sang serigala.

"Uh ... namun lebih baik begitu daripada tak kena sama sekali," keluh Lynn. Lalu ia pergi mendekati lelaki itu dan mencoba memberikannya pertolongan pertama, tiap kali ia mengoleskan obat ke lukanya, lelaki itu nampak seperti sedang menahan erangannya.

Ketika semua lukanya sudah diberi pertolongan pertama, Lynn langsung bersiul memberi isyarat pada Yuri untuk mundur. Dengan sekuat tenaga, Yuri mengayunkan pedangnya ke daerah wajah serigala itu dan langsung lari sekencang-kencangnya untuk menyusul Lynn yang sudah membopong lelaki itu.

Mereka pun kabur, karena serigala pastinya tidak pernah berburu sendirian. Jika kawanannya muncul dan menyerang, maka mereka akan sangat kesulitan. Namun pelarian diri itu tak berlangsung mulus. Saat Yuri sudah menyusul Lynn dan akan menggantikannya membopong lelaki itu, serigala itu menerjang mereka walau terluka parah. Walau Lynn berhasil menusuk kepalanya dengan belati milik Yuri yang ia selipkan di pinggangnya, namun lengan kiri gadis itu tetap terkena cakaran serigala itu.

Meski terasa sakit, Lynn tetap bertekad untuk kembali ke perkemahan. Setibanya di sana, Yuri membaringkan lelaki itu di dalam tenda, Lynn yang sudah mengobati lukanya datang ke dalam tenda sembari membawa tanaman obat yang didapatnya dari dalam hutan. Yuri menatap Lynn yang baru datang lalu mengalihkan tatapannya ke arah lengan kawannya itu, "Apakah kamu sudah mengobati lenganmu?" tanya Yuri.

"Ah, sudah. Tapi baru dengan menggunakan ramuan obat untuk mencegah infeksinya, tampaknya kita harus segera kembali ke ibukota untuk penanganan yang lebih lanjut," jawab Lynn.

"Ya ... dari awal itu tujuan kita. Kalau begitu kita harus berangkat sebelum matahari terbit, istirahatlah."

"Aku akan beristirahat, tapi setelah selesai mengobati lelaki itu. Bisa tolong ambilkan perban yang ada di belakangmu itu?"

Yuri berbalik dan mengambil perban itu, namun sebelum ia memberikannya kepada Lynn, ia menawarkan bantuan.

"Mau kubantu membalut perbannya?" Lynn hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Setelah lengannya diperban, Lynn kemudian mengobati luka-luka di tubuh lelaki itu dengan tanaman obat yang tadi dibawanya. Yuri hanya diam melihat betapa cekatan tangan Lynn dalam merawat seorang pasien,"Memang tak salah ia dijuluki sebagai salah satu herbalis terbaik di Runea," batin lelaki itu.

Setelah sesi pengobatan itu berakhir, lelaki itu pun dibaluti perban dan dijaga mereka berdua di dalam tenda. Lynn tidur di dekat lelaki itu, sedangkan Yuri tidur di dekat pintu tenda. Ia berbaring, dan mengintip bintang dari dalam sana. Terkadang ia bersuara sampai terdengar jelas oleh Lynn, ia menghitung bintang seperti berharap waktu cepat berjalan. Lama kelamaan, ia sepertinya sudah tak sadarkan diri. Suaranya tak terdengar lagi.

Ia tertidur pulas tatkala menanti kedatangan fajar, sedangkan Lynn tengah menduga-duga, apa yang akan mereka temui di perjalanan mereka kali ini.

Bersambung ...

Azaria : Journey To UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang