13

5 1 0
                                    

REKONSILIASI: 13

Bayu

─────

Masih ada banyak hal yang perlu dilakukan ketika kita bangun tidur. Yang diingat Bayu, mimpinya tidak menyenangkan untuk diingat-ingat kembali. Tapi ia tetap tidak kunjung lupa padahal waktu sudah menunjukkan tepat pukul 12 siang. Untungnya, Sabtu libur. (Sebenarnya tidak libur. Bayu sendiri yang menentukan kapan ia bisa beristirahat selama lagu yang harus ia garap sudah selesai).

"Bang?"

Bayu yang semula ingin memejamkan kembali matanya, segera terduduk. "Kenapa, Vin?"

"Bangun."

Bayu terkekeh sedikit, masih mengantuk. "Ada air gak?"

"Air keran ada noh," jawab Calvin, mengambil segelas air di dapur.

Apartemen Calvin sebenarnya tipe 1 bedroom. Akan tetapi, ia memperlakukan unit apartemen ini seolah-olah ruangan ini sepenuhnya apartemen tipe studio. Kamarnya memang masih digunakan ketika ia mau dan sedang sendirian—yang jarang terjadi karena ia hampir selalu mengajak Bayu dan Aji untuk menginap karena dekat dengan studio—akan tetapi, ia lebih sering tidur di sofa. Ia selalu terlihat kelelahan akhir-akhir ini mengurus ini-itu di kantor tempat ia bekerja. Belum lagi ia mengurusi lagu. Bayu sempat heran laki-laki ini menerima ajakannya untuk bekerja di studio (walaupun tidak fulltime). Maksudnya, ia kan sudah bekerja kantoran.

"Gue suka, Bang. Suka-suka dong," jawab laki-laki yang lebih sering dipanggil 'Cal' atau 'Ical' itu. "Gue gak masalah juga. Kan gue gak seterikat itu kerja di sini. More like freelancing?"

Bayu mengusap matanya. Calvin menyodorkan segelas air yang ia terima dengan senang hati.

"Jangan bilang makasih," Calvin berujar pada Bayu yang sedang meminum segelas air yang rasanya seperti campuran air dan sedikit sabun cuci piring. "Napas lo pasti bau naga."

Bayu agak tersedak. Ia mengangguk-angguk dan berusaha menangkan batuknya. Bayu beranjak dari sofa—Calvin tidur di lantai di sleeping bag kesayangannya. Ia lebih suka begitu, katanya saat Bayu memaksanya untuk tidur di sofa. Namun, si lulusan Hukum itu tentu saja bersikeras untuk tidur di kantong tidurnya itu. Jadi, yang lebih waras mengalah. (Bayu merasa ia lebih waras tapi kemudian ia ingat Kila pernah menyebutnya sinting karena mengikuti lomba hampir tiap minggu).

Aduh, Kila lagi.... Ia jadi teringat mimpi tidak jelasnya semalam yang berusaha ia usir dengan menggelengkan kepalanya. Sayangnya tidak berhasil, jadi ia memutuskan untuk menepuk agak keras pipinya.

"Masokis," Calvin berkomentar, melihat Bayu 'menampar' pipinya sendiri. "Kenapa, Bang?"

"Gak," ia beranjak. "Gue mau sikat gigi dulu."

"Gue semalem buka lagu yang lo kirim ke grup," Calvin bercerita saat Bayu memasuki kamar mandi. "Lagunya sedih. Kenapa deh lo? Ditinggal nikah, ya?"

Bayu memutar matanya. Sejak ia mengajak teman-temannya untuk datang ke kondangan mantan pacarnya itu, ia serasa jadi korban pembulian tujuh turunan. Mereka mengejeknya habis-habisan. Bayu menyikat giginya dengan agak kesal. Wajahnya yang terpantul di cermin memperlihatkan rambut ikalnya yang acak-acakan dan wajahnya yang terlihat seperti belum pernah tidur selama sebulan penuh. Kepalanya pusing sedikit saat ia berusaha menegakkan badannya yang loyo.

"Tapi gue mikirin liriknya," Bayu menimpali setelah berkumur. "Maksudnya, gue udah nulis liriknya. Cuma.... itu bukan soal Juli."

"Lah," Calvin terlihat bingung. "Siapa dong? Lagunya lebih cocok lagu cinta-cintaan dibanding soal hidup."

RekonsiliasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang