✨03✨

1.1K 67 16
                                    

"makasih banyak pa, makanannya enak enak!" ujar Ichan setelah mereka semua selesai makan.
"dah yuk ma kita pulang" Ichan mengajak mamanya untuk pulang.
"loh kan nginep Chan" balas mama.

"lahh mama ga ngasih tau, aku ga bawa baju maa... udah ahh pulang aja yukk" rengek Ichan, Ben yang mendengar itu langsung menatapnya dengan tatapan malas. Berisik. Ben tidak suka dengan keberisikan.

"gapapa kali Chan, bisa minjem bajunya sama Ben dulu kok" Ben menatap ke arah papanya yang bicara tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu, ia tidak suka barang-barangnya disentuh oleh orang lain.
"jangan pelit Ben... " lanjut papa yang mengerti arti tatapan dari Ben.

"malem ini Ichan tidur sama kamu dulu Ben"
"tapi pa, masih ada kamar kosong" balas Ben.
"belum diberesin, lagian apa salahnya kalian saling kenal dulu? ngobrol tah apa tah kan bisa" ujar papa tak menerima penolakan. Ben menghela nafasnya malas. Terserahlah, Ben malas berdebat.

Ben berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai 2.
"sana Chan ikutin Ben" Ichan mengangguk menanggapi perintah papa dan buru-buru menyusul Ben yang sudah berada di tangga.

.

.

.

"halo kak Ben, salken ya gua Ichan hehe" Ichan memperkenalkan dirinya saat ia berhasil menyusul langkah kaki Ben.
"siapa kakak?" tanya Ben sambil membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam.
"lo lah kakak, kan lebih tua lo daripada gua" jawab Ichan.
"gua bukan kakak lo" ujar Ben ketus sementara Ichan memanyunkan bibirnya.

"tapi kan tetep aja gua manggil lo kak, kak Ben"
"terserah, buruan masuk atau lo mau tidur diluar aja?"
"hehe makasih kak Ben" Ichan masuk ke kamar milik kakak tirinya, daritadi ia menunggu di depan pintu menunggu sang pemilik kamar mempersilahkan nya untuk masuk.

Ichan memperhatikan kamar Ben yang menurutnya cukup luas. Ia melihat karya-karya yang dipajang di tembok kamar Ben dengan mata yang berbinar yang menurut Ichan karya-karya itu keren, sangat keren.
Ichan berjalan menuju sudut kamar Ben setelah matanya melihat maket yang cukup besar disana.

"jangan.pegang.apapun" ujar Ben dengan penuh penekanan di setiap katanya.
"iyaa iyaa kak, tenang aja" balas Ichan.
"kak gua tau ini keren banget tapi nih bangunan gabisa dibuat kak, gila ini mau ngitungnya aja susah apalagi bangunnya" Ichan sebagai mahasiswa teknik sipil menangis melihat maket yang kakaknya buat, ia sudah terpikir bagaimana menghitung beban-beban yang akan bekerja pada bangunan tersebut.

"terserah gua, itu seni" jawab Ben malas.
"gua mau mandi, lo duduk diem aja disitu" Ben menunjuk sofa panjang yang berada dikamarnya kemudian mengambil handuknya dan berjalan ke kamar mandi.

Tentu saja Ichan mana mau menunggu sambil duduk diam di sofa. Ia berjalan melihat-lihat seisi kamar Ben, kamar Ben sangat rapih berbeda dengan kamarnya yang berantakan dan penuh dengan kertas-kertas revisi laporannya.

Tak lama kemudian, Ben sudah selesai mandi. Ia melihat Ichan yang sedang memegang miniatur pohon miliknya.
"bukannya udah gua bilang jangan pegang apapun ya?"
"gua cuma liat doang kok, ga rusak juga" balas Ichan, ia berjalan menuju Ben yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi yang menggunakan sepasang piyama berwarna biru. Ichan mengambil handuk yang masih menggantung di pundak Ben.

"mau ngapain lagi sih" Ben sudah pusing dengan kehadiran Ichan di kamarnya.
"mandi dongg" jawab Ichan sebelum ia masuk ke kamar mandi.
Ben menghela nafasnya. Sabar Ben.

.

.

.

Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, Ben yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer otomatis melihat ke arah sumber suara.
Ben menutup kedua matanya
"pake baju lo" ujarnya setelah meliha Ichan hanya mengenakan handuk yang ia lilit di pinggang.
"kan gua mau minjem baju kak"
Sialan, batin Ben.

Brother?! [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang