Though we don't talk, I'll miss our conversations
I fall apart, you fill up the empty spacesFunny, now the rain comes down, I sit and watch it
Every time I hear that sound, I get nostalgic
I don't wanna feel this pain, I don't like distance
I don't wanna leave this place if you're not with mePlease don't leave this house, I don't like darkness
I don't wanna see you out, I don't like darkness
Hate it when I close my eyes, I don't like darkness
And I don't wanna go outside, I don't like darkness- I DON'T LIKE DARKNESS, Chase Atlantic
***
Nadira POV
Gue nggak pernah suka ada di tempat ramai. Bandung ramai, tapi menenangkan. Jakarta ramai, tapi sebenarnya kesepian. Melbourne sepi, tapi sebenarnya ramai.
Mungkin itu lah kenapa Jaya memilih untuk lanjut kuliah disini. It's actually a very great comfort city walaupun gue sempet takut saking 'santainya' vibes kota ini menunjukkan.
Bangun jam 7 pagi, gue menemukan diri gue yang masih mengcengkeram kerah kaos Jaya yang dia kenakan. Well, he took it off yesterday, but I forced him to put it back on because I know he'll freeze to death.
Gue kangen ini semua. Even though this is something everyone can do with anyone. Jaya selalu terasa nyata di hati, tapi nggak di kepala. Karena itu gue selama ini memutuskan untuk menjalani hidup gue dengan apa yang jelas nyata ada di hadapan gue. Semua hal yang ada di paling belakang kepala gue itu, gue takut menghadapinya.
Jadi gue juga heran sama diri sendiri yang sampai berangkat dari Indonesia ke negara lain. Dan sekarang gue sadar, setiap gue akhirnya di dekat Jaya, this moment where I can actually see and hold him, gue nggak takut lagi.
Dirgajaya Syahlendra menjadi tempat nyaman semua orang ketika dia dirasakan kehadiran dan ketulusannya, bukan dipikirkan, karena dirinya sudah tersiksa memikirkan segala hal yang paling rumit di dunia ini dan hati nya.
Makanya Jaya nggak pernah baik-baik aja, dia nggak bisa melarikan diri dari isi hatinya dengan mengisi otaknya dengan hal-hal yang lebih jelas buat dia—seperti yang gue lakukan ini. He's a feeler, and an overthinker. He can't 'think' peacefully. He hasn't found his peace of mind yet, except for... Me.
Seeing him sleep like this makes me wanna wait until he opens his eyes. Whenever he opens his eyes, matanya nggak pernah kosong. Gue sejujurnya nggak pernah bisa mengerti kenapa matanya dia tetap cerah karena isinya hanya diri gue.
How can I be someone's center of the universe?
Gue nggak pernah memanfaatkan Jaya dan perasaannya. That is exactly why I came to him just now, and not before this. Gue rasa ini saatnya gue mengambil waktu untuk refleksi dan berdamai dengan dia. Dan dia berdamai dengan gue.
Iya susah.. Memaafkan masa lalu yang menumbuhkan trauma.. untuk bisa terus berjuang melanjutkan hidup.
"Hai. Uhh- Lav, right?"
Gue membuka pintu apart setelah ada yang mengetok.
Semua orang kenal gue dengan nama yang Jaya kasih ke gue ya..
"Iyaa, gue Nadira.. Gue mau bilang makasih kemaren udah bantuin." Casey ini temen dekatnya Jaya, temen ceritanya. Gue bersyukur dia punya teman cerita, setidaknya satu.
"No problems. Gue mau nanya, lo disini sampai kapan ? Di Aussie."
"Gue belum beli tiket balik sih.."
"Oh okay cool then. Gue harap rebounding kalian lancar ya. Sekalian kan rehab dia tuh."

KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Breathe
Ficção Adolescentesebuah cerita singkat tentang sosok Dirgajaya dan ironi hidupnya dimana 'move on' nggak pernah menjadi sebuah pilihan. [Age-Restricted Content]