Sedari tadi pagi Lucas tak menampakkan batang hidungnya. Kivandra menikmati sarapan sendirian, tidak ada kelas sihir, suasana Mansion sangat berbeda.
Seolah ... Lucas sengaja menghindarinya.
Kivandra sengaja berkeliling Mansion dan berharap bisa bertemu Lucas, namun janji pergi ke Istana menghentikannya. Ia harus segera menemui para keluarga kekaisaran sekarang.
"Bagaimana ini? Lucas belum ketemu."
Mau tidak mau, Kivandra terpaksa harus pergi ke Istana tanpa berpamitan pada Lucas. Gadis itu menemui salah satu ksatria untuk diizinkan keluar, dan ksatria tersebut menyiapkan kereta kuda dengan simbol Duke of Zephyr.
"Aku bisa naik angkutan umum." ujar Kivandra yang merasa sungkan.
Ksatria tersebut tersenyum lebar, "Ah, tidak apa! Saya sangat merasa terhormat untuk melayani calon nyonya kediaman ini!"
"Hah?"
"Oops," Ksatria memukul mulutnya, "Maafkan saya, nona Kivandra. Mulut ini kadang berbicara tanpa pikiran matang."
"B-baiklah."
Kivandra diantar ke Istana menggunakan kereta duke dengan dua ksatria pengawal. Awalnya Kivandra menolak, namun ksatria tetap kekeuh dan berhasil membujuk.
Perjalanan menuju Istana entah kenapa terasa sangat cepat. Ketika sampai, pangeran Usha sudah menunggu di depan gerbang seolah sangat menanti kedatangan Kivandra.
"Selamat datang di Istana." sapa Usha dengan nada khasnya.
Kivandra turun dari kereta dengan bantuan para ksatria. Segera gadis itu mendekati pangeran Usha dan menunduk hormat. "Salam kepada pangeran mahkota kekaisaran."
"Berdirilah, jangan bersikap canggung padaku."
"Saya mana berani, pangeran."
Usha menggaruk telinganya kehabisan ide bicara, "Y-ya sudah, kita masuk saja karena yang lain sudah menunggu."
Kivandra dituntun dengan sopan menuju ruang tamu Istana. Mereka melewati taman yang masih sangat sama dengan sebelumnya. Kivandra melihat paman Gonju yang menyiram bunga di ujung kebun.
Tatapan Kivandra dan paman Gonju bertemu. Terkejut, paman Gonju mengalihkan pandangannya seolah merasa bersalah. Kenapa? Padahal paman Gonju tidak salah apa-apa.
Mereka terus melangkah hingga melewati dapur, Kivandra mengintip bibi Medey yang tengah menyajikan kue. Oh ... rasa kuenya pasti sangat lezat.
Kini Kivandra melewati lapangan pelatihan ksatria, di mana Kivandra pernah berlatih bela diri di sini. Ya, walau akhirnya ia tidak menghasilkan apa pun. Kivandra melihat seseorang yang familiar, Ara, tengah mengangkat pedangnya untuk beradu dengan ksatria lain. Ara tampak lebih kuat dari sebelumnya, namun air muka gadis itu sedikit lelah.
Akhirnya mereka sampai di ruang tamu, Usha membuka pintu mewah tersebut hingga tampak, dua sejoli dari dalam. Pangeran Ethan dan putri Dhipa sudah menunggu.
"Kivandra!" Ethan tampak senang dan beranjak dari kursinya.
Nada sapaan itu pernah membuat Kivandra sangat takut jika kehilangannya. "Salam pada pangeran kekaisaran," hormat gadis itu.
Ethan tampak terkejut dengan sikap Kivandra yang sangat sopan, "D-duduklah."
Kivandra duduk manis di salah satu kursi, suasana ruangan begitu hening dan canggung. Benar-benar menyesakkan.
Tak lama kemudian seorang pelayan masuk dan mengantarkan kue kering. Oh, tunggu, pelayan itu tampak sangat familiar.
"Helen?" Kivandra tanpa sadar membuka suaranya.
Pelayan tersebut kaget, "Y-ya, nona Kivandra?"
Sapaan sopan itu membuat Kivandra terdiam cukup lama. Bukankah mereka teman? Apa hubungan teman ini sudah hancur dari bangunnya putri Dhipa?
"Tidak apa, terima kasih atas kuenya." ujar Kivandra yang menenangkan dirinya kembali.
Helen segera membawa gerobak makanan pergi menjauh dari ruang tamu. Keheningan kembali datang melahap sekitar.
"A-anu," putri Dhipa akhirnya membuka suara, "Maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...