*TW ; Violence, Drugs, Harsh words.See I'm not trynna hurt you
But I'm out of time right now
If this is what it's come to
Then Imma let it all rain down- Triggered, Chase Atlantic
***
Let me start this chapter with an information that y'all should know ; masa rehabilitas gue baru kelar 3 bulan yang lalu setelah gue narkobaan, I was high on mollies and xannies, I popped too much pills and couldn't stop being an addict. Gue sebenernya juga heran kenapa bisa tenggelam ke dalam sisi dunia yang ini, padahal sebelum itu gue lancar-lancar aja kuliah S2, banyak teman, sibuk latihan band, jalan-jalan menikmati kota Melbourne dengan udara dinginnya.
Kenapa bisa jadi gini ya gue? Gue nggak terlalu ingat jelas, tapi gue tau waktu itu gue penasaran dan ikut-ikutan orang. Classic.
Pas gue nyoba ekstasi, awalnya nggak ada efek, tapi emang harus nunggu beberapa menit baru kerasa. Kerasa anehnya, pusingnya, enaknya, lucunya, dan bahagianya. Kayak orang gila yang gak kenal apa itu capek, asli. Seenak itu, dan ketika efeknya berhenti disitulah gue sadar memang something is definitely wrong with me, my heart?
Perbedaannya jelas banget kalau gue nggak lagi nyentuh pil itu, gue terlihat kayak zombie. Bukan zombie yang mengejar manusia lain untuk menggigit mereka tapi.. Lebih ke zombie yang melarikan diri seolah dikejar sesuatu.
I figured, I was so lonely. So I depended on molly and xannax. And when I knew I depended on them, gue kacau banget. Saking indahnya pil itu, gue lupa cara merasakan indahnya hidup biasa gimana. Gue inget pas hari pertama rehab, gue gak bisa nafas banget. Gue ngerasa disiksa, gue gak tau lagi, gue takut mati, sampe temen-temen band gue ikut sedih ngeliat gue dan mereka lah yang bantuin gue untuk akhirnya berhasil keluar dari adiksi itu.
"WOI JAYA ANJING BENGONG LO!"
Tapi ya sekarang begitu lah hidup, gue bisa menyibukkan diri dengan hal lain.
"Innalillahi. Ampe kaget gua Case." Temen cewek gua, lebih tepatnya vokalis kedua band gua, Casey, dia seenaknya masuk apart orang gitu. Mentang-mentang beda lantai doang.
"Oh ya? I'm sorry then, but look, lo bahkan gak ngunci pintu lo? Gila banget lo mabok terus-terusan entar mati mampus lo !"
"Hahahaha mana ada mabok mati? Sakit sih, nih gue pilek sialan. Did I sleep with anyone ?" Casey looked at me then sighed so hard.
"Yes you did, Florence I think? Charle's girlfriend. Lo bener-bener harus stop Jay, walaupun dia yang ngajak, lo harus tau batas. Lo punya pacar !"
"Dia bukan pacar gue." Gue tau, gue salah disini.
"Oh lo gak nganggep Keyra? Dia tuh cuma seharian tinggalin lo tanpa kabar, lo semarah itu? Dibandingin sama lo? Jangan cuekin dia, gue males bohong ke dia."
Sebenernya Keyra dan gue semacam HTS lah, I met her a month ago. I know she likes me, she loves me even. And I guess I'm just attached to her. Kemaren dia menghilang begitu saja, dan dia yang memarahi gue karena gue nggak mencari dia. Like, what? Gue justru coba hubungin dia berkali-kali kemaren itu, tapi ga diangkat sama sekali padahal aktif tuh berdering terus. Maybe we had some miscommunication, tapi gue kemaren juga sesensitif itu sampai gue memutuskan untuk ngeclub tanpa dia dan tidur bareng cewek lain. Cewek orang lagi wkwk.
Gue emang bego sampe sakit gini lagi. Kalau gue gak dipaksa Casey untuk beli obat, gue gak bakal keluar apart wkwk.
Dan keknya seharusnya gue gak keluar. It's at that moment where I'm not far away from the pharmacy that I saw something that made me wanna throw up immidiately. I realized why I've been so fucked up.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Breathe
Teen Fictionsebuah cerita singkat tentang sosok Dirgajaya dan ironi hidupnya dimana 'move on' nggak pernah menjadi sebuah pilihan. [Age-Restricted Content]