04. sober

167 64 62
                                    



Tell me why the fuck I feel so empty?
This might be the reason that she left me
Mama, what's the reason I feel empty?
I might pop another, please don't tempt me

- EMPTY, Chase Atlantic

***

When they say time flies fast, it is true. So true.

Apapun yang terjadi, bumi tetep berputar kan? Kadang rasanya emang lambat, tapi kecepatannya nggak pernah diketahui karena everyone's lives goes at different speed. And there ain't any certain speed we shall go to. Tapi gue nggak pernah tau posisi gue dimana.

Setiap ada momen gila yang terjadi, rasanya seolah momen itu nggak pernah terjadi karena sesingkat itu. Tapi pada saat itu, it felt like time was never running.

Dan sekarang udah bulan Februari. Tahun baruan udah lewat. Finals are done, bands battle is done too.

Terus apa? Abis ini ada apa lagi?

Kita hidup tuh selalu ada tujuan spesifik gitu kan? Berdasarkan sebuah tanggal, hari, dan jam. Lagi-lagi, waktu.

Karena waktu spesifik itu, kita jadi tau apa yang harus kita lakukan, ada perubahan, persiapan, rutin baru, pemikiran baru, cara baru, orang baru. Alright, it is fun going through all of that, it's lively. Tapi disaat lo udah mempertanyakan apa yang akan terjadi setelah itu, you know you're fucked up.

Karena ketakutan akan muncul kembali, takut lo bakal merasa biasa aja dan bahkan nggak merasakan apa-apa.

Tapi rasa takut itu nggak pernah ada buat gue setiap gue mikirin apapun yang berhubungan sama dia. Sesederhana itu karena gue menspesifikasikan setiap tanggal, hari, dan jam bersamanya.

"Enak ya kalau nggak jomblo. Bisa ngebucin di hari Valentine's." Casey menjatuhkan tubuhnya di sofa di sebelah gue. Gue masih bengong menatap langit-langit ruang tamu apart Casey.

"Salah lo sendiri nolak semua orang." Ucap gue ringan.

"I'm not. It's my choice to not be with anyone." Balesnya sambil menyampingkan tubuhnya menghadap ke gue. "It's lonely though."

"I'm sure it is. Tapi itu mungkin karena lo juga menolak diri lo sendiri. Menahan diri lo sendiri buat gak nyelam. You make excuses and you end up lying to yourself." Gue membawa kedua tangan gue ke belakang kepala gue lalu melirik ke Casey.

"Dan membohongi diri lo sendiri cuma bakal nyakitin lo.. Bukan melindungi lo."

"Hahh.." She sighed and wiped her face in frustration. "Okay. Then we're on the same page, Jay."

Gue mengedikkan bahu gue. "Maybe."

Casey melihat senyuman tipis gue lalu kembali duduk agak ke depan sofa. "Sooooooo, apa rencana lo sama Keyra?"

"I'm gonna surprise her and pick her up from her shift nanti. And yeah, mungkin ke rumah dia."

"Lo tau, Will jadi cringe banget kalau sama pacarnya. Bener-bener sebeda itu. Tapi dia udah mulai mau serius katanya." Gue mengangkat sebelah alis gue.

"Marriage and shit?" Casey mengangguk-ngangguk pelan. Gue mendekat dan menepuk bahunya.

"Rasanya kek I'm gonna let him go to someone who he loves so much. Dan orang itu bener-bener udah bikin dia yakin kalau dia bakal bahagia sama dia."

"Porsi lo di hidup dia selalu ada, Case. Kebahagiaan dia juga berdasarkan lo kok. Gue juga. Banyak hal lain juga. Orang yang dia pengen nikahin itu tuh... Kayak the cherry on top of a sundae."

I Can't BreatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang