See, I would give my soul away not to feel this
Struggle with it everyday, it's an illness
I just sit and lie awake on some real shit
Looking for a great escape, might jump off a building- STUCKINMYBRAIN, Chase Atlantic
***
Gerimis.
Gue lebih nggak suka gerimis dibanding hujan. Kenapa harus setengah-setengah anjir? Yang terjadi setelahnya antara hujan deres atau berhenti, kita nggak pernah tau. It's really annoying, dan itu yang bikin kepala gua pusing setiap gerimis itu nyentuh rambut gue.
Itu yang gua rasain sekarang sambil nungguin Tyler yang baru kelar short semester nya. Kampus ini bisa dibilang gede, ya luas, tapi nggak luas amat. Jarak antara gedung-gedungnya nggak jauh banget sampe harus pake mini bus kayak di UI and it just feels good to walk a bit with a nice air.
Tamannya jadi basah. Gue nggak bisa duduk, so I just mondar-mandir nggak jelas dari tadi liatin pohon, langit, dan beberapa orang yang lewat. Tyler menyamperi gue dengan muka happy banget keknya.
"Okay I'm done. I'm really done this time and can be on holiday without shit in my head."
"Good for you then." Ujar gue sambil ngevape di depan dia. "So you're free right?"
"Yeah. I AM FREEEEE!!!"
"Hahahahaha."
"Why though?"
"Could you help me find someone that can accompany Keyra to New Zealand?"
Tyler looked at me with a confused look. "She doesn't want anyone else but you, Jay."
Iya kah? Harus kah gue ngalah dan ikut? Gue bingung sendiri, apalagi setelah kejadian minggu lalu, gue nggak nyaman.
There's like a demon stuck to the back of my head. To be sober feels fine, but I'm scared I'm gonna lose it again.
"Jay, look." Gue menoleh ke arah yang ditunjuk Tyler.
Ada Keyra yang lagi ngobrol sama sosok cowok yang gue kenal. Yang kerja di hotel juga bareng dia, gue baru tau kalau dia ternyata anak sini. He has the ID card. Kayaknya adek tingkat?
Gue melihat mereka yang berpelukan dan jalan bareng. "They're holding hands, they're way too close. You should go there."
"Nah."
Buat apa gue kesana? Gue nggak tau mau mencerna apa yang gue lihat barusan kayak gimana.
***
"Kenapa ye lo diem daritadi? Lagi mikirin apa lagi?"
"Nggak apa-apa."
"Kayak ABG aja lo, sok misterius, hancur, dikit-dikit mau nyilat tangan. Gitu ? We're supposed to sing, Jay. Put the thoughts aside." Casey menegur gue dengan sebel. Pedes abis mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Breathe
Teen Fictionsebuah cerita singkat tentang sosok Dirgajaya dan ironi hidupnya dimana 'move on' nggak pernah menjadi sebuah pilihan. [Age-Restricted Content]